< Return to Video

Caring for the Sick and Dying| Thich Nhat Hanh 2014 06 14

  • 0:02 - 0:07
    (Bunyi genta)
  • 0:25 - 0:28
    Thay terkasih, Sanggha terkasih,
  • 0:29 - 0:34
    saya diberkati karena telah menerima
    ajaranmu sejak dulu,
  • 0:35 - 0:37
    sejak tahun1980-an
  • 0:37 - 0:39
    dan saya sangat berterima kasih padamu.
  • 0:39 - 0:41
    30 tahun? 34 tahun?
  • 0:41 - 0:44
    Iya, itu benar.
  • 0:44 - 0:47
    Retret keluarga di Honolulu.
  • 0:47 - 0:49
    Anda adalah tubuh keberlanjutanku.
  • 0:49 - 0:52
    (Suara tertawa)
  • 0:58 - 1:01
    Saya bekerja sebagai psikoterapis.
  • 1:02 - 1:06
    Dan walaupun saya telah menerima
    banyak ajaran yang indah,
  • 1:07 - 1:11
    saya menemukan bahwa sejak saya didiagnosa
    penyakit kanker 12 tahun yang lalu,
  • 1:11 - 1:13
    itu sangat sulit.
  • 1:14 - 1:20
    Saya telah belajar cara baru tentang
    penderitaan dalam tubuh dan pikiranku.
  • 1:21 - 1:24
    Karena saya sudah pernah berlatih,
  • 1:24 - 1:28
    jadi prosesnya cukup mudah bagi saya.
  • 1:29 - 1:32
    Tapi sekarang saya bekerja
    dengan penderita kanker
  • 1:33 - 1:36
    dan saya telah mengadakan
    retret kesadaran penuh
  • 1:36 - 1:38
    bagi penderita kanker
  • 1:39 - 1:43
    dan saya tahu benar bahwa
    ketakutan sangatlah berbeda
  • 1:44 - 1:47
    saat ketakutan akan
    kematian itu tidaklah abstrak,
  • 1:47 - 1:50
    dan ada dalam tubuh kita sendiri.
  • 1:51 - 1:57
    Ketakutan, ketidakpastian saat orang
    harus terus menerus diperiksa (dokter)
  • 1:59 - 2:03
    dan saya sangat menginginkan ajaran
    apa saja yang bisa Anda ajarkan
  • 2:03 - 2:06
    tentang bagaimana cara menghadapi
    rasa ketakutan yang mendalam
  • 2:08 - 2:15
    juga hal lainnya yang ingin
    disampaikan kepada komunitas ini.
  • 2:17 - 2:19
    Terima kasih.
  • 2:23 - 2:28
    Dalam retret ini, kita telah
    bermeditasi tentang topik ini.
  • 2:31 - 2:39
    Kita mengamati gagasan
    akan kematian dan ketakutan.
  • 2:45 - 2:48
    Jika kita mempunyai
    Pandangan Benar (Right View),
  • 2:49 - 2:52
    kita akan bebas
    dari ketakutan dan putus asa.
  • 2:53 - 2:57
    Itulah mengapa,
    jika kita berpandangan benar,
  • 2:57 - 3:00
    bukan hanya dalam teori
  • 3:00 - 3:03
    tapi dalam pengalaman yang sebenarnya,
  • 3:03 - 3:07
    kita bisa membantu banyak orang.
  • 3:09 - 3:15
    Saat Anda duduk dekat
    orang yang sedang sekarat,
  • 3:17 - 3:21
    Apabila Anda punya wawasan
    tentang tiada lahir dan tiada mati,
  • 3:21 - 3:28
    Jika Anda bisa merasa damai seperti itu,
    Anda bisa sangat membantu.
  • 3:29 - 3:34
    Orang yang sedang
    sekarat itu tidak akan menderita.
  • 3:35 - 3:38
    Dan ia bisa meninggal dengan damai.
  • 3:38 - 3:43
    Itulah yang terjadi pada Anathapindika,
  • 3:44 - 3:46
    praktisi umat awam.
  • 3:47 - 3:51
    Anathapindika adalah
    seorang praktisi umat awam.
  • 3:52 - 3:54
    Ia seorang pengusaha.
  • 3:57 - 4:04
    Saat ia bepergian
    ke Kerajaan Rajagaha, kota Rajagaha.
  • 4:04 - 4:07
    Ia bertemu Buddha untuk pertama kalinya
  • 4:08 - 4:13
    dan mengundang beliau untuk datang
    ke negerinya, ke kota Sravasthi.
  • 4:14 - 4:18
    Ia menawarkan Buddha
    sebuah taman untuk berlatih,
  • 4:18 - 4:23
    sebuah taman indah sebagai pusat latihan.
  • 4:24 - 4:29
    Pada hari Anathapindika
    sedang sekarat,
  • 4:30 - 4:40
    Bhante Sariputra datang bersama
    adik seperguruan Dharmanya, Ananda,
  • 4:40 - 4:44
    yang direkomendasikan oleh Buddha.
  • 4:46 - 4:52
    Selama kunjungan itu,
  • 4:52 - 4:58
    Sariputra mencoba membantu Anathapindika
  • 4:58 - 5:02
    untuk menyentuh hakikat tiada lahir
    tiada mati dalam dirinya
  • 5:03 - 5:05
    dengan sangat terampil.
  • 5:09 - 5:12
    Dan kisah ini dituliskan dalam sutra
  • 5:12 - 5:17
    yang berjudul 'Ajaran Yang Diberikan
    Kepada Orang Sekarat'.
  • 5:18 - 5:24
    Sariputra adalah saudara tertua
    dalam Dharma dari kita semua.
  • 5:24 - 5:27
    Beliau sangat terampil.
  • 5:31 - 5:35
    Ananda duduk di dekatnya dan
    hal pertama yang ditanyakan mereka:
  • 5:36 - 5:41
    "Sahabat, apa yang engkau
    rasakan dalam tubuhmu?
  • 5:43 - 5:49
    Apakah rasa sakit berkurang,
    atau masih bertambah?"
  • 5:55 - 5:57
    Bukankah itu adalah
    pertanyaan seorang dokter?
  • 5:59 - 6:03
    Anathapindika menjawab, "Yang Mulia,
  • 6:04 - 6:08
    sakit di tubuhku ini
    tampaknya tidak berkurang,
  • 6:08 - 6:10
    melainkan bertambah setiap saat.
  • 6:10 - 6:13
    Saya sangat menderita.
    Saya merasa sangat kesakitan."
  • 6:16 - 6:19
    Dan membalas jawaban itu,
    Sariputra berkata,
  • 6:20 - 6:25
    "Jika begitu, mari kita
    bermeditasi tentang Tiga Permata."
  • 6:26 - 6:30
    Kesadaran penuh akan Tiga Permata.
  • 6:36 - 6:44
    Meditasi seperti ini yang menggunakan
    objek Buddha, Dharma, dan Sanggha.
  • 6:52 - 6:55
    Mereka menawarkan latihan
    meditasi dengan panduan.
  • 6:55 - 7:00
    Kedua biksu itu menyokong
    orang yang sedang sekarat
  • 7:00 - 7:04
    untuk bermeditasi tentang
    Perenungan terhadap Buddha,
  • 7:04 - 7:09
    Perenungan terhadap Dharma dan Sanggha.
  • 7:10 - 7:13
    Kita bisa belajar dari pengalaman itu.
  • 7:15 - 7:19
    Karena Sariputra adalah
    biksu yang sangat cerdas,
  • 7:19 - 7:24
    ia tahu bahwa Anathapindika
    sangat bersemangat ketika
  • 7:24 - 7:28
    melayani Buddha, dan Sanggha.
  • 7:28 - 7:32
    Ia seorang pengusaha dan
    hatinya sangat baik.
  • 7:32 - 7:42
    Ia banyak membantu penduduk miskin
    dan melarat di kota Sravasthi.
  • 7:42 - 7:45
    Itu sebabnya
    mereka sangat mencintainya
  • 7:45 - 7:48
    dan memberinya nama
    yang indah, Anathapindika.
  • 7:49 - 7:53
    Seseorang yang peduli
    pada masyarakat tidak berdaya.
  • 7:55 - 7:58
    Nama aslinya adalah Sudatta.
  • 8:03 - 8:11
    Ia menawarkan sebuah taman indah
    kepada Buddha sebagai pusat latihan.
  • 8:12 - 8:15
    Orang-orang datang dan
    mendengarkan wejangan Dharma
  • 8:15 - 8:19
    serta berlatih Pelafalan
    Latihan Sadar Penuh
  • 8:19 - 8:21
    dan berbagi Dharma.
  • 8:24 - 8:29
    Ia mendorong anaknya
    untuk ikut berlatih bersamanya.
  • 8:31 - 8:37
    Setiap kali dia memikirkan
    tentang Buddha dan Sanggha,
  • 8:38 - 8:43
    setiap ia melakukan sesuatu
    untuk mendukung Buddha dan Sanggha,
  • 8:43 - 8:45
    ia merasa sangat bahagia.
  • 8:45 - 8:48
    Melayani Buddha dan
    Sanggha, belajar Dharma
  • 8:48 - 8:51
    membawa kebahagiaan besar baginya.
  • 8:51 - 8:58
    Banyak benih kebahagiaan
    telah tertanam dalam kesadarannya.
  • 9:00 - 9:04
    Wawasan Biksu Sariputra adalah,
  • 9:04 - 9:09
    jika ia memusatkan perhatian
    pada Buddha, Dharma, dan Sanggha,
  • 9:09 - 9:14
    dan menyirami benih kebahagiaan
    yang sudah ada dalam dirinya,
  • 9:15 - 9:21
    maka perasaan sukacita dan
    kebahagiaan akan bermanifestasi,
  • 9:21 - 9:25
    dan akan menciptakan keseimbangan
    antara sukacita dan kesakitannya
  • 9:25 - 9:28
    sehingga penderitaannya akan berkurang.
  • 9:29 - 9:37
    Kupikir semua psikoterapis harus belajar
    dari kakak senior kita, Biksu Sariputra.
  • 9:41 - 9:46
    Dan setelah latihan 5-8 menit
  • 9:49 - 9:55
    mengenai perenungan terhadap
    Buddha, Dharma, dan Sanggha,
  • 9:55 - 9:57
    Anathapindika bisa tersenyum.
  • 9:59 - 10:03
    Jika kita duduk dekat
    orang yang sedang sekarat,
  • 10:03 - 10:08
    kita harus bisa mengenali
    benih kebahagiaan dalam dirinya,
  • 10:09 - 10:11
    kita harus menanyakannya,
  • 10:12 - 10:16
    dan kita ucapkan sesuatu untuk menyirami
    benih kebahagiaan dalam dirinya.
  • 10:16 - 10:20
    Dengan menyirami benih kebahagiaan itu,
  • 10:20 - 10:23
    dan menghasilkan sukacita dan kebahagiaan,
  • 10:23 - 10:27
    akan membangun keseimbangan
  • 10:27 - 10:30
    sehingga penderitaan orang itu akan berkurang.
  • 10:39 - 10:46
    Lalu, Sariputra meneruskan
  • 10:46 - 10:52
    meditasi tentang Enam Pancaindra,
  • 10:52 - 10:58
    yaitu mata, telinga, hidung,
    lidah, tubuh, dan pikiran.
  • 10:58 - 11:06
    Enam Objek Indra seperti bentuk,
    suara, aroma, sentuhan, dan sebagainya.
  • 11:07 - 11:09
    Dan Enam Kesadaran,
  • 11:12 - 11:20
    untuk membantu Anathapindika melihat
    bahwa semua ini adalah bentukan mental.
  • 11:22 - 11:24
    Mereka tidak datang dari mana pun,
  • 11:24 - 11:28
    saat kondisinya tepat,
    mereka bermanifestasi seperti itu.
  • 11:29 - 11:33
    Mereka tidak datang dari mana pun
    dan mereka tidak akan pergi ke mana pun.
  • 11:34 - 11:35
    Mereka tidak akan pergi ke mana pun.
  • 11:36 - 11:38
    Tiada datang tiada pergi,
  • 11:38 - 11:43
    ini wawasan yang akan Anda
    dapatkan jika berlatih seperti itu.
  • 11:44 - 11:46
    Mereka mencoba memusatkan perhatiannya
  • 11:47 - 11:52
    bahwa sebenarnya terdapat
    empat elemen dalam tubuh kita,
  • 11:52 - 12:00
    air, udara, panas, dan tanah,
  • 12:01 - 12:03
    di dalam dan di luar.
  • 12:05 - 12:10
    Untuk membantu yang
    sedang sekarat melihat bahwa
  • 12:11 - 12:14
    manusia terdiri dari elemen ini
  • 12:16 - 12:19
    dan saat kondisinya tepat,
    mereka akan bermanifestasi.
  • 12:19 - 12:24
    Saat kondisi tidak lagi tepat,
    mereka akan berhenti bermanifestasi
  • 12:25 - 12:28
    dan bermanifestasi sebaliknya.
  • 12:30 - 12:34
    Tiada lahir tiada mati,
    tiada pergi tiada datang.
  • 12:35 - 12:40
    Pada akhir meditasi,
  • 12:41 - 12:47
    mereka melihat Anathapindika menangis.
  • 12:52 - 12:56
    Ananda tidak mengerti arti airmata ini.
  • 12:57 - 13:00
    Ia sangat khawatir dan berkata,
  • 13:00 - 13:04
    "Sahabat, mengapa engkau menangis?
  • 13:10 - 13:14
    Engkau tidak berhasil
    dalam meditasi panduan?"
  • 13:16 - 13:21
    "Bukan, Bhante Ananda.
    Aku melakukannya dengan sangat baik.
  • 13:21 - 13:25
    Aku sangat berhasil
    dalam meditasi panduanku."
  • 13:26 - 13:28
    "Atau apakah engkau menyesali sesuatu?
  • 13:28 - 13:30
    Engkau masih menyesali sesuatu?"
  • 13:30 - 13:34
    "Tidak, Bhante Ananda,
    aku tidak menyesali apa pun."
  • 13:35 - 13:37
    "Lalu, mengapa engkau menangis?"
  • 13:39 - 13:44
    Anathapindika menjawab pada Ananda,
  • 13:46 - 13:50
    "Bhante Ananda terkasih,
    aku menangis karena sangat tersentuh.
  • 13:50 - 13:56
    Aku sudah melayani Buddha, Dharma,
    dan Sanggha lebih dari 30 tahun.
  • 13:56 - 14:01
    Tapi belum pernah menerima
    ajaran dan latihan seindah ini
  • 14:01 - 14:05
    yang dapat membebaskanku seperti hari ini.
  • 14:06 - 14:08
    Ajaran akan tiada kelahiran tiada kematian
  • 14:08 - 14:12
    Aku bebas sekarang.
    Aku tidak takut akan kematian.
  • 14:12 - 14:15
    Aku mengerti hakikat
    tiada datang tiada pergi.
  • 14:18 - 14:21
    Aku bisa melihat kelanjutanku."
  • 14:21 - 14:24
    Ananda berkata, "Sahabat terkasih,
    engkau mungkin tidak tahu,
  • 14:24 - 14:29
    ajaran itu, kami sebagai monastik
    menerimanya hampir setiap hari."
  • 14:32 - 14:35
    Anathapindika berkata,
    "Bhante Ananda terkasih,
  • 14:36 - 14:39
    tentu saja ada umat awam
    yang terlalu sibuk
  • 14:40 - 14:44
    dan tidak punya waktu
    untuk menerima ajaran dan latihan ini.
  • 14:44 - 14:50
    Tapi ada di antara kami,
    yang tidak terlalu sibuk,
  • 14:51 - 14:57
    dan siap untuk menerima ajaran indah ini
    dan mempraktikkannya.
  • 14:57 - 15:02
    Mohon kembali kepada Buddha, guru kita,
    dan beritahu kepada-Nya bahwa
  • 15:02 - 15:09
    ada umat awam yang bisa menerima
    dan melatih ajaran mendalam seperti ini."
  • 15:11 - 15:17
    Ia berbicara mewakili komunitas awam.
  • 15:20 - 15:23
    Ananda berkata, "Jangan cemas, Sahabatku.
  • 15:26 - 15:30
    Setelah ini, aku akan segera
    kembali kepada Buddha
  • 15:30 - 15:33
    dan menyampaikan permintaanmu."
  • 15:34 - 15:40
    Setelah itu, Anathapindika meninggal dunia
    dengan damai dan senyum di bibirnya.
  • 15:43 - 15:48
    Jadi, Sutra tentang Ajaran Yang Diberikan
    Kepada Orang Sekarat
  • 15:48 - 15:52
    tersedia dalam buku
    pendarasan Plum Village.
  • 15:52 - 15:55
    Kita harus belajar, kita harus berlatih
  • 15:56 - 16:03
    dan kita bisa membantu meringankan
    penderitaan orang yang sedang sekarat
  • 16:03 - 16:10
    atau meringankan penderitaan
    orang yang sedang menjelang kematian.
  • 16:11 - 16:18
    Walaupun kita tidak menderita kanker
    atau telah sembuh dari kanker,
  • 16:18 - 16:22
    kita harus terus berlatih.
  • 16:23 - 16:28
    Karena jika Anda tidak berlatih,
    ia mungkin kembali
  • 16:28 - 16:30
    dan menelan Anda dengan cepat.
  • 16:30 - 16:33
    Sangat penting untuk menjaga latihan itu,
  • 16:33 - 16:41
    dan selalu ada Sanggha
    yang mendukung latihanmu.
  • 16:43 - 16:48
    Ada teman di Montreal, Kanada.
  • 16:52 - 16:56
    Dokter memvonis
    sisa hidupnya tinggal 3 bulan.
  • 16:57 - 17:01
    Tapi setelah ia bertemu Sanggha
    dan mengikuti retret,
  • 17:02 - 17:08
    ia terus berlatih sepenuh hati dan
  • 17:09 - 17:13
    tetap hidup selama lebih
    dari 10 tahun setelahnya.
  • 17:16 - 17:25
    Tapi setelah itu, karena
    istrinya melakukan sesuatu,
  • 17:29 - 17:33
    semacam memiliki hubungan
    yang membuatnya menderita,
  • 17:33 - 17:41
    ia tidak bisa meneruskan latihannya,
  • 17:42 - 17:46
    kondisinya memburuk dengan cepat
    dan ia meninggal dunia.
  • 17:48 - 17:51
    Saya pikir, kita harus selalu
    berhubungan dengan Sanggha.
  • 17:52 - 17:59
    Saat sesuatu seperti itu terjadi,
    kita harus memperbarui latihan kita
  • 18:01 - 18:03
    dan bersandar pada Sanggha.
  • 18:03 - 18:05
    Jika tidak,
  • 18:09 - 18:16
    kita akan menderita
    seperti teman Kanada itu.
  • 18:22 - 18:27
    Dan ajaran ini bukan hanya
    untuk psikoterapis,
  • 18:28 - 18:30
    ajaran ini berlaku untuk kita semua,
  • 18:30 - 18:33
    monastik dan praktisi awam.
Title:
Caring for the Sick and Dying| Thich Nhat Hanh 2014 06 14
Description:

more » « less
Video Language:
English
Duration:
18:37

Indonesian subtitles

Revisions