< Return to Video

Modern Slavery: The Most-Afflicted Countries

  • 0:00 - 0:01
    ♪ (musik) ♪
  • 0:01 - 0:03
    (Bryce Plank) Perbudakan
    dulu seperti ini.
  • 0:03 - 0:05
    Lalu, berkembang menjadi ini.
  • 0:05 - 0:07
    Dan sekarang, seperti ini.
  • 0:08 - 0:11
    Faktanya, ada sekitar
    45,8 juta orang
  • 0:11 - 0:12
    hidup dalam perbudakan modern
  • 0:12 - 0:15
    di 167 negara berbeda.
  • 0:15 - 0:18
    Mereka dibagi dalam tiga kategori:
  • 0:18 - 0:20
    anak korban perdagangan seks komersial;
  • 0:20 - 0:21
    orang dewasa terjebak perdagangan seks;
  • 0:22 - 0:26
    dan buruh yang dipekerjakan
    melalui paksaan atau penipuan.
  • 0:27 - 0:30
    Korban terlihat seperti pekerja biasa
  • 0:30 - 0:33
    di tambang, pertanian, atau pabrik.
  • 0:33 - 0:36
    Banyak yang terpikat dengan janji
    pekerjaan stabil di luar negeri,
  • 0:36 - 0:39
    ternyata paspor mereka
    disita begitu sampai.
  • 0:39 - 0:42
    Banyak juga budak
    yang bekerja di negara asal mereka
  • 0:42 - 0:44
    atau bahkan di kampung halaman mereka.
  • 0:45 - 0:47
    Menurut penelitian Global Slavery Index,
  • 0:47 - 0:50
    sepuluh negara ini rumah
    perbudakan modern paling banyak.
  • 0:50 - 0:53
    Menderita karena kesenjangan ekonomi,
    diskriminasi, klasisisme,
  • 0:53 - 0:55
    dan korupsi yang mendalam.
  • 0:56 - 1:01
    Nomor sepuluh, Indonesia, produsen 35%
    minyak kelapa sawit di dunia.
  • 1:01 - 1:05
    Banyaknya perkebunan kelapa sawit
    mempersulit pekerjaan pengawas
  • 1:05 - 1:07
    untuk memberantas
    eksploitasi pekerja anak.
  • 1:07 - 1:09
    Pulau-pulau Indonesia juga menampung
  • 1:09 - 1:11
    puluhan ribu nelayan yang diperbudak,
  • 1:11 - 1:14
    korban perdagangan manusia dari Myanmar,
    Laos, Thailand dan Kambodia.
  • 1:15 - 1:17
    Nomor sembilan, Republik Demokratik Kongo
    (RDK).
  • 1:17 - 1:22
    20.000 dari 870.000 budak
    di RDK
  • 1:22 - 1:25
    hidup dalam kondisi paling
    memprihatinkan di dunia,
  • 1:25 - 1:27
    tambang bijih besar
    di sisi timur DRK.
  • 1:28 - 1:31
    Kelompok teroris Boko Haram
    sering dibayangi oleh ISIS,
  • 1:31 - 1:33
    walaupun mereka membunuh
    lebih banyak orang.
  • 1:33 - 1:36
    Terkait perbudakan,
    salah satu taktik mereka yaitu
  • 1:36 - 1:38
    meminjamkan uang kepada pengusaha Nigeria
  • 1:38 - 1:42
    dan memaksa mereka bergabung
    setelah gagal melunasi utang.
  • 1:43 - 1:44
    Nomor tujuh adalah Rusia.
  • 1:44 - 1:47
    55% budak di sana
    bekerja di konstruksi.
  • 1:47 - 1:50
    Mereka direkrut dari
    negara terdekat seperti Azerbaijan,
  • 1:50 - 1:53
    para "stan," Ukraina, dan Korea Utara--
  • 1:53 - 1:56
    berkat perbatasan ini
    di bagian timur Rusia.
  • 1:57 - 2:01
    Pemerintahan Korea Utara adalah
    pemegang budak terbesar di dunia.
  • 2:01 - 2:04
    Mereka tidak hanya memaksa lebih
    dari satu juta warganya
  • 2:04 - 2:08
    untuk bekerja keras di kamp kerja rodi,
    dan situasi menyedihkan serupa lainnya,
  • 2:08 - 2:12
    namun juga menyewakan pekerja ke
    negara tetangga seperti Tiongkok dan Rusia
  • 2:12 - 2:15
    dan memotong sebagian besar gaji mereka.
  • 2:15 - 2:18
    Eksploitasi pekerja ini menghasilkan
    lebih dari $2,3 miliar setiap tahun
  • 2:18 - 2:20
    untuk rezim Kim Jong-Un.
  • 2:21 - 2:23
    Nomor lima, Uzbekistan,
  • 2:23 - 2:26
    produsen kapas terbesar keenam sedunia
  • 2:26 - 2:28
    Negara ini dapat untung
    dari kerja paksa
  • 2:28 - 2:31
    karena pemerintah menetapkan
    lebih dari satu juta orang
  • 2:31 - 2:35
    bekerja dibawah ancaman perbudakan utang,
    denda besar, penyitaan aset,
  • 2:35 - 2:37
    dan intimidasi polisi.
  • 2:38 - 2:41
    Perekrut budak di Bangladesh
    berjanji pada keluarga miskin
  • 2:41 - 2:43
    bahwa anak laki-laki mereka
    diberi pekerjaan,
  • 2:43 - 2:46
    tapi ternyata mereka diperbudak
    di pulau terpencil
  • 2:46 - 2:49
    bekerja membersihkan ikan
    24 jam tanpa henti.
  • 2:49 - 2:53
    Ikan ini sering diekspor sebagai
    makanan kucing di negara Barat.
  • 2:53 - 2:58
    Kadang, anak-anak ini
    mati mengenaskan dimakan harimau
  • 2:58 - 3:00
    saat mencari kayu bakar.
  • 3:00 - 3:02
    Nomor tiga, Pakistan,
  • 3:02 - 3:06
    beberapa dekade terakhir dilanda
    konflik, terorisme, dan pengungsian,
  • 3:06 - 3:09
    terutama di bagian perbatasan utara
    dengan Afganistan.
  • 3:09 - 3:12
    Provinsi di Afganistan tidak
    menaikkan usia perkawinan,
  • 3:12 - 3:17
    mengakibatkan pernikahan anak dan
    pernikahan paksa menjadi semakin meluas.
  • 3:17 - 3:21
    Lebih dari 250 juta orang Cina
    merantau di dalam negeri
  • 3:21 - 3:23
    untuk mencari peluang pekerjaan,
  • 3:23 - 3:26
    dan ini membuat mereka sasaran empuk
    perdagangan manusia.
  • 3:26 - 3:29
    Setiap tahun, 58 juta anak
    "diabaikan"
  • 3:29 - 3:33
    oleh orang tua yang mencari kerja
    di kota-kota besar Tiongkok.
  • 3:33 - 3:37
    Setiap tahun, sekitar 70.000 anak
    terpaksa menjadi pengemis,
  • 3:37 - 3:40
    diadopsi secara ilegal, dan
    perbudakan seksual.
  • 3:41 - 3:45
    Dan nomor 1 adalah India, dengan
    korban terbanyak dari pebudakan modern.
  • 3:46 - 3:48
    Meski pertumbuhan ekonomi
    mengurangi
  • 3:48 - 3:50
    persentase warga yang
    hidup dalam kemiskinan,
  • 3:50 - 3:55
    luasnya negara masih berdampak
    di lebih dari 270 juta orang India
  • 3:55 - 3:57
    hidup dengan kurang dari $2/hari.
  • 3:58 - 4:01
    Jadi tidak heran
    bahwa perbudakan warisan,
  • 4:01 - 4:02
    pekerja anak paksa,
  • 4:02 - 4:04
    eksploitasi seks komersial,
  • 4:04 - 4:05
    pengemisan terpaksa,
  • 4:05 - 4:08
    terpaksa gabung
    kelompok bersenjata non-negara,
  • 4:08 - 4:09
    dan pernikahan paksa
  • 4:09 - 4:11
    masih ada di India.
  • 4:11 - 4:14
    Kabar baiknya, pemerintah
    sudah membuat sarana
  • 4:14 - 4:16
    regulasi yang diperlukan
    untuk melawan isu-isu ini
  • 4:16 - 4:19
    namun tetap sulit untuk
    menegakkan hukum
  • 4:19 - 4:22
    dan memonitor perkembangan
    perbaikan di area bermasalah.
  • 4:23 - 4:26
    Sebaliknya, berikut daftar negara-negara
    terbaik dalam hal
  • 4:26 - 4:27
    melawan perbudakan modern.
  • 4:28 - 4:31
    Jelas, tidak ada negara yang
    sepenuhnya membasmi perbudakan,
  • 4:31 - 4:34
    dan bahkan negara di daftar ini--
    seperti Amerika Serikat--
  • 4:34 - 4:37
    malah bisa berkontribusi
    melalui konsumsi produk
  • 4:37 - 4:40
    yang, di tengah proses
    rantai suplai,
  • 4:40 - 4:42
    memakai pekerja budak.
  • 4:42 - 4:44
    Meski tidak ada harapan bagi budak,
  • 4:44 - 4:47
    kita bisa membantu
    bersuara,
  • 4:47 - 4:49
    membantu kelompok anti-perbudakan
  • 4:49 - 4:52
    atau menekan pemimpin dunia
    untuk mengambil tindakan.
  • 4:52 - 4:55
    Kevin Bales, seorang profesor
    perbudakan modern
  • 4:55 - 4:58
    dan penulis utama penelitian yang menjadi
    narasumber untuk video ini,
  • 4:58 - 5:00
    menggambarkan kepada
    program NPR Fresh Air
  • 5:00 - 5:03
    apa yang terjadi sewaktu
    budak-budak dibebaskan.
  • 5:04 - 5:07
    (Dave Davies) "Apakah ada
    contoh di mana itu berhasil,
  • 5:07 - 5:10
    di mana warga setempat
    didukung oleh organisasi
  • 5:10 - 5:12
    membebaskan budak?
  • 5:12 - 5:14
    (Dr. Kevin Bales) Tentu. Ada
    banyak cerita.
  • 5:14 - 5:19
    Tapi yang saya anggap
    paling seru adalah
  • 5:19 - 5:22
    saat kami di India utara
    lebih dari sepuluh tahun lalu,
  • 5:22 - 5:25
    sewaktu kami bekerjasama
    dengan organisasi setempat.
  • 5:25 - 5:28
    Para pemuda yang sudah bebas
  • 5:28 - 5:31
    mulai bergerak dengan
    dukungan kami ke desa lain
  • 5:31 - 5:33
    tempat seluruh desa diperbudak
  • 5:33 - 5:36
    dalam perbudakan turun temurun
    dan bekerja di pertambangan
  • 5:36 - 5:39
    Karena mereka etnis yang sama,
    mereka menyelinap di malam hari
  • 5:39 - 5:41
    dan bertemu dengan orang-orang
    saat makan malam
  • 5:41 - 5:45
    dan kata mereka, "Oh, anda
    juga bekerja disekitar sini?
  • 5:45 - 5:47
    Bekerja pada orang yang sama!
  • 5:47 - 5:49
    Oh, Anda semua bekerja di tambang!
  • 5:49 - 5:50
    Tapi sekolah dimana?"
  • 5:50 - 5:52
    "Oh, tidak ada sekolah."
  • 5:52 - 5:55
    Dan mereka memulai dialog Socrates ini
  • 5:55 - 5:59
    yang memicu timbulnya kesadaran
  • 5:59 - 6:01
    suatu pemahaman adanya alternatif
  • 6:02 - 6:04
    penting diingat saat Anda dalam
    perbudakan turun temurun
  • 6:04 - 6:07
    Anda tidak punya gagasan kebebasan
  • 6:07 - 6:11
    Tapi saat bayangan dan kebenaran
    kebebasan terbersit di pikiranmu,
  • 6:12 - 6:16
    orang-orang benar-benar
    tidak dapat dihentikan
  • 6:16 - 6:18
    Akan tiba saatnya ketika
    para pemuda berkata
  • 6:18 - 6:20
    "Saya terbiasa dalam situasi yang sama.
  • 6:20 - 6:22
    Saya biasa tinggal di desa
    seperti ini,
  • 6:22 - 6:25
    namun sekarang kami punya sekolah
    bahkan punya klinik
  • 6:25 - 6:27
    dan kami punya pekerjaan dan sebagainya.
  • 6:27 - 6:30
    Lalu orang-orang akan berkata,
    "Bagaimana Anda mendapatkan itu?"
  • 6:30 - 6:32
    Dan lalu, apa yang kami temukan
    disana ada di desa-desa itu,
  • 6:32 - 6:34
    para perempuan melangkah maju.
  • 6:34 - 6:36
    Walaupun itu masyarakat
    yang didominasi pria,
  • 6:36 - 6:39
    para perempuan melangkah maju dan berkata,
  • 6:39 - 6:42
    "Kami akan memimpin ini
    walaupun ini membuat kami mati."
  • 6:42 - 6:45
    Karena, mereka akan berkata--
    bukan untukku, tapi untuk para perempuan
  • 6:46 - 6:49
    "Kami tak mau anak perempuan diperkosa
    seperti mereka memerkosa kami
  • 6:49 - 6:51
    oleh pemilik budak, tuan."
  • 6:51 - 6:53
    Dan mereka akan mendorong hal itu.
  • 6:53 - 6:56
    (Bryce) Anda dapat pelajari
    kajian ini lebih lanjut di link ini.
  • 6:56 - 6:57
    Anda dapat menyebarkan video ini
  • 6:57 - 6:59
    tekan tombol like
    dan bagikan ke teman-temanmu
  • 6:59 - 7:01
    Terima kasih
    sudah menonton.
  • 7:01 - 7:03
    Sampai jumpa, untuk TDC,
    Saya Bryce Plank.
  • 7:04 - 7:06
    ♪ (musik) ♪
Title:
Modern Slavery: The Most-Afflicted Countries
Description:

Sepuluh negara ini mempunyai penduduk terbanyak yang hidup dalam perbudakan modern, atau korban perdagangan manusia.
Subscribe di TDC: https://www.youtube.com/TheDailyConversation/

Kajian:
https://www.globalslaveryindex.org/findings/
Yuk bergabung:
http://www.freetheslaves.net/
Full wawancara dengan with Kevin Bales:
http://n.pr/1S54uR7

Video researched, written, narrated, and directed by Bryce Plank
Visualization and editing by Robin West

Musik:
"Enter the Maze" oleh Kevin MacLeod
http://incompetech.com/
"Phife for Life" oleh Otis McDonald

Naskah:
Perbudakan dulunya terlihat seperti ini, kemudian berkembang menjadi seperti ini, dan sekarang terlihat seperti ini.

Faktanya, ada sekitar 45,8 juta orang hidup dalam perbudakan modern di 167 negara berbeda.
Mereka dibagi dalam tiga kategori: anak korban perdagangan seks komersial; orang dewasa terjebak perdagangan seks; dan buruh yang dipekerjakan melalui paksaan atau penipuan. Korban terlihat seperti pekerja biasa di tambang, pertanian, atau pabrik.
Banyak yang terpikat dengan janji pekerjaan stabil di luar negeri, ternyata paspor mereka disita begitu sampai. Banyak juga budak yang bekerja di negara asal mereka atau bahkan di kampung halaman mereka.
Menurut penelitian Global Slavery Index, sepuluh negara ini rumah perbudakan modern paling banyak. Menderita karena kesenjangan ekonomi, diskriminasi, klasisisme, dan korupsi yang mendalam.
Nomor sepuluh, Indonesia, produsen 35% minyak kelapa sawit di dunia. Banyaknya perkebunan kelapa sawit mempersulit pekerjaan pengawas untuk memberantas eksploitasi pekerja anak.
Pulau-pulau Indonesia juga menampung puluhan ribu nelayan yang diperbudak, korban perdagangan manusia dari Myanmar, Laos, Thailand dan Kambodia.
Nomor sembilan, Republik Demokratik Kongo (RDK). 20.000 dari 870.000 budak di RDK hidup dalam kondisi paling memprihatinkan di dunia, tambang bijih besar di sisi timur DRK. Kelompok teroris Boko Haram sering dibayangi oleh ISIS, walaupun mereka membunuh lebih banyak orang. Terkait perbudakan, salah satu taktik mereka yaitu meminjamkan uang kepada pengusaha Nigeria dan memaksa mereka bergabung setelah gagal melunasi utang.
Nomor tujuh adalah Rusia. 55% budak di sana bekerja di konstruksi. Mereka direkrut dari
negara terdekat seperti Azerbaijan, para "stan," Ukraina, dan Korea Utara-- berkat perbatasan ini
di bagian timur Rusia.
Pemerintahan Korea Utara adalah pemegang budak terbesar di dunia. Mereka tidak hanya memaksa lebih dari satu juta warganya untuk bekerja keras di kamp kerja rodi, dan situasi menyedihkan serupa lainnya, namun juga menyewakan pekerja ke negara tetangga seperti Tiongkok dan Rusia dan memotong sebagian besar gaji mereka. Eksploitasi pekerja ini menghasilkan lebih dari $2,3 miliar setiap tahun untuk rezim Kim Jong-Un.
Nomor lima, Uzbekistan, produsen kapas terbesar keenam sedunia. Negara ini dapat untung
dari kerja paksa karena pemerintah menetapkan lebih dari satu juta orang bekerja dibawah ancaman perbudakan utang, denda besar, penyitaan aset, dan intimidasi polisi.
Perekrut budak di Bangladesh berjanji pada keluarga miskin bahwa anak laki-laki mereka
diberi pekerjaan, tapi ternyata mereka diperbudak di pulau terpencil bekerja membersihkan ikan
24 jam tanpa henti. Ikan ini sering diekspor sebagai makanan kucing di negara Barat.
Kadang, anak-anak ini mati mengenaskan dimakan harimau saat mencari kayu bakar.
Nomor tiga, Pakistan, beberapa dekade terakhir dilanda konflik, terorisme, dan pengungsian, terutama di bagian perbatasan utara dengan Afganistan. Provinsi di Afganistan tidak
menaikkan usia perkawinan, mengakibatkan pernikahan anak dan pernikahan paksa menjadi semakin meluas.
Lebih dari 250 juta orang Cina merantau di dalam negeri untuk mencari peluang pekerjaan, dan ini membuat mereka sasaran empuk perdagangan manusia. Setiap tahun, 58 juta anak "diabaikan" oleh orang tua yang mencari kerja di kota-kota besar Tiongkok.
Setiap tahun, sekitar 70.000 anak terpaksa menjadi pengemis,diadopsi secara ilegal, dan perbudakan seksual.
Dan nomor 1 adalah India, dengan korban terbanyak dari pebudakan modern. Meski pertumbuhan ekonomi mengurangi persentase warga yang hidup dalam kemiskinan, luasnya negara masih berdampak di lebih dari 270 juta orang India hidup dengan kurang dari $2/hari.
Jadi tidak heran bahwa perbudakan warisan, pekerja anak paksa, eksploitasi seks komersial, pengemisan terpaksa, terpaksa gabung kelompok bersenjata non-negara, dan pernikahan paksa masih ada di India. Kabar baiknya, pemerintah sudah membuat sarana regulasi yang diperlukan
untuk melawan isu-isu ini namun tetap sulit untuk menegakkan hukum dan memonitor perkembangan perbaikan di area bermasalah.
Sebaliknya, berikut daftar negara-negara terbaik dalam hal melawan perbudakan modern. Jelas, tidak ada negara yang sepenuhnya membasmi perbudakan, dan bahkan negara di daftar ini--
seperti Amerika Serikat-- malah bisa berkontribusi melalui konsumsi produk yang, di tengah proses
rantai suplai, memakai pekerja budak.
Meski tidak ada harapan bagi budak, kita bisa membantu bersuara, membantu kelompok anti-perbudakan atau menekan pemimpin dunia untuk mengambil tindakan.
Kevin Bales, seorang professor perbudakan modern dan penulis utama penelitian yang menjadi
narasumber untuk video ini, menggambarkan kepada program NPR Fresh Air apa yang terjadi sewaktu budak-budak dibebaskan.
(Dave Davies) "Apakah ada contoh di mana itu berhasil, di mana warga setempat didukung oleh organisasi membebaskan budak? (Dr. Kevin Bales) Tentu. Ada banyak cerita. Tapi yang saya anggap
paling seru adalah saat kami di India utara lebih dari sepuluh tahun lalu, sewaktu kami bekerjasama
dengan organisasi setempat.
Para pemuda yang sudah bebas mulai bergerak dengan dukungan kami ke desa lain tempat seluruh desa diperbudak dalam perbudakan turun temurun dan bekerja di pertambangan. Karena mereka etnis yang sama, mereka menyelinap di malam hari dan bertemu dengan orang-orang saat makan malam dan kata mereka, "Oh, anda juga bekerja disekitar sini? Bekerja pada orang yang sama! Oh, Anda semua bekerja di tambang! Tapi sekolah dimana?" "Oh, tidak ada sekolah." Dan mereka memulai dialog Socrates ini yang memicu timbulnya kesadaran suatu pemahaman adanya alternatif penting diingat saat Anda dalam perbudakan turun temurun Anda tidak punya gagasan kebebasan
Tapi saat bayangan dan kebenaran kebebasan terbersit di pikiranmu, orang-orang benar-benar tidak dapat dihentikan Akan tiba saatnya Ketika para pemuda berkata "Saya terbiasa dalam situasi yang sama. Saya biasa tinggal di desa seperti ini, namun sekarang kami punya sekolah bahkan punya klinik an kami punya pekerjaan dan sebagainya.! Lalu orang-orang akan berkata, "Bagaimana Anda mendapatkan itu?"
Dan lalu, apa yang kami temukan disana ada di desa-desa itu, para perempuan melangkah maju. Walaupun itu Masyarakat yang didominasi pria, para perempuan melangkah maju dan berkata, "Kami akan memimpin ini walaupun ini membuat kami mati." Karena, mereka akan berkata--
bukan untukku, tapi untuk para Perempuan. "Kami tak mau anak perempuan diperkosa seperti mereka memerkosa kami oleh pemilik budak, tuan." Dan mereka akan mendorong hal itu.
(Bryce) Anda dapat pelajari kajian ini lebih lanjut di link ini. Anda dapat menyebarkan video ini tekan tombol like dan bagikan ke teman-temanmu.
Terima kasih sudah menonton.
Sampai jumpa, untuk TDC, Saya Bryce Plank.

more » « less
Video Language:
English
Team:
Amplifying Voices
Project:
Human Trafficking
Duration:
07:05

Indonesian subtitles

Revisions Compare revisions