-
OYKU: Hidup itu adalah catatan yang ajaib.
-
Kita tidak bisa melupakan momen-momen pertama.
-
Pandangan pertama, senyuman pertama,
kegembiraan pertama...
-
Cinta pertama.
-
Sekaligus kekecewaan pertama, air mata pertama
dan juga...
-
Patah hati yang kurasakan
pertama kali dalam hidupku.
-
Rasa sakit yang terasa seperti akhir segalanya.
-
Kamu akan merasa tidak akan bangkit lagi.
-
Tetapi dengan sentuhan keajaiban,
segalanya berubah.
-
Dan kamu akan merasa tidak bisa
menduga datangnya cinta.
-
Apa kamu baik-baik saja?
-
Aku baik-baik saja.
-
- Ibu, hati-hati!
- Maafkan Ibu.
-
Lama sekali. Apa bisa dipercepat?
-
Sedang kukerjakan. Kamu tunggu sebentar.
-
Sedikit lagi.
-
Nah, bagaimana?
-
Apa sudah sama dengan gaun yang kamu gambar?
-
Hanya Ibu yang bisa menjahit gaun yang kugambar.
-
Jangan berkata seperti itu, Oyku.
-
Semua orang menyukai gambarmu.
-
Dari tukang daging sampai penjual makanan.
-
Ibu benar! Para tetangga menyukainya!
-
Karena dirimu, pelanggan kita
menjadi tambah banyak.
-
Itu berarti aku berguna.
-
Sekarang segera ganti bajumu.
-
Tapi kalau ukuranku berbeda
dengan anaknya, bagaimana?
-
Itu berarti Ibu tidak bisa
mengantarnya tepat waktu.
-
Cepat ganti bajumu. Nanti kamu akan terlambat.
-
- Ibu!
- Iya?
-
Aku tidak akan kesana. Percuma saja.
-
Jangan seperti itu, Oyku.
Kamu sudah menunggu lama untuk kesempatan ini.
-
Tapi ini akan sia-sia, Bu.
-
Kamu tidak akan tahu sebelum mencobanya.
-
Mereka pasti akan menyukai rancanganmu.
-
- Apa Ibu yakin?
- Tentu saja!
-
Ibu mempercayaimu! Ayo cepat,
anakku yang cantik.
-
Cepatlah.
-
Aku saja yang membuka pintu, Bu!
-
Cem, pelan-pelan.
-
Hai, Kak. Kakak, ada Kak Seyma!
-
- Oyku, ada Seyma!
- Iya, tunggu sebentar!
-
Halo, Tante.
-
Halo. Selamat datang.
-
Aku datang untuk menunggu kirimanmu.
-
Iya, Bulcere. Ayo silakan.
-
- Seyma, duduklah.
- Kami akan langsung pergi. Terima kasih.
-
- Bu, aku harus pergi latihan.
- Baiklah.
-
Jangan lupa untuk mengganti kaus mu
setelah latihan.
-
- Iya, Bu!
- Jangan sampai lupa!
-
Aku senang karena kamu mau
menemani Oyku hari ini.
-
Jangan biarkan Oyku patah semangat.
-
Tenang saja, Tante.
-
- Halo, Tante.
- Apa kabar, Oyku?
-
Sayang. Sampai nanti, Sayang.
-
Semoga kamu berhasil. Hati-hati di jalan.
-
- Hai, Onem.
- Hai.
-
Aku bingung ingin memilih yang mana.
Semua barang disini bagus.
-
Pilih saja semuanya. Kau pasti menyukainya.
-
- Apa kabar, Sayang?
- Baik.
-
Luar biasa sekali pembukaan
showroom ini.
-
Ya, begitulah.
-
Terakhir kali kita bertemu di
fashion show di Milan kan?
-
Percayalah, semua orang akan mengagumimu.
-
Ayo kita berfoto.
-
- Hai, Sibel. Apa kabar?
- Olcay!
-
Ayo kita ambil yang sebelah sini.
-
Ratuku!
-
Selamat datang, Ayaz.
Saya mendapatkan berita baru...
-
Ayaz, apakah model ini adalah pacarmu?
-
Hei! Kamu sudah menjatuhkan gambarku!
-
Ayaz! Inilah inspirasiku!
-
Ibu.
-
Ayo kita berfoto.
-
Ibu, cukup.
-
Apa kabar, Sayang?
-
Anda terlihat menawan seperti biasanya.
-
Katakan kalau kau tidak pacaran dengannya.
-
Ibu...
-
Ratuku. Wartawan sudah menunggu
untuk wawancara.
-
Oh, baiklah. Tunggu sebentar.
-
Berikan aku ciuman. Jangan pergi dulu.
-
- Apa kabar?
- Baik.
-
Apa bisa kubantu?
-
Apa aku bisa bertemu dengan Nyonya Dincer?
-
Untuk apa?
-
Aku adalah penggemar beratnya!
-
Semua orang juga penggemar beratnya.
-
Ya, anda benar. Aku ingin
menunjukkan beberapa gambar padanya.
-
Sudah banyak yang menunjukkan.
-
Iya, aku tahu kalau ada banyak orang
ingin bertemu dengan beliau.
-
Baiklah.
-
Saya minta maaf karena tidak bisa
membantumu bertemu dengannya.
-
Tapi tinggalkan saja rancanganmu,
nanti akan kutunjukkan padanya.
-
Benarkah?
-
Disana ada nomor teleponmu, kan.
-
Iya!
-
Kalau beliau tertarik,
kau pasti akan kuhubungi.
-
Terima kasih!
-
Kakak, ada telepon!
-
Iya, ada apa Tante Bulceri?
-
Iya, benar. Seyma belum datang.
-
Baiklah. Aku akan memberitahu tante
kalau dia sudah datang.
-
Iya. Sama-sama.
-
Mereka tidak akan menghubungiku.
-
Sudah 2 bulan namun tidak ada kabar dari mereka.
-
Sabar, Oyku. Mungkin banyak orang
yang ingin menemuinya.
-
Beliau tidak mungkin bisa
menemui mereka sekaligus.
-
- Benar.
- Tentu saja!
-
Aku harap juga begitu, Bu.
-
Aku pergi dulu. Aku mau ke kampus.
-
Hati-hati di jalan.
-
Sayang, dengarkan Ibu. Semuanya akan lebih
indah daripada yang kau bayangkan.
-
Kamu harus percaya itu!
Kamu harus menunggu. Jangan khawatir.
-
Kuharap wanita ini cantik.
-
Lumayan cantik.
-
Selamat pagi.
-
- Apa kamu sudah mau pulang?
- Iya.
-
Aku bisa membuatkan sarapan.
-
Tidak perlu. Terima kasih.
Aku akan meneleponmu.
-
Kamu belum meminta nomor teleponku.
-
Apa kamu memiliki nomor teleponku?
-
Tidak.
-
Aku akan mencarimu nanti. Jangan khawatir.
-
Seyma!
-
Kamu kemana saja?
-
Ibumu menelepon. Dia sangat cemas.
-
Apa kamu tidak apa-apa?
-
- Kami bertengkar.
- Lagi?
-
Ini adalah puncaknya.
Aku tak bisa memaafkannya.
-
Apa yang terjadi?
-
Banyak yang terjadi.
Jangan bicarakan disini.
-
Sebaiknya aku menceritakannya di rumahku.
-
Aku mau kuliah.
-
Kalau begitu, nanti kau datang ke rumahku.
-
Baiklah.
-
Bagus, Cem. Murat, pelan-pelan saja.
-
Bagus.
-
Cem, gunakan tanganmu dengan benar!
-
Emre!
-
Kalian lanjutkan latihan.
-
Apa kamu kuliah hari ini?
-
Tidak bisa. Kami ada pertandingan nanti.
Kami harus berlatih.
-
Baiklah. Aku akan meminjamkan catatan untukmu.
-
Terima kasih.
-
Baiklah, ayo kita berlatih.
-
Ini dimana?
-
Dimana aku memarkir mobilku?
-
Gawat. Benar-benar ada rapat.
-
Mete pasti sangat marah.
-
Mustahil! Hei, hei! Itu mobilku!
-
Berhenti! Hei!
-
Lagi-lagi dia tidak menjawab!
Lagi-lagi dia tidak menjawab!
-
Dia pasti sedang tidur entah dimana.
-
Aku sudah mengatur rapat ini
berbulan-bulan, tapi...
-
Siapa yang membuatmu marah pagi-pagi begini?
-
Siapa lagi?
-
Ayaz.
-
Selamat pagi, Tuan.
-
- Pagi.
- Apa anda ingin teh?
-
- Terima kasih.
- Bagaimana dengan Tuan?
-
Tidak perlu. Aku akan segera pergi.
-
Apa Burcu belum bangun?
-
Sudah, Pa! Selamat pagi!
-
- Pagi, Kak!
- Pagi, Tuan Putri!
-
Apa Nona Burcu mau teh?
-
Ah, tidak perlu. Aku mau ke kampus.
Aku hampir terlambat.
-
Sarapan dulu sedikit.
-
Jangan khawatir, Papa.
Aku akan makan di kampus.
-
- Ayo, Burcu. Kita pergi.
- Ayo!
-
Mete.
-
Jangan lupa dengan malam ini.
-
Jangan khawatir, Pa. Itu masalah mudah.
Aku akan mengurusnya.
-
- Kuserahkan padamu.
- Aku akan mengurusnya.
-
Apa yang Kakak bicarakan pada Papa?
-
- Bicara apa?
- Yang tadi!
-
Aku tadi membujuk Papa agar kau bisa
bersekolah di Amerika pada musim panas nanti.
-
Apa aku diizinkan pergi?
-
Wah, Kakakku luar biasa!
Ini baru Kakakku yang tampan!
-
Ya, ya. Hati-hati di jalan.
-
- Apa Ayaz sudah tiba?
- Dia belum datang.
-
- Apa dia belum menelepon?
- Begitulah.
-
Kalau begitu, telepon dia terus sampai
kau tahu lokasinya.
-
Selamat datang.
-
- Tuan Ayaz...
- Saya bukan Ayaz. Dia belum datang.
-
Saya adalah mitra Ayaz.
-
Aku harap dia tak terlambat
karena waktuku tidak banyak.
-
Sebentar lagi dia akan datang.
-
Bagaimana kalau anda masuk dulu
dan menunggu di dalam?
-
Silakan masuk.
-
Telepon dia sampai kau mendapatkannya.
-
Kenapa tiba-tiba berhenti?!
-
Bannya pecah. Akan butuh waktu.
-
Apa anda ingin secangkir teh atau kopi?
-
Terima kasih. Aku harap Tuan Ayaz
punya penjelasan yang bagus.
-
Saya harap juga begitu.
-
- Silakan.
- Terima kasih.
-
Aku duluan yang memanggil taksi ini.
-
Apa maksudmu? Aku sudah menunggu
lebih dari satu jam.
-
Kumohon! Aku sudah terlambat ke kampus!
-
Aku juga terlambat untuk rapat!
-
Lihat! Itu gara-gara kamu!
-
- Gara-gara aku?!
- Iya.
-
Jangan sembarangan menuduhku.
Aku ini wanita! Kamu harus lebih sopan!
-
Wanita memang selalu memakai alasan seperti itu.
-
Kamu bisa menunggu taksi yang berikutnya!
Tidak perlu berkata begitu!
-
- Ada apa ini?!
- Tasku!
-
Tolong bantu bereskan!
-
Ini gara-gara kamu! Kepalaku terbentur!
-
Kepalamu yang besar itu tidak akan mudah retak.
-
Hati-hati saat kamu berdiri!
-
Maaf! Aku tidak sengaja!
-
Kamu harus menjauh dariku!
-
Kamu yang harus menjauh!
-
Mereka sudah menunggu di ruang rapat.
-
Kamu cantik sekali dengan warna biru.
-
Terima kasih, Tuan Ayaz.
-
Kami sudah menunggu lama dan ketinggalan jadwal.
-
Saya sungguh minta maaf.
-
Menurut kami, kualitas dan keaslian proyek
sangat diprioritaskan.
-
Lalu perusahaan kami sangat mementingkan
kedisiplinan. Tapi yang kulihat...
-
Kedisiplinan juga penting bagi kami.
-
Maaf, saya terlambat.
Ada kecelakaan di perjalanan saya kesini.
-
Aku harap kecelakaannya tidak serius.
-
Ah, tidak. Maaf telah membuat anda menunggu.
-
Tidak apa-apa. Itu wajar.
-
Kalau begitu, saya akan memulai presentasi.
-
Mustahil kita bisa
mengejar rapat yang berikutnya.
-
Ini bukanlah proyek yang besar.
Kurasa bisa dipercepat.
-
Seperti yang kalian lihat,
kami sudah merancang mall dua lantai.
-
Aku sangat menyukai rancangannya.
-
Ya, saya juga menyukainya.
-
Karena itu, kami berusaha untuk
memisahkan area ini menjadi resto dan kafe.
-
Tetapi kami akan mengubah konsep utama
menjadi food court satu lantai.
-
Sekarang aku akan membicarakan detailnya...
-
Sebagai seni rupa, lukisan dirasakan
sebagai kerajinan yang sederhana.
-
Iya, silakan masuk.
-
Bahkan masyarakat kelas atas
memesan lukisan untuk diselesaikan.
-
Kenapa kamu terlambat?
-
Terjadi sesuatu.
-
Apa yang terjadi?
-
Pertama, bannya pecah.
Lalu aku bertengkar dengan seorang pria.
-
Nona, jika anda mau mengobrol,
sebaiknya di luar saja.
-
Iya. Maaf, Bu!
-
Para seniman tidak hanya sekedar...
-
mewakili sebuah motif utama
dalam lukisan mereka.
-
Telepon siapa yang berbunyi?
-
Oyku?
-
Bukan ponselku, Bu! Silakan memeriksa tasku!
-
Kalau anda tidak percaya, silakan periksa!
-
Saya sudah mengatakan berulang kali,
kalian harus mematikan ponsel!
-
Keluar!
-
Tapi ponsel ini bukan milikku!
-
Wanita ini benar-benar tidak normal.
-
Dia lumayan manis.
-
Syukurlah kamu tahu kalau itu bukan ponselmu.
-
Kalau kamu sudah tahu,
seharusnya kamu langsung meneleponku!
-
Seharusnya kamu mengembalikan ponselku!
-
Kenapa kamu tidak datang kesini
untuk mengambilnya?
-
Semua ini gara-gara kamu!
Kamu yang harus mengembalikannya!
-
Oke. Tapi dengan satu syarat.
-
Kamu akan menemuiku dengan
memakai piyama polkadot.
-
Kau...
-
Jadi kau sudah melihat semua fotoku!
-
Apa yang kau lakukan itu tidak sopan!
-
Ayaz, aku pergi dulu.
-
Kamu harus segera kesini
jika kau tidak mau aku melihat isi ponselmu.
-
Dimana alamatmu?
-
- Apa kau mau kopi?
- Tidak.
-
Aku mau mengambil ponselku dan
langsung pergi dari sini.
-
Oke.
-
Kuharap aku tidak akan pernah melihatmu lagi.
-
Pakaian ini bagus.
Anda bisa mencobanya terlebih dahulu.
-
- Halo?
- Oyku, apa kita bisa bicara?
-
Iya, bisa! Aku punya waktu.
-
Terima kasih. Kamu dimana?
Aku membutuhkanmu sekarang.
-
Kamu membutuhkan aku?
Aku ada di butik tempat temanku bekerja.
-
Butik dimana?
-
Oke. Aku akan kesana sekarang. Tunggu aku.
-
Selamat siang.
-
Apa Tuan sedang mencari sesuatu
untuk istri anda?
-
Aku belum menikah.
-
Artinya sesuatu untuk pacar anda.
-
Kurasa anda salah lagi.
-
Saya salah tapi itu membuat saya senang.
-
Pilihan yang tepat.
Ukuran berapa yang anda cari?
-
Karena itu aku kesini.
Aku tidak tahu berapa ukurannya.
-
- Mete!
- Oyku! Tolong bantu aku.
-
Aku tidak tahu apa yang harus kubeli
untuk ulang tahun Burcu.
-
Aku sekarang benar-benar bingung.
-
Oh, begitu. Oke, oke.
-
Anda berada di tempat yang tepat!
-
Apa kamu mengenalnya, Oyku?
-
Ini Mete. Kenalkan.
Dia kakaknya Burcu, temanku.
-
Saya mengenalnya. Tapi saya
belum pernah bertemu dengannya.
-
Seyma adalah temanku.
Dia tinggal di rumahmu yang dulu.
-
Senang berkenalan denganmu.
-
Saya juga. Sekarang mari kita lihat
baju yang lain.
-
- Silakan.
- Terima kasih.
-
Ini kartunya.
-
Terima kasih.
-
Terima kasih banyak atas bantuannya.
Sampai ketemu lagi. Senang bertemu denganmu.
-
Sama-sama. Sampai ketemu lagi.
-
Oh ya. Terima kasih juga untuk
anak kecil yang manis ini. Sampai jumpa.
-
Sampai jumpa.
-
Kapan dia sadar kalau aku sudah dewasa?
-
Dia tidak akan sadar jika kamu tidak berubah!
-
Ambil tas di belakang mobil.
-
Apa ini?
-
Aku membawakan baju untukmu.
Kau harus memakainya nanti malam.
-
Pilih salah satu bajunya.
Dandan yang cantik. Biarkan rambutmu tergerai.
-
Mulai sekarang kau harus
berdandan seperti wanita.
-
Siapa maksudmu? Aku?
-
Ahmet dan Burak, tendang ke samping!
Ayo tendang!
-
Bagus, Cem.
-
Mari kita lakukan sekali lagi.
-
Aku akan kembali sebentar lagi.
-
- Kamu sedang apa Emre?
- Latihan. Kenapa kalian datang kesini?
-
Burcu mengajakku kesini.
Dia mau menyampaikan salam untukmu.
-
Terima kasih.
-
Apa kamu mau datang ke pestaku malam ini?
-
Akan kuusahakan.
-
Ayolah datang! Kita bisa bersenang-senang!
-
Kakakku sudah mengatur semuanya.
Kamu hanya datang saja. Semuanya gratis!
-
Aku tidak janji. Tapi akan kuusahakan.
-
Sampai jumpa. Aku harus kembali
melatih anak-anak. Terima kasih kunjungannya.
-
Anak-anak, tendang bolanya!
-
Kuharap dia akan datang!
-
Dia tidak akan datang.
Kenapa kau mengatakannya seperti itu?
-
Apa yang kukatakan?
-
Kamu bilang "gratis".
-
Karena aku tahu kalau kondisinya
sedang tidak bagus.
-
Jangan sampai dia tidak datang karena hal itu.
Apa aku salah?
-
- Ya sudah. Itu bagus.
- Astaga. Aku salah.
-
Apa yang harus kulakukan?
-
Aku sudah mengacaukannya.
-
Jangan diam saja. Katakan sesuatu.
Apa yang harus aku lakukan?
-
Sekarang perasaanku memburuk.
-
Aku mungkin sudah buta
karena selama ini aku tidak melihatmu.
-
Kamu sangat cantik.
Aku tidak akan bosan menatapmu.
-
Apa kamu mau menjadi kekasihku?
-
Iya! Iya, aku mau!
-
Kakak, kakak!
-
Apa?
-
Ada telepon dari Kak Seyma.
-
Seyma, ada apa?
-
Kamu sedang apa, Oyku?
-
Persiapan untuk malam ini. Apa kamu lupa?
-
Oh, begitu. Aku lupa.
-
Aku meneleponmu untuk menceritakan hubungan kami
tapi dia belum menelepon.
-
Aku bosan menunggunya.
-
Kalau kita bertemu setelah pesta,
apa terlalu malam?
-
- Kurasa tidak.
- Baiklah. Kita akan bertemu nanti.
-
Bagaimana kalau aku datang ke pesta
bersama denganmu?
-
Kurasa itu lebih baik!
-
Lagipula teman-temanmu adalah teman-temanku juga!
-
Iya, itu benar.
-
Baiklah. Dua menit lagi
aku akan tiba di rumahmu. Tunggu aku.
-
- Aku akan menunggumu.
- Sampai jumpa.
-
Ibu, aku pergi dulu.
-
Jangan pulang terlalu larut.
-
Oyku, gaunmu...
-
Kenapa? Apa tidak cocok denganku?
-
Apa terlihat jelek?
-
Ibu, berikan komentar.
-
Apakah gaunnya bagus?
-
Siapa laki-laki itu?
-
Laki-laki yang mana?
-
Laki-laki yang kamu taksir!
-
Aku tidak punya laki-laki yang kutaksir!
-
Seyma sudah datang.
-
Kami pergi dulu, Bu.
-
Hati-hati. Jangan pulang terlalu malam!
-
Kamu berdandan dengan cantik untuk siapa?
-
Bukan untuk siapa-siapa.
-
Mengaku saja. Aku mengenalmu, Oyku.
-
- Aku cantik, kan.- Iya. Bajumu bagus sekali.
-
Aku yang menang!
-
Metil! Kau menatap siapa?
Kau kan tidak mengenal mereka!
-
Maafkan aku.
-
Ingat. Jangan kau ulangi lagi.
-
Seyma yang menemaniku.
-
Bagus. Itu artinya kamu tidak sendirian.
-
Apa kamu akan ikut ke pesta?
-
Aku harus bekerja malam ini. Maafkan aku.
-
Hanya 1 jam.
-
Aku harus bekerja.
-
Burcu pasti akan sedih.
-
Baiklah. Aku akan mengantar kalian.
-
Tidak perlu! Kami bisa pergi sendiri.
-
Ayolah. Jangan berkeliaran disini malam-malam.
-
Oh, iya. Terima kasih, Emre. Ayo.
-
Semua berjalan lancar
seperti yang kuinginkan. Terima kasih!
-
Aku senang melihatmu seperti Tuan Putri.
-
Kakakmu mengecek sejak pagi
dari warna balon sampai minumannya.
-
Dia ingin semuanya benar-benar sempurna untukmu.
-
- Selamat ulang tahun, Sayang!
- Terima kasih. Aku senang tante datang!
-
Tunggu sebentar.
-
Aku mengira kamu tidak akan datang, Sayang.
-
- Aku berubah pikiran.
- Kamu mau minuman apa?
-
Terserah kamu.
-
Aku juga begitu, Sayang.
Apapun yang kau mau, aku juga mau.
-
Aku senang kamu ada disini.
-
Ilker, apa kamu baik-baik saja?
-
Iya. Aku baik-baik saja.
-
- Kamu yakin?
- Iya aku baik-baik saja. Tidak masalah.
-
Apa kamu yakin tidak mau masuk?
-
Oyku, salam untuknya.
Telepon aku kalau ada perlu.
-
Selamat datang.
-
- Apa Emre tidak datang?
- Dia harus bekerja malam ini.
-
Dia pasti tidak datang karena ucapanku.
Aku salah bicara.
-
Ini tidak ada hubungannya denganmu.
-
Dia tak bisa datang kesini karena dia bekerja.
-
Tapi dia bilang kita akan bertemu
dan merayakannya minggu ini.
-
Apa benar?
-
- Kenalkan. Ini Seyma. Temanku.
- Senang berkenalan denganmu.
-
Aku juga. Selamat ulang tahun, Burcu.
Maaf, aku tidak membawa apa-apa.
-
Tidak apa-apa. Ayo kita masuk.
-
Selamat malam. Oyku,
kamu terlihat cantik dengan gaun itu.
-
Terima kasih.
-
Aku juga menyukai gaun yang dia pakai.
-
Tentu saja. Karena dia terlihat cantik
memakai gaun itu.
-
Kenapa kamu mengajak Seyma kesini?
Aku tidak menyukainya!
-
Kenapa? Dia orang yang baik.
-
Aku tidak menyukainya! Dia itu aneh.
Lihat saja dia!
-
Sepertinya dia menyukai kakakku!
-
Tidak mungkin. Dia sudah punya pacar.
-
Aku tidak menyukainya.
-
Apa kau dengar?
Dia bilang aku cantik memakai gaun ini!
-
Sudah kukatakan. Sepertinya
ada sesuatu di antara kalian berdua.
-
Aku selalu benar. Gaun ini cantik untukmu.
-
- Benarkah?
- Iya!
-
Selamat ulang tahun!
-
Acara selanjutnya adalah karaoke!
-
Aku suka karaoke!
-
- Kau suka karaoke?
- Iya.
-
Kalau begitu, ayo kita menyanyi.
-
Siapa yang ingin menyanyi pertama kali?
-
Selamat datang. Silakan.
-
- Suaramu bagus.
- Terima kasih.
-
Oyku!
-
Oyku!
-
Emre! Kenapa kamu ada disini?
-
Aku datang untuk mengantarmu pulang.
-
Oyku, ada apa?
-
Antarkan aku pulang sekarang.
-
Baiklah. Aku akan mengantarkanmu pulang.
-
- Terima kasih.
- Sama-sama.
-
Oyku!
-
Apa kamu yakin kalau kamu tidak apa-apa?
-
Aku baik-baik saja, Emre. Terima kasih.
-
Tidak apa-apa kalau kamu belum mau
menceritakannya padaku.
-
Tapi kalau ada yang mau kau ceritakan,
aku akan mendengarnya.
-
Oyku, masuklah. Apakah pestanya menyenangkan?
-
Iya, Bu. Maaf sudah membuat Ibu
menungguku pulang.
-
Tidak apa-apa.
-
Aku mau tidur. Selamat malam, Bu.
-
Selamat malam, Sayang.
-
Kakak, doakan supaya kami bisa menang lagi.
-
Semoga kalian menang!
-
Aku harus main dengan bagus di pertandingan ini.
-
Karena banyak manajer dari klub besar
yang akan datang.
-
Kalau mereka memilihku,
kita tidak akan hidup susah.
-
Aku akan membeli rumah untuk Kakak dan Ibu.
-
Kamu anak yang baik.
-
Itu karena aku anak laki-laki satunya!
-
Kakak akan segera menyusulmu.
-
Bibi Linet, ada apa ini?
-
Aku harus meninggalkan rumah ini.
-
Memangnya ada apa? Kenapa anda harus pindah?
-
Aku tidak bisa menahan keinginan anak-anakku.
-
Mereka bersikeras ingin menjual rumah.
Mungkin kami akan mendapatkan banyak uang.
-
Tetapi rumah ini sangat berharga bagiku.
-
Aku sudah tinggal disini sejak aku menikah.
-
Jadi mereka ingin menghancurkan rumah ini
untuk membangun mall?
-
Begitulah.
-
Apa mereka juga akan memindahkan
lapangan bola dan taman?
-
Iya.
-
Mereka telah membangun apartemen dimana-mana.
-
Itulah takdir. Apa yang bisa kita lakukan?
-
Hati-hati. Jangan sampai rusak.
-
Mereka mendapatkan pinalti.
-
Ayo, Cem! Ayo, Cem! Kamu pasti bisa!
-
Lanjutkan permainannya.
Sekarang kita bisa lebih tenang.
-
Bawa bolanya ke depan! Umpan!
-
Gol!
-
Ingat, anak-anak! Jangan terburu-buru!
-
Semangat!
-
Kau tidak memiliki hati!
-
Jangan-jangan kau tidak pernah
memikirkan nasib orang-orang itu!
-
Seharusnya kau bertanya dulu
apa mereka membutuhkan mall atau tidak!
-
Hei, aku sedang bicara padamu!
-
Tatap aku!
-
Sekarang aku sedang menatapmu.
-
Kamu mau apa? Kenapa kamu tiba-tiba diam?
-
Aku ingin mengatakan kalau
kamu telah membuat mereka menjadi gelandangan.
-
Kami tidak memaksa mereka
untuk keluar dari rumah.
-
Kami sudah membayar sesuai
harga yang mereka minta.
-
Tidak semudah itu!
Jangan mengira semua bisa dibeli dengan uang!
-
Kalau bukan kami yang membeli, pasti orang lain.
-
Sia-sia saja berbicara denganmu.
-
Hei, tunggu.
-
Apa kamu marah karena
aku menghancurkan rumah orang-orang atau...
-
...kamu masih marah
karena aku melihat foto-foto itu?
-
Kalau soal foto, kamu tidak perlu marah.
Aku sudah melupakannya.
-
Karena foto-foto itu
tidak cukup menarik untuk kuingat.
-
Aku merasa kamu salah orang
karena rayuanmu tidak mempan padaku.
-
Apa ada masalah, Oyku?
-
Tidak ada.
-
Aku mengenalnya!
-
Oyku, bagaimana menurutmu?
-
Baju yang ini atau...
-
yang ini?
-
Kamu mau kemana?
-
Kemanapun yang dia inginkan.
-
Siapa maksudmu?
-
Oyku! Tentu saja Mete. Siapa lagi?
-
Tadi dia meneleponku dan mengajak makan malam.
-
Aku sudah minta izin dengan Papa
dan bilang kalau aku ada disini.
-
Jadi Mete menjemputmu disini.
-
Tentu saja. Papa mengawasimu
dengan sangat ketat.
-
Dulu seseorang pernah melihatku
masuk ke mobil Riza dan melapor kepada Papa ku.
-
Papa ku menyuruhku berhenti bekerja.
Aku dan Ibu kesulitan untuk menenangkannya.
-
Apa benar-benar separah itu?
-
Iya. Tapi Papa tidak bisa membuatku menyerah.
-
Aku hanya ingin bebas dari lingkungan
yang membuatku terkurung.
-
Sudahlah. Sebentar lagi, Mete akan menjemputku.
-
Baju yang mana ya?
-
Ini pasti dia! Sebentar.
-
Halo. Halo, Mete. Iya. Aku akan turun.
-
Tunggu sebentar.
-
Seyma bercerita kalau mereka tinggal
di rumah kami dulu.
-
- Apa itu benar?
- Benar.
-
Dulu Ayah Mete menjual kain sisa ekspor di pasar.
-
Lalu dia mendapat warisan yang cukup besar.
-
Dengan uang itu,
dia mendirikan perusahaan tekstil.
-
Tentu saja. Setelah itu mereka menjadi kaya.
-
Tapi bagaimanapun mereka adalah
keluarga yang baik. Terutama Ibunya.
-
Ibunya baik sekali seperti malaikat.
-
Sayangnya dia sudah meninggal
tiga tahun yang lalu.
-
Padahal hati wanita itu sangat baik.
-
Ini berarti dia tidak akan berurusan
dengan Ibu mertua.
-
Bulcere, jangan berkata begitu.
-
Ibu mertuaku telah membuat hidupku sulit
selama 20 tahun.
-
Tapi aku kagum melihat anak itu.
Dia tak pernah bergantung dengan Ayahnya.
-
Benar. Aku sudah mengenalnya
sejak dia masih kecil. Dia anak yang pintar.
-
Kuharap mereka akan segera menikah.
-
Hei, lihat dulu, Meral.
Banyak pria yang menyukainya.
-
- Tapi hanya satu pria yang dia pilih.
- Benar.
-
Ibu, aku pergi.
-
Eh, tunggu sebentar.
Jangan pulang terlalu malam.
-
Ibu akan menunggumu disini.
-
Ingat pesan Ibu. Jaga dirimu baik-baik.
-
Baiklah.
-
Dia mirip denganku saat masih muda.
-
Jangan terlalu keras.
-
Burcu sudah bukan anak kecil.
Biarkan dia pergi.
-
Kamu yang memaksaku
untuk membiarkan dia pergi.
-
Aku berterima kasih karena hal itu.
Aku juga berada di New York...
-
bulan itu. Jika dia tak siap,
aku akan menghubunginya.
-
- New York?
- Iya.
-
Berapa lama kamu akan tinggal di sana?
-
Entahlah. Mungkin beberapa bulan.
-
Beberapa bulan.
-
Ada apa? Kenapa mukamu tiba-tiba berubah?
-
Kau tahu aku memiliki riwayat penyakit jantung.
-
Selamat datang, Tuan Ayaz.
-
Apa Ibu ada disini?
-
Iya. Beliau di dalam bersama Tuan Dincer.
-
Terima kasih.
-
Dia sudah membuatku seperti
berumur 15 tahun lebih muda.
-
Apa yang membuat Ibu sangat senang?
-
Ayaz, anakku. Selamat datang, Sayang.
-
- Bagaimana kabar anda?
- Sehat. Bagaimana denganmu?
-
Saya juga sehat-sehat saja.
-
Kami sedang minum kopi.
-
Ibu pulang lebih awal dan
dia membawakan baju untuk Ibu.
-
- Paman, ada apa?
- Tidak ada apa-apa.
-
Mete sudah bercerita
kalau pekerjaan kalian berjalan dengan lancar.
-
Iya. Semuanya berjalan lancar.
Aku kesini untuk mengambil barang.
-
Ibu dan Paman silakan lanjutkan mengobrol.
-
Baiklah. Apa kamu sudah makan, Nak?
-
- Aku mau pulang dulu.
- Baiklah. Dia sudah mau pulang.
-
- Aku akan menelepon anda.
- Baiklah.
-
Sampaikan salamku untuk Mete dan Burcu.
-
Baiklah.
-
- Sampai jumpa, Ayaz.
- Sampai jumpa, Paman.
-
Aku ingin mengambil barang.
-
Silakan.
-
- Sayang...
- Iya, Bu. Aku disini.
-
Aku tidak apa-apa, Bu.
-
Kenapa kamu bilang begitu?
-
Karena kue dan susu itu.
-
Itu trik lama Ibu untuk mengajakku bicara.
-
Itu artinya Ibu harus mencari cara yang baru.
-
Apa ini berkaitan dengan pria yang kamu sukai?
-
Saat Ayah pergi mengejar wanita lain...
-
Bagaimana perasaan Ibu?
-
Maaf, Bu. Seharusnya aku tidak bertanya begitu.
-
Sakit hati.
-
Rasa sakit hati yang amat pedih.
-
Lalu Ibu merasa takut.
-
Takut?
-
Ibu tahu Ibu akan melupakan semua itu.
-
Ibu yakin Ibu dapat tabah untuk melupakan Ayahmu.
-
Ibu takut karena dia akan meninggalkanmu juga.
-
Dia akan meninggalkan anak-anaknya sendiri.
-
Ibu tak ingin melihat kamu bersedih.
-
Ibu tak akan sanggup melihat kamu sedih.
-
Seorang Ibu akan tersiksa bila
melihat anaknya sedih.
-
Bu, semua orang akan bangkit dari kesedihan, kan?
-
Tentu saja, Sayang.
-
Terima kasih sudah menghiburku.
-
Kue buatan Ibu sudah
membuatku menceritakan masalahku lagi.
-
Malam ini? Sulit bagiku untuk keluar malam ini.
-
Maksudmu kamu tidak ingin bertemu denganku.
-
Bukan, Mete. Aku ingin sekali bertemu denganmu.
-
Tapi kamu sudah mengenal Papa ku.
-
Aku tidak bisa keluar setiap malam.
Tolong mengertilah.
-
Oke. Mungkin malam ini
aku akan menyelinap ke kamarmu.
-
Menyelinap ke kamarku?
-
Kakak bicara dengan siapa?
-
Maaf, tunggu sebentar. Nanti akan kuhubungi.
-
Dogan! Sudah kukatakan berulang kali.
Ketuk pintu sebelum masuk!
-
Kakak bicara dengan siapa?
-
Itu bukan urusanmu. Cepat keluar!
-
Papa!
-
Diam! Jangan memanggil Papa!
-
Aku akan diam kalau Kakak memberiku uang.
-
Oh. Kamu ingin memeras kakakmu sendiri.
Aku tak punya uang. Keluar!
-
Papa!
-
Baiklah. Silakan panggil. Aku bisa mengatasinya.
-
Tapi dengar! Apa kamu mau aku melaporkan
kalau kau menabrakkan mobil Papa?
-
Jangan cari masalah denganku!
-
Iya, aku tahu.
-
Baiklah. Besok siang aku akan menemuimu.
Kuharap kita bisa keluar malam ini.
-
Nanti aku akan meneleponmu.
Baik. Sampai jumpa.
-
Ada apa?
-
Tidak ada apa-apa.
-
Aku bisa menduganya dari senyumanmu.
-
Tidak ada apa-apa. Aku serius.
Tidak ada apa-apa.
-
Oh ya. Apa kau punya kabar bagus?
-
Sepertinya kita bisa segera memulainya.
-
Aku sudah mengambil beberapa foto
dan kau bisa melihatnya.
-
Kameraku dimana?
-
Astaga.
-
Lihat kamera ini. Harganya lumayan tinggi.
-
Iya. Pasti itu barang mahal.
-
Pemiliknya pasti melapor ke kantor polisi.
Antarkan saja kesana.
-
Jangan! Kita akan menjualnya
dan uangnya akan kita bagi dua.
-
Kau mau? Itu lumayan besar.
-
Aku tidak mau. Itu dosa!
-
Apa kamu tidak mau mengganti sepatumu, Cem?
Pikirkan baik-baik.
-
Anak-anak. Aku meninggalkan kamera disini.
Apa kalian melihatnya?
-
Itu kameraku. Ternyata kalian yang menemukannya.
-
Ini kameramu? Aku tidak yakin
kalau kamera ini milikmu.
-
Itu kamera milikku. Aku mengambil foto
di sekitar sini. Akan kutunjukkan.
-
Itu kamera miliknya. Kembalikan!
-
Bisa saja orang lain yang memotretnya.
-
Anak-anak, aku tak punya waktu
bermain-main dengan kalian.
-
Berikan kamera itu dan aku akan pergi.
-
Bagaimana kalau kami tidak mau?
-
Yang kalian lakukan sekarang
adalah hal kriminal.
-
Ini pencurian dengan paksa!
-
Lalu?
-
CUkup bermain-main.
-
Aku bersabar karena kalian masih anak-anak.
Tapi kesabaranku ada batasnya.
-
Aku tahu kalau dia hanya menggertak.
-
Kau sudah keterlaluan.
-
Keterlaluan bagaimana?
-
Berikan kamera milikku!
-
Halo.
-
Apa? Aku akan segera kesana!
-
Kami hanya korban. Tiba-tiba orang ini muncul
dan memukul kami.
-
Iya, itu benar! Kami tidak bersalah!
-
Kami hanya lewat dan
dia langsung menyerang kami!
-
Benar, Pak! Dia menyerang kami
secara tiba-tiba!
-
Semuanya harap tenang!
-
Apa ada yang ingin kau katakan, Cem?
-
Semua yang dikatakan mereka itu benar, Pak.
-
Pak Polisi, anda tidak akan
mempercayai omongan mereka.
-
Ini bukanlah kasus pertama.
-
Ini kamera anda.
-
Silakan tanda tangani sebagai laporan.
-
Apa anda akan membuat
laporan pengaduan kepada mereka?
-
Tentu saja.
-
Baiklah. Anda bisa pergi.
Nanti akan saya beritahukan keluarga mereka.
-
Mereka akan disini sebentar lagi.
-
Tolong beritahu orang tua mereka
agar mengawasi anak-anak mereka.
-
Kalian membuat ulah lagi!
-
Duduklah, Oyku.
-
Mereka terlibat dalam masalah lagi.
Ini akan diproses dalam hukum.
-
Kumohon, Pak Ali! Jangan menghukum mereka!
Mereka masih anak-anak!
-
Tapi apa yang mereka lakukan
bukan perbuatan anak-anak!
-
Kami tidak bersalah, Kak!
-
Kami menemukan kameranya dan sudah kukembalikan.
-
Orang itu menuduh kami pencuri dan memukul kami.
-
Iya. Kami tidak bersalah!
-
Kenapa kamu tidak bicara apa-apa, Cem?
-
Tidak apa-apa, Kak.
-
Baiklah. Kakak akan bicara denganmu di rumah.
-
Ini masalah serius, Oyku. Mereka bisa dihukum
jika orang itu tidak menarik laporan.
-
Aku akan mencoba berbicara dengannya
agar dia menarik laporannya.
-
Aku akan minta maaf padanya.
-
Kurasa tidak.
-
Aku akan mencobanya.
-
Apa aku bisa meminta nomor telepon orang itu?
-
Bukannya aku menolak,
tapi yang kau minta ini ilegal.
-
Begitu.
-
Anggap saja aku sedang tidak melihat.
-
Ini semua karena kalian!
Aku melanggar hukum demi kalian!
-
Kalian semua berhutang padaku!
-
Jangan menatapku begitu!
-
Ini surat pernyataan mereka. Kalian bisa pulang.
-
Kakak tidak bisa mempercayaimu lagi, Cem.
-
Aku tidak berbuat apapun.
Aku sudah meminta Dogan mengembalikan kameranya...
-
Dia tidak mau.
-
Seharusnya kamu menceritakan hal itu di kantor polisi bukannya disini!
-
Itu kan sudah terjadi. Aku tidak mau melaporkan teman-temanku.
-
Bagaimana kalau kau dipenjara?
Apa kau mau dikenal sebagai penjahat?
-
Apa aku akan dipenjara?
Itu artinya aku tidak bisa main bola!
-
Tentu saja, kau akan dipenjara! Temanmu
tidak punya tujuan hidup berbeda denganmu.
-
Kakak, jangan beritahu Ibu.
Pasti Ibu akan marah besar.
-
Kakak tidak akan memberitahu Ibu.
Apa kamu tidak kasihan pada Ibu?
-
Kalau Ibu mendengarnya,
Kakak yakin dia akan sedih, Cem!
-
Kumohon, Kak. Bujuk orang itu untuk mencabut laporannya.
-
Hidupku bisa kacau kalau aku dipenjara.
-
Cukup, Cem. Jangan banyak bicara. Masuklah.
-
Kau sudah tahu kalau
aku tidak berminat dengan sepak bola.
-
- Kau pasti akan suka.
- Oh, begitu.
-
Tunggu sebentar. Aku akan kembali.
-
Halo.
-
- Bagaimana kabarmu?
- Baik.
-
Ada apa dengan wajahmu?
-
Barusan aku berkelahi.
-
Di lapangan itu?
-
Anak-anak itu sudah mengeroyokmu.
-
Tapi tidak mungkin kau berkelahi
dengan anak-anak itu.
-
Anak-anak? Tinggi mereka semua minimal 150 cm.
-
Benarkah? Siapa saja mereka?
-
Tidak perlu dibahas.
Aku sudah memberi mereka pelajaran.
-
Apa kau baru selesai berkelahi?
-
Apa kau masih bertanya padaku?
-
Berarti kau benar-benar baru selesai berkelahi.
-
Ini kejutan bagiku. Aku mengira
kau tidak bisa berkelahi.
-
Bahkan kau tidak bisa memukul orang.
-
Ilker, jangan begitu. Dia benar-benar
baru berkelahi dengan anak-anak.
-
Aku tidak bisa menahan emosi!
-
Dan mereka bukan anak-anak.
-
Halo?
-
Selamat pagi. Maaf sudah menganggu. Apa ini...
-
Siapa kamu?
-
Saya adalah kakak dari salah satu anak
yang bermasalah kemarin. Apa kita bisa bertemu?
-
Saya mohon. Ini penting sekali.
Saya ingin meminta maaf.
-
Tidak perlu. Kumohon jangan mengangguku lagi.
-
Ada apa?
-
Tidak terlalu penting. Apa kau sudah melihatnya?
-
Iya. Aku rasa ini lumayan bagus.
-
Dasar orang sombong! Siapa dia sebenarnya?
-
Ini semua karena Cem!
-
Saya paham jika anda marah. Tapi ini penting.
Apa bisa bicara 5 menit?
-
Tidak?! Dasar sombong! Dia sangat keras kepala!
Siapa dia sebenarnya?! Menyebalkan!
-
Ayaz, apa kau bisa mengurus ini sebentar?
-
- Lihat saja! Saat aku tahu siapa dia...
- Oyku!
-
Anak kecil! Kenapa kamu ada disini?
-
Tidak ada apa-apa. Kenapa kamu disini?
-
Kami sedang... Oh ya,
kenalkan rekan kerjaku, Ayaz.
-
Oh, dia rekan kerjamu.
-
Namanya Oyku. Dia adalah teman Burcu.
Kami selalu bermain bersama disini.
-
Kami sudah saling mengenal.
-
Kenal dimana?
-
Kami mengalami sedikit kecelakaan telepon.
-
Oh begitu.
-
Aku merasa kau salah orang
karena aku belum pernah melihatmu.
-
Nah, kan. Kau mulai lagi.
-
Oyku tidak seperti wanita lain. Dia tak akan
terjebak dengan trikmu. Sia-sia saja.
-
- Apa anda bisa kemari?
- Tunggu sebentar.
-
- Apa kamu sakit jiwa?
- Jaga bicaramu.
-
Aku serius. Kamu terlihat
memiliki masalah kejiwaan.
-
Kamu selalu bersikap seolah-olah
tidak pernah mengenalku.
-
Memangnya aku harus mengenalmu?
-
Apa kamu mau menggusur lapangan sepak bola juga?
-
Kasihan anak-anak. Mereka selalu bermain disana.
-
Iya, aku tahu. Aku juga
tumbuh besar disini dan aku juga tidak setuju...
-
Tapi mau bagaimana lagi?
-
Bagaimana dengan rumah Bibi Linet?
Apa kau akan menggusurnya juga?
-
Mungkin kamu tidak ingat. Tapi aku sudah mencari
solusi sejak kamu meneleponku saat itu.
-
- Kurasa aku sudah menemukan solusinya.
- Benarkah?
-
Nah! Jadi kamu ingat kalau kita pernah bicara.
-
Apa kau berbicara begitu hanya untuk menjebakku?
-
Apa kau tidak mempedulikan rumah itu?
-
Sama sekali tidak.
-
Kau ini orang yang sok pintar.
-
Sudah jelas aku lebih pintar dari dirimu.
-
Hei, kenapa kalian bertengkar?
Apa kalian pernah saling mencintai sebelumnya?
-
Tidak mungkin!
-
- Tidak akan terjadi.
- Aku juga sama.
-
Seperti yang kalian lihat,
ini adalah contoh lukisan Turki dari abad ke-8...
-
Maaf jika saya menganggu anda lagi.
Saya butuh waktu 5 menit untuk bicara.
-
Aku mohon. Karena ini bergantung
kepada masa depan seorang anak.
-
Dasar wanita yang tidak tahu malu.
-
Tidak dibalas. Lihat saja!
Kau tak akan bisa lolos!
-
Ardem, kau periksa gambarnya
lalu kau boleh pulang.
-
Kak Mete! Halo, aku Cem. Adiknya Oyku.
-
Oh, Cem! Kau sudah besar!
Apa kau masih bermain bola?
-
Iya.
-
Bagus. Apa itu bekas luka karena bermain bola?
-
Bukan. Karena aku berkelahi.
-
Berkelahi?
-
Iya. Kalau orang itu tidak mencabut laporannya,
kami bisa dihukum...
-
...dan masa depanku bisa hancur
hanya dikarenakan sebuah kamera.
-
Kamera?
-
Ayaz...
-
Dengar! Aku akan menghubungimu
sampai kau menyediakan waktu untukku.
-
Ini sangat mengangguku!
Apa kau ingin kulaporkan pada polisi juga?
-
Aku mohon! Ini menyangkut
masa depan seorang anak!
-
Kalau dia dihukum atau dipenjara,
dia akan hancur!
-
Apa kau tidak pernah muda?
Kau tidak memiliki perasaan!
-
Dengar, yang kaukatakan mungkin benar.
Tapi saat kecil, aku tidak pernah mencuri.
-
Aku tidak punya waktu menjadi
anak nakal karena aku bekerja sejak kecil.
-
Aku mohon. Aku sedang berada
di depan apartemenmu.
-
Apa? Bagaimana kau mengetahui alamatku?
-
Aku akan terus menunggumu disini
dan aku tak peduli kapan kamu pulang!
-
Astaga!
-
Jadi saat anak itu mengatakan soal kamera,
aku langsung mengetahuinya!
-
Apa ada yang lucu?
-
Ceritakan padaku! Apa yang lucu?
-
Ayaz, ternyata anak-anak yang membully-mu.
-
Mereka bukan anak-anak!
Usia mereka di atas 15 tahun.
-
Sudahlah, aku mengetahui usia mereka semua
dan kau juga tahu siapa mereka.
-
Mereka adalah adiknya Seyma dan Oyku.
-
Apa maksudmu?
-
Apa maksudku? Bukankah Oyku terus menghubungimu
untuk menarik laporanmu?
-
Jadi dia Oyku.
-
- Apa kamu yakin?
- Aku yakin! Orang itu rekan kerjanya Kak Mete.
-
Astaga! Dia pasti sudah tahu
kalau aku yang meneleponnya. Bagaimana ini?
-
Seharusnya aku tahu dari
cara bicaranya yang sombong. Aku memang bodoh.
-
Sekarang aku tidak berani meneleponnya lagi!
-
Jangan-jangan dia sudah tahu
kalau aku yang meneleponnya!
-
Jika dia tahu, dia akan
semakin sombong kepadaku!
-
Dia akan berpikir aku sudah jatuh
ke dalam genggamannya.
-
Aku tak akan meneleponnya!
-
Aku tidak mau meneleponnya lagi!
-
Sudah kuputuskan untuk bertemu denganmu.
-
Kenapa tiba-tiba dia mau bertemu?
-
Apa dia sudah tahu kalau aku yang meneleponnya?
-
Ya ampun! Bagaimana ini?!
-
Tapi dengan satu syarat.
-
Dengan satu syarat.
-
Apa syaratnya?
-
Kamu harus memakai piyama polkadotmu.
-
Dia sudah tahu! Dia sudah tahu!
-
Besok jam 12 siang,
datanglah ke kantorku.
-
Hai. Apa kamu ada waktu?
-
Iya. Tapi sepertinya kita belum pernah bertemu.
-
Sekarang kamu membalas dengan pura-pura
tidak mengenalku. Apa kau masih kesal?
-
Mungkin saja.
-
Oke, sekarang dengarkan. Kita mulai dari awal.
-
Aku minta maaf karena sudah pura-pura
tidak mengenalmu.
-
Aku berjanji itu tidak akan terjadi lagi.
-
Bagaimana aku bisa mempercayaimu?
-
Kamu bilang kamu akan datang
dengan memakai piyama. Ternyata tidak.
-
- Jadi kamu serius...
- Aku serius.
-
Aku tidak mau berbicara padamu
sampai kau memakai piyama polkadot mu.
-
Jadi cukup sampai disini.
-
Apa kamu sudah puas?
-
Sekarang kita berdua sudah impas.
-
Jika kamu kesini dengan perasaan tidak senang...
-
Tidak, tidak! Aku senang!
-
Jadi, apa kamu akan menarik laporanmu?
-
Kenapa terburu-buru? Teh? Kopi?
Kamu mau minum apa?
-
Tidak perlu. Terima kasih.
-
Baiklah. Ada hal yang harus kukerjakan.
Setelah itu kita akan bicara.
-
Baiklah. Terserah padamu.
-
Aku duluan yang memanggil taksi ini.
-
Apa maksudmu? Aku sudah menunggu
lebih dari satu jam.
-
Kumohon! Aku sudah terlambat ke kampus!
-
Aku juga terlambat untuk rapat!
-
Lihat! Itu gara-gara kamu!
-
- Gara-gara aku?!
- Iya.
-
Jangan sembarangan menuduhku.
Aku ini wanita! Kamu harus lebih sopan!
-
Tolong bantu bereskan!
-
Jika dia tahu, dia akan semakin sombong kepadaku!
-
Dia akan berpikir
aku sudah jatuh ke dalam genggamannya.
-
Aku tak akan meneleponnya!
-
Kenalkan rekan kerjaku, Ayaz.
-
Oh, dia rekan kerjamu.
-
Namanya Oyku. Dia adalah teman Burcu.
Kami sering bermain bersama disini.
-
Kami sudah saling mengenal.
-
Kenal dimana?
-
Kurasa kamu salah orang
karena aku belum pernah melihatmu.
-
Maaf, aku baru ingat
kalau ada rapat penting. Sampai jumpa.
-
Kamu mau kemana?
-
Tadi kamu bilang kalau
kita akan bicara sekarang!
-
Ada apa denganmu?
Kenapa kamu tiba-tiba marah padaku?
-
Aku sedang berbicara denganmu!
Tunggu dulu! Ada apa?
-
Aku ingin bertanya sesuatu padamu.
-
Apa itu?
-
Apa kamu mencintai Mete?
-
Apa?
-
Dan dia tidak mengetahuinya.
-
Brought to you by SpecialELF888
This is a FREE fansub. Not for SALE!