< Return to Video

Song Dong: 生 / Shēng | Art21 "Extended Play"

  • 0:10 - 0:14
    Sebagian orang percaya bahwa manusia
    memiliki dua nyawa,
  • 0:14 - 0:16
    dan kita akan mati dua kali.
  • 0:16 - 0:19
    Kematian yang pertama adalah mati jasad
  • 0:21 - 0:23
    sedangkan kematian yang kedua adalah saat
    orang terakhir yang mengenalmu mati,
  • 0:23 - 0:28
    dan tak ada lagi yang tahu siapa dirimu.
  • 0:28 - 0:32
    Saat aku muda, dulu aku berlatih kaligrafi
    dengan air.
  • 0:44 - 0:49
    Aku paling suka menulis karakter menurun
  • 0:51 - 0:55
    dan melihat tulisannya mengabur.
  • 1:02 - 1:04
    Pada awal tahun 1990-an,
  • 1:04 - 1:07
    Aku mengambil batu dari alam,
  • 1:07 - 1:10
    dan mulai menulis catatan harian dengan
    air di atas batu itu.
  • 1:16 - 1:21
    Lalu kemudian berubah menjadi karya
    berupa tulisan air.
  • 1:23 - 1:26
    Memori adalah bagian penting
    dari hidup kita.
  • 1:26 - 1:29
    Kita menggambar sesuatu, menulis sesuatu,
    karena kita ingin mengingatnya.
  • 1:32 - 1:35
    Jadi aku pikir mungkin
    aku bisa menggambar sesuatu
  • 1:35 - 1:40
    yang bagian pertamanya akan hilang
    sebelum aku menyelesaikan sisanya.
  • 1:40 - 1:43
    Sesuatu yang sejatinya
    tidak bisa diselesaikan.
  • 1:43 - 1:45
    Karya yang akan selalu dalam proses.
  • 1:57 - 2:01
    Sebenarnya, sebentar lagi kita sampai
    ke Hutong tempat tinggalku.
  • 2:11 - 2:13
    Ayahku sangat keras padaku.
    Saat aku muda,
  • 2:15 - 2:20
    aku menghormatinya dan berpikir bahwa
    tak ada yang dia tak bisa lakukan.
  • 2:24 - 2:31
    Tapi setelah aku tumbuh besar, apalagi saat
    masa kenakalan remaja, kurasa dia
  • 2:32 - 2:36
    tak mengerti apapun.
    Dia memelukku saat aku muda.
  • 2:37 - 2:41
    Aku masih ingat jambangnya menggelitikku
    saat umur tiga tahun.
  • 2:41 - 2:47
    Tapi kemudian, kami tidak pernah kontak
    badan lagi meskipun cuma jabat tangan.
  • 2:47 - 2:50
    Aku ingin menyentuhnya tapi
    aku tidak berani.
  • 2:52 - 2:54
    Lalu aku memikirkan tentang gambar.
  • 2:54 - 2:57
    Gambar adalah sesuatu yang
    bisa kau lihat tapi tidak bisa sentuh.
  • 2:58 - 3:04
    Jadi kuputuskan untuk memotret tanganku
    menyentuh udara,
  • 3:04 - 3:06
    dan menyorotkan gambar itu padanya.
  • 3:09 - 3:14
    Setelah menyelesaikan karya ini,
    kami tidak membicarakannya.
  • 3:16 - 3:18
    Tapi hubungan kami berubah.
  • 3:23 - 3:27
    Dan ayahku bisa merasakannya juga.
  • 3:31 - 3:36
    Setelah karya itu,
    aku dan ayahku membuat karya-karya serupa.
  • 3:38 - 3:44
    Sayangnya pada tahun 2002,
    Ayahku meninggal karena infark miokard.
  • 3:45 - 3:48
    Lalu kupikir,
  • 3:48 - 3:56
    jika aku tak menyentuhnya sekarang,
    tak akan ada lagi kesempatan lain.
  • 3:57 - 4:00
    Kemudian, aku menciptakan iterasi kedua
    "Menyentuh Ayahku."
  • 4:02 - 4:05
    Aku sangat berduka karena
    aku menyentuh jasadnya yang dingin
  • 4:05 - 4:09
    dengan tanganku yang hangat.
  • 4:12 - 4:18
    Walaupun kurekam,
    aku putuskan untuk tidak akan menontonnya
  • 4:20 - 4:28
    Barulah aku menyadari betapa berat dan
    dalam perasaan merindukan seseorang,
  • 4:28 - 4:32
    yang tidak bisa diungkapkan
    dalam bahasa apapun.
  • 4:38 - 4:40
    [Suara lirih]
  • 4:44 - 4:45
    -Apakah ini bagus?
    -Ya
  • 4:45 - 4:51
    Jika berhasil, bagaimana kita memajangnya?
    Milik kami disini, lalu milikmu?
  • 4:51 - 4:53
    Atau bagaimana kita tentukan?
    Perlukan kita membuat undian?
  • 4:53 - 4:58
    Ayo kita undi.
    Itu lebih adil.
  • 4:58 - 5:01
    Ayo mengunfi.
    Lebih menarik kalau dapat secara acak.
  • 5:01 - 5:04
    Dia ingin menarik undian untuk
    memajang hasil karyanya.
  • 5:04 - 5:08
    Baik. Buatlah undiannya kalau begitu.
  • 5:08 - 5:09
    Buatlah.
  • 5:18 - 5:25
    Aku merasa sangat beruntung
    memiliki Yin Xiuzhen di hidupku,
  • 5:25 - 5:31
    dan bisa hidup berdampingan dengannya
    lebih dari 30 tahun.
  • 5:31 - 5:37
    Kami seperti sepasang sumpit
    yang mendukung satu sama lain.
  • 5:47 - 5:50
    Karyamu dipajang di belakang karyaku,
    lebih tinggi dibanding punyaku.
  • 5:50 - 5:55
    Aku menempatkannya di atas platform, jadi
    terlihat lebih baik di belakang karyamu.
  • 5:58 - 6:03
    Jadi kau sudah rencanakan ini sejak lama.
  • 6:03 - 6:07
    Pamerina ini adalah peringatan
    "Jalan Para Sumpit".
  • 6:07 - 6:09
    Pertama-tama, kami menciptakan
    karya tersebut bersama.
  • 6:09 - 6:12
    Lalu, kami mulai membuat setiap karya
    secara terpisah dan rahasia.
  • 6:12 - 6:15
    Kami akan tentukan tema dan ukurannya.
  • 6:17 - 6:23
    Terakhir kali kami berkolaborasi
    pada tahun 2011.
  • 6:23 - 6:26
    Kami mengajak putri kami ke pameran.
  • 6:27 - 6:29
    Dia penasaran dan bertanya,
  • 6:29 - 6:33
    "Kalian berdua bekerjasama dengan baik,
    bolehkah aku bergabung?"
  • 6:33 - 6:41
    Kubilang: "Sumpit itu selalu berpasangan,
    bagaimana bisa kamu ikut?"
  • 6:41 - 6:45
    Lalu dia menjawab:
    "Mengapa tidak kita buat sumpit ketiga?"
  • 6:45 - 6:49
    Kata-katanya membuatku banyak berpikir.
  • 6:49 - 6:53
    Untuk kolaborasi itu,
    Aku membuat karya berjudul remote control.
  • 6:54 - 6:59
    Aku ingin menciptakan mesin
    yang seolah-olah bisa mengendalikan,
  • 6:59 - 7:03
    tapi sebenarnya tak berguna.
  • 7:03 - 7:06
    Karena anak-anak seharusnya
    punya jalan mereka sendiri.
  • 7:18 - 7:24
    Pameran ini menandai ulang tahun ke-18
    dari "Jalan Para Sumpit",
  • 7:24 - 7:30
    jadi kami mendorongnya untuk bergabung
    kembali jika dia menikmatinya.
  • 7:30 - 7:36
    Akhirnya dia menentukan satu karakter,
    "Sheng,"
  • 7:36 - 7:39
    yang bermakna kehidupan,
    nyawa, dan reproduksi.
  • 7:39 - 7:46
    Lalu, kami mulai berpikir apa yang hendak
    diciptakan berdasarkan tema yang dipilih.
  • 7:51 - 7:53
    Saat dia masih kecil,
    kami bermain-main bersamanya.
  • 7:53 - 7:56
    Sekarang dia tumbuh besar,
    ini cara kami tetap bisa bermain bersama.
  • 7:56 - 8:00
    Aku merasa kami bertiga terus saling
    belajar satu sama lain
  • 8:00 - 8:02
    meskipun ada perbedaan usia.Tidak masalah buatku apakah
    itu karya seni atau bukan.
  • 8:05 - 8:08
    Tidak masalah lagi buatku apakah
    itu karya seni atau bukan.
  • 8:08 - 8:12
    Yang penting adalah hubungan di
    antara kami
  • 8:12 - 8:17
    dan pemikiran yang tercipta dari sana.
  • 8:24 - 8:26
    Apa itu "Sheng?"
  • 8:26 - 8:34
    Ia adalah keadaan yang terus menerus
    berkembang, hal yang terus berlanjut.
Title:
Song Dong: 生 / Shēng | Art21 "Extended Play"
Description:

Episode 283: Kefanaan hidup dihempaskan oleh kenangan dan koneksi kita dengan sesama. Menautkan seni dan kehidupan, ketiadaan dan ingatan, orang tua dan anak, sang seniman menjembatani masa lalu dan masa kini yang membuatnya mampu menerobos jejak dan hubungan baru di masa depan. Berkarya dengan istrinya, seniman Yin Xiuzhen, dan anaknya, Song ErRui, Song Dong secara langsung membahas tema 生 / Shēng, yang ia gambarkan sebagai "yang hidup, kehiduoan, dan reproduksi."
Saat masih kanak-kanak, Song Dong berlatih kaligrafi menggunakan air di atas batu. Pengalaman ini menginspirasi "Catatan Air" (2010) dan "Baja Tak Berjejak" (2016), yang dipajang di Museum Seni Los Angeles. Dalam "Catatan Air", sang seniman merekam dirinya sendiri melukis dengan kuas tinga untuk menggambar dan menulis di atas batu yang kemudian menguap sebelum selesai. Di dalam galeri, "Baja Tak Berjejak" menjulang setinggi 8 kaki - sebongkah baka yang mengundang pemirsa untuk menciptakan karya yang menguap dengan air. Terlihat berjalan menyusuri huting (komunitas residensial tradisional Beijing yang terdiri dari bangunan, halaman, dan gang) tempat ia tumbuh, sang seniman menggambarkan bagaimana hubungannya dengan sang ayah menginspirasi serial karya yang dimulai dari "Menyentuh Ayahku" (1997). Song menggapai ayahnya setelah bertahun-tahun tanpa kontak fisik dengan menyorotkan gambar tangan pada ayahnya, yang menunjukkan jarak yang melebar sejak masa muda Song.

Keluarga dan kolaborasi adalah jantung dari "Jalan Para Sumpit", sebuah proyek yang berlangsung dan serial pameran yang dilakukan Song dan seniman Yin Xiuzhen, istrinya. Mendekati ulang tahun ke-18 "Jalan Para Sumpit", Song dan Yin mengundang putrinya untuk berpartisipasi dalam reiterasi pameran keempat. Tema kolaborasi disesuaikan berdasarkan konsep 生 / Shēng yang membahas tentang sentralitas hidup dan kolaborasi dalam praktek yang dilakukan Song Dong. Baginya, seni adalah tentang bertumbuh dan belajar bersama. "Tidak penting bagi saya apakah itu karya seni atau bukan," tuturnya, "Tapi, yang penting adalah hubungan di antara kami dan pemikiran yang terpantik dari sana."

Pelajari lebih lanjut tentang sang seniman di: https://art21.org/artist/song-dong

KREDIT | Produser Serial: Ian Forster. Sutradara: Bryan Chang, Andrea Chung, Vicky Du. Penyunting: Kira Dane. Kamera: Yang Bo, Bryan Chang, Christoph Lerch. Sound: Zhou Yang. Asisten Kamera: Oliver Richardt, Yifan Wen. Penata Warna: Jonah Greenstein. Penata Suara: EJ Markland. Asisten Editor: Mengchen Zhang, Michelle Hanks. Musik: Blue Dot Sessions. Hak Cipta Karya: Song Dong, Yin Xiuzhen, Song ErRui.

"Extended Play" is supported by The Andy Warhol Foundation for the Visual Arts; and, in part, by public funds from the New York City Department of Cultural Affairs in partnership with the City Council; the Art21 Contemporary Council; and by individual contributors.

TRANSLATIONS
Translated subtitles are generously contributed by our volunteer translation community.

#SongDong #Art21 #ExtendedPlay

more » « less
Video Language:
English
Team:
Art21
Project:
"Extended Play" series
Duration:
08:57

Indonesian subtitles

Revisions Compare revisions