-
Oyku?
-
Oyku, apa kamu baik-baik saja?
-
Oyku!
-
Oyku!
-
Oyku, apa kamu baik-baik saja?
-
Kenapa kamu menamparku?
-
Astaga...
-
Oyku, Oyku!
-
Kita harus ke rumah sakit.
-
Apa?
-
Rumah sakit.
Kamu harus diperiksa. Ini tidak normal.
-
Nona Oyku, apa keadaan anda sudah membaik?
-
Aku akan memeriksamu terlebih dahulu.
-
Aku...
-
Apa kita bisa berbicara berdua saja?
-
Baiklah, silakan masuk ke ruanganku.
-
Aku bilang berdua saja.
-
Apa keluhanmu? Mungkin aku bisa membantu.
-
Sebenarnya aku tidak apa-apa.
-
Aku sehat-sehat saja.
-
Lalu kenapa kamu pingsan?
-
Sebenarnya aku tidak pingsan.
Aku hanya pura-pura pingsan.
-
Kenapa?
-
Karena orang bodoh itu, Dok!
-
Maafkan aku.
-
Sebaiknya kamu ceritakan padaku dari awal.
-
Terima kasih karena kamu sudah mau datang, Mete.
-
Maaf, Mete. Jika kami tahu kau akan kesini,
kami akan bersiap-siap.
-
Seharusnya aku yang minta maaf karena...
-
Sebenarnya kami sudah mau tidur,
tapi tidak apa-apa.
-
Kami tidak akan langsung menyuruhmu pulang.
-
Kopinya sudah siap.
-
Ini untuk Papa.
-
Terima kasih.
-
Silakan diminum.
-
Apa pekerjaanmu?
-
Aku seorang arsitek.
-
Apa pekerjaan Papamu?
-
Papaku sudah tidak bekerja.
-
Itu bagus sekali.
-
Sedangkan aku bekerja dan
Seyma tidak bekerja sama sekali.
-
Papa, aku punya pekerjaan.
-
Pekerjaan apa?
Menurutku tidak menguntungkan sama sekali.
-
Orhan.
-
Tadi aku sudah mendiagnosisnya. Kelihatannya
dia menderita penyakit serebrovaskular akut.
-
Bukankah itu penyakit otak?
-
Dulu Nenekku pernah menderita penyakit itu.
-
Bukankah penyakit itu
memerlukan tomografi otak?
-
Pemeriksaan sekarang sudah lebih maju.
-
Aku sudah mendiagnosis dan mengobatinya.
Baru grade awal. Jadi sekarang dia sudah sehat.
-
Bagaimana cara pemeriksaannya?
-
Menggunakan ini.
-
Iya, benar. Menggunakan benda itu!
-
Baiklah. Sekarang akan kuperiksa lagi.
-
Baik, Dok. Tolong periksa aku lagi.
-
Tunggu sebentar.
-
Kurasa tidak ada masalah.
-
Normal ya, Dok?
-
Tapi dia harus beristirahat.
Kelihatannya dia kelelahan.
-
Benar. Ayaz sudah
membuat aku kelelahan, Dok.
-
Jadi apa kalian menjalani hubungan yang serius?
-
Tentu saja hubungan kami serius.
Kami akan menikah.
-
Kalian akan menikah.
-
Apa kalian sudah mendapat restu dari Papa?
-
Ini pertemuan pertamaku dengannya.
Bagaimana kalau ternyata dia adalah gelandangan?
-
Orhan, hentikan.
-
Sebenarnya aku datang kesini
untuk bertemu dengan anda.
-
Anakku sudah memakai cincin.
Pertemuan apa maksudmu?
-
Kau sudah menerima lamarannya.
Tapi semua ada peraturannya.
-
Kau mengatakan kalau kau dibesarkan disini.
Lalu bagaimana dengan tradisi kita?
-
Papamu mungkin bukan orang zaman dulu.
Tapi apakah Mamamu tidak pernah mengajarkan tata krama?
-
Papa, cukup!
-
Seyma!
-
Ibuku sudah meninggal dan
dia mendidikku dengan benar.
-
Di rumah ini, di sofa yang anda duduki sekarang,
perabotan rumah ini tidak pernah melihat pertengkaran seperti ini.
-
Anak kurang ajar!
-
Aku diajarkan kalau kesopanan berdampingan
dengan ketidaksopanan.
-
Aku pergi dulu.
Selamat malam.
-
Mete!
-
Kalau kau mengejarnya,
kau tak akan pernah diterima disini lagi.
-
Mete, tunggu!
-
Seyma, masuklah.
Jangan membuat masalah semakin buruk.
-
Tidak bisa.
-
Apa maksudmu? Masuklah.
-
Aku tak akan pernah diterima lagi
jika aku mengejarmu.
-
Tapi aku tetap mengejarmu.
-
Aku tidak menyesal. Tindakanku benar.
-
Untuk sementara waktu, mungkin aku akan
tinggal di rumah Oyku lalu aku akan mengurus diriku sendiri.
-
Sekarang kamu sudah memiliki rumah.
-
Kita akan pergi ke rumahku.
-
Kenapa mereka sangat lama?
Apa ada masalah dengan kartu pengenalku?
-
Tenanglah. Jangan panik.
-
Kalau kamu panik, nanti kamu sakit lagi.
-
Lagipula ini memang kesalahanku.
Seharusnya aku menceritakannya padamu.
-
Tentang efek samping ciuman Ayaz.
-
Jantungmu tidak akan kuat, itu wajar.
-
Ciuman apa? Aku tidak ingat.
Kita hanya mengobrol. Lalu aku pingsan.
-
Kemudian kamu membawaku ke rumah sakit.
-
Ini bukan pertama kalinya
aku melihat wanita mengalami hal ini.
-
Ini dinamakan sindrom Ayazholm.
-
Sindrom Ayazholm.
-
Apa itu?
-
Itu adalah sindrom yang terjadi
pada setiap wanita yang dicium Ayaz.
-
Sindrom itu muncul pertama kali pada wanita yang mencium
kakek buyut Ayaz di Swedia 200 tahun yang lalu.
-
Setelah ciuman itu, pada awalnya
wanita itu akan menyesal. Tapi setelah itu, dia ketagihan.
-
Kamu tidak mengerti maksud ucapanku.
Aku tidak mengingat terjadi ciuman.
-
Tapi aku mengingatnya. Itu wajar.
-
Menurutku ini seperti amnesia yang sementara.
-
Karena syok akibat ciuman itu,
kamu juga tidak mengingatku.
-
Itu yang kuinginkan.
-
Berhati-hatilah dengan keinginanmu.
Kamu akan menyesalinya.
-
Lama sekali mereka mengurusnya.
Ini sudah malam. Aku harus pulang.
-
Apa kamu masih ingat jalan pulang?
-
Kartu Tanda Pengenal anda sudah bisa diambil.
-
Ayo.
-
Selamat malam.
-
Selamat datang.
-
Maafkan aku sudah menganggu kalian.
-
Kamu tidak menganggu.
-
Malam ini Seyma akan tinggal disini.
-
Benarkah? Tidak apa-apa kalau dia menginap.
-
Mulai sekarang dia akan tinggal disini.
-
Seyma, ini adalah rumah barumu.
-
Terima kasih.
-
Aku yang harus berterima kasih.
-
Malam ini banyak sekali yang terjadi.
-
Kudoakan agar kamu lekas sembuh.
-
Selamat malam.
-
Selamat malam.
-
Burcu, Seyma bertanya
apakah kamu punya pembersih make up?
-
Tidak punya!
-
Mete, apa ini tidak terlalu terburu-buru?
Papa harap keluarganya tahu kalau dia ada disini.
-
Aku tidak memaksanya. Kenapa Papa cemas?
Tenang saja, Pa.
-
Dia baru saja mengalami kejadian yang menyakitkan.
Apa tindakanku salah untuk menolongnya?
-
Menurutku ada cara lain untuk menolongnya.
-
Menurutku ini adalah cara terbaik, Burcu.
-
Selamat malam.
-
Pada awalnya, kupikir dia kabur dari rumah.
Ternyata dia diusir.
-
Dia benar-benar sudah pindah ke rumahku!
-
Aku menceritakannya padamu
bukan untuk ditertawakan, Oyku.
-
Tante Meral, putrimu perlu diberi nasihat.
-
Maaf, tadi kalian berbicara apa?
-
Ibu belum bangun.
-
Apa Ibu baik-baik saja?
-
Ibu sehat-sehat saja.
Ibu hanya mengantuk.
-
Ada apa? Kamu juga sering ketiduran saat sarapan.
-
Baiklah. Silakan tidur, Bu.
-
Ceritakan ada kejadian apa saja kemarin.
-
Aku tidak mengerti, Oyku.
-
Burcu, bagaimana kalau kita ke atas
untuk melanjutkan ceritamu tadi?
-
Bu, apa kami boleh ke atas?
-
Silakan saja.
-
Mereka berdua hanya bisa bergossip.
-
Ceritakan padaku, Oyku. Aku penasaran.
-
Baiklah.
-
Aku tidak akan menceritakannya panjang lebar.
-
Aku akan mempersingkat cerita.
-
Kami...
-
Kamu, benar...
Dan Ayaz...
-
Berciuman.
-
Lagi?
-
Iya. Lagi.
-
Apa rencana kalian hari ini?
-
Kurasa kami akan di rumah saja untuk beristirahat.
Papa mau kemana? Apa ada acara?
-
Papa akan pergi dengan Onem.
-
Jadi saat itu...
-
Iya.
-
Ada apa?
-
Papa dan Nyonya Onem berusaha
menjalin hubungan serius.
-
Apa? Ini bukan bercanda, kan?
-
Aku tidak menyangka.
Menurutku siapapun bisa saling jatuh cinta.
-
Selamat.
-
Lalu apa hubunganku dengan Ayaz?
-
Saudara?
-
Bukankah kalian memang saudara?
-
Dulu memang begitu. Di masa lalu.
-
Ada apa dengan kalian?
Kamu tidak pernah bercerita pada Papa.
-
Kurasa itu tidak penting. Lupakan saja.
-
Aku turut berbahagia. Maafkan aku.
Kemarin aku tidak menunjukkan rasa bahagiaku.
-
Nyonya Onem adalah orang baik.
Papa juga adalah orang yang baik.
-
Jadi kurasa tidak ada masalah.
-
Jika Papa bahagia, aku turut bahagia.
-
Terima kasih.
-
Lalu apa rencana Papa dengan Nyonya Onem?
-
Papa akan bertemu dengan teman-temannya
untuk yang pertama kali.
-
Dunia mode. Orang-orang terkenal.
Aku penasaran siapa yang akan anda temui hari ini.
-
Anda sangat beruntung.
-
Akan kutuangkan minumannya lagi.
-
Jadi kamu pura-pura pingsan.
Bagaimana kamu bisa memikirkan cara itu?
-
Burcu, ini tidak lucu.
-
Menurutku sangat lucu.
-
Iya. Mungkin agak lucu.
-
Jadi sekarang kalian resmi
menjadi sepasang kekasih.
-
Tidak. Karena tidak ada percakapan itu.
-
Astaga, Oyku. Apa yang kamu harapkan?
-
Jika aku dan Emre mengalami semua hal yang kalian alami,
pasti kami sudah menikah sekarang.
-
Itu tidak mungkin.
-
Mungkin saja. Kami akan bertunangan.
-
Jadi tetapkan hubungan kalian sebelum
Ayaz dibawa kabur oleh wanita lain.
-
Baiklah. Yang jelas,
kami bersenang-senang sekarang.
-
Tapi entahlah. Aku...
-
Aku tidak bisa memastikan
bagaimana hubungan kami selanjutnya, Burcu.
-
Kenapa bisa begitu?
-
Bagaimana mungkin kami berdua bisa berpacaran?
-
Kalian pasti akan merencanakan sesuatu.
-
Burcu, apa kamu masih mau mendengarku?
-
Baiklah. Aku akan diam.
-
Benar.
-
Aku suka memikirkan dan memimpikannya.
-
Dan sebagian hatiku berharap kalau dia akan muncul saat ini
dan memaksaku untuk pergi ke suatu tempat.
-
Tapi sebagian hatiku lagi mengatakan itu tidak mungkin.
-
Jadi aku juga tidak terlalu yakin.
-
Apakah hubungan kami bisa dilanjutkan atau tidak.
-
Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya.
-
Apa?
-
Pergi kencan.
-
Tidak bisa, Burcu. Selama ini
kami sudah sering pergi bersama.
-
Bukan seperti itu.
Kencan yang sebenarnya.
-
Kamu akan menilai dan memandangnya
dengan cara yang berbeda.
-
Apa kamu bisa melakukan itu?
-
Entahlah. Apa aku bisa melakukannya?
-
Baiklah. Kita akan memberikannya tes kesabaran
dan melihat seberapa besar kepeduliannya kepadamu.
-
Ini juga sebagai balas dendam karena
sudah memaksamu berbuat macam-macam.
-
Dan dia harus tahu kalau
kamu tak bisa diperlakukan seperti itu.
-
Sekarang giliranmu. Kalau dia lulus tes ini,
dia akan memenangkan makan malam denganmu.
-
Bagaimana?
-
Jelaskan lebih rinci padaku.
-
Baiklah.
-
Tolong bersihkan semuanya.
Jangan sampai ada yang tersisa.
-
Baiklah.
-
Taplak meja ini akan kuganti
dan kucuci di mesin cuci.
-
Sayang, biarkan saja.
-
Tidak bisa, Sayang. Ini sangat kotor.
-
Yang ini juga akan kucuci.
-
Bagaimana penampilan Papa?
-
Apa cara berpakaian sangat penting, Pa?
-
Apa anda harus berpakaian seperti itu?
-
Akan kurapikan dasi anda.
-
Tunggu sebentar.
-
Apa benar-benar jelek?
-
Tidak jelek. Hanya terlihat kuno.
Dan aku tahu selera Nyonya Onem.
-
Dia akan menyukai gaya ini.
-
Selesai. Dengan penampilan itu,
anda terlihat keren. Percayalah padaku.
-
Baiklah. Kalau begitu,
sampai jumpa di makan malam.
-
Tolong siapkan makan malam yang mewah.
-
Baik, Tuan.
-
Sampai jumpa semuanya.
-
Sayang, apa aku harus
menyiapkan makan malam hari ini?
-
Apa kamu bisa melakukannya?
-
Jangan mengira kalau aku tidak bisa memasak!
Berhati-hatilah dengan selera makanmu.
-
Kenapa?
-
Karena pasti akan banyak
yang kamu makan hari ini.
-
Aku juga akan memberitahu pembantumu
agar menyiapkan makan malam yang istimewa.
-
Bagaimana? Apa kamu setuju?
-
OK.
-
Kamu juga jangan bersantai saja.
Bantu aku juga.
-
Sayang?
-
Ada apa ini?
-
Lihatlah.
-
Tapi Sayang, aku tidak terbiasa
dilayani seperti ini.
-
Jangan merusak suasana, Ilker.
Ini hanya untuk hari ini.
-
Ini hidangan spesial untuk hari ini.
-
Ada apa ini?
-
Sarapan saja dulu
dan kumpulkan energimu.
-
Kita akan berada disini
sepanjang akhir pekan.
-
Ayo cepat mulai.
- Mulai melakukan apa?
-
Ada waktunya untuk membuat bayi.
-
Halo.
-
Bangunlah, Tukang Tidur!
Ini sudah siang!
-
Sepuluh menit lagi.
-
Kau bilang ingin jogging setiap pagi.
Tapi kamu masih belum bangun juga.
-
Kamu muncul ke dalam kehidupanku
dan membuat kebiasaanku berantakan.
-
Semua gara-gara dirimu.
-
Itu bukan alasan, Ayaz. Kamu yang malas.
Aku bahkan sudah sarapan.
-
Oyku, aku mau tidur.
-
Baiklah. Kalau begitu,
aku akan langsung ke intinya.
-
Aku mau mengatakan kalau...
-
Cepat beritahu dia!
-
Apa Burcu bersamamu?
-
Tidak. Tidak ada.
Tidak ada siapapun.
-
Oyku, sebenarnya kenapa
kamu membangunkanku?
-
Ayaz...
-
Iya?
-
Apa kamu mau kencan denganku?
-
Apa?
-
Apa?
-
Apa?
-
Bukan. Maksudku kencan seperti makan malam.
-
Seperti kencan pertama.
-
Bagaimana? Apa kamu bisa?
-
Kencan?
-
Kencan apa maksudmu?
Aku tidak bilang begitu!
-
Maksudku sekarang aku lapar.
Nanti aku mau mengajakmu makan malam. Bagaimana?
-
Dia mengatakan apa?
-
OK. Aku terima.
Aku akan menjemputmu nanti malam.
-
Apa yang kau lakukan?
-
Apa?
-
Apa? Aku tidak apa-apa.
-
Tapi bagaimana kalau sore saja?
Karena aku tidak bisa nanti malam.
-
Ada yang harus kulakukan.
-
Kamu mau melakukan apa?
-
Lihat saja nanti.
Bersiaplah dan jemput aku.
-
Baiklah. Kalau itu kemauanmu.
-
Sampai jumpa.
-
Sampai jumpa.
-
Salam untuk Burcu.
-
Iya. Akan kusampaikan.
-
Ayaz menitip salam untukmu.
-
Iya. Aku tahu.
-
Tapi tadi kamu mengatakan
kalau aku tidak ada disini.
-
Aku lupa.
-
Aku tidak ingat apapun.
-
Kamu memang pelupa.
-
Pakai apron ini.
Kita mulai dengan dessert.
-
Coba kulihat. Terlihat cocok untukmu.
-
Tapi ada sesuatu yang kurang.
-
Apa itu?
-
Kemarilah.
-
Sekarang aku akan mencairkan mentega
dan tugasmu mengambilkan telur dari kulkas.
-
OK. Baiklah. Sekarang tambahkan 2 butir telur
ke dalam tepung lalu aduk yang rata.
-
Seyma, aku bisa melakukan apa saja.
Tapi aku tidak bisa mencium aroma telur mentah.
-
Jangan mengeluh.
-
Apa aku tidak bisa
melakukan hal yang lain?
-
Misalnya berbelanja atau memotong sayuran.
Aku bisa melakukan semua itu. Sungguh.
-
Kalau begitu, kamu berbelanja saja.
Aku akan mengecek kebutuhanku dan aku akan meneleponmu.
-
Baiklah. Kalau begitu,
aku akan mengambil dompetku.
-
Iya. Baiklah.
-
METE: Seyma!
-
Ya?
-
METE: Seyma!
-
Apa ponselku ketinggalan?
-
Aku tidak tahu.
-
Aku akan menelepon jika
aku mau menanyakan sesuatu.
-
Iblis jual mahal,
kita mau pergi kemana?
-
Parkir saja mobilnya.
Kita akan berjalan.
-
Apa kamu membawa kue?
-
Iya.
-
Itu berarti, sudah jelas
kalau kamu merencanakan sesuatu.
-
Sekarang kita punya kesempatan untuk
berdua saja tanpa gangguan.
-
Berapa orang yang akan datang?
-
Kalau semuanya datang,
kira-kira sekitar 8 orang.
-
Dan mereka orang yang menyenangkan.
Kamu pasti akan menyukai mereka.
-
Apa akan lama?
-
Kenapa? Apa kamu sibuk?
-
Tidak. Aku mengira kita akan berdua saja.
-
Aku hanya ingin menunjukkan hubungan
kita berdua kepada mereka semua.
-
Setelah itu, kita bisa berdua saja.
-
Apa anda ingin saya buatkan minuman?
-
Tidak perlu. Kami sedang menunggu orang.
Dimana Sibel dan Ilker?
-
Mereka tidak datang.
Ada urusan yang harus dikerjakan.
-
Oyku, kita ada dimana?
-
Kamu akan mengetahuinya.
-
Aku sudah menunggu kalian daritadi.
-
Sebaiknya kalian masuk dulu.
Terima kasih.
-
Sama-sama.
-
Apa kamu mau membalas dendam?
Baiklah. Tapi tidak akan berhasil.
-
Apa kamu yakin?
-
Aku yakin.
-
Silakan masuk.
-
Selamat siang.
-
Selamat siang.
-
Oyku, kamu tidak tahu sedang
berurusan dengan siapa.
-
Aku datang ke pangkalan taksi
untuk menemuimu.
-
Aku tahu. Kamu ingin memberikan kejutan, kan?
-
Bagaimana jika aku tidak disana?
-
Itu berarti aku harus
menunggumu sampai kamu kembali.
-
Kalau begitu, aku akan cepat-cepat
supaya aku bisa bertemu denganmu.
-
Kamu mau kemana?
-
Aku akan membelikan obat untuk nenekku.
Dokter memberikan resep obat yang baru.
-
Apa aku boleh menemanimu?
-
Dengan senang hati.
-
Aku tidak perlu ke gym
kalau setiap hari kamu disini.
-
Kamu sedang apa?
-
Hidangan pembuka sudah siap.
-
Kita akan melanjutkan ke makanan utama.
-
Lalu? Apa lagi?
-
Apa mau kuletakkan di kulkas?
-
Baiklah. Lakukan itu.
Aku akan memanggang ini.
-
Baiklah.
-
Bibi Dariman, aku melihat ada kuda disini.
-
Apa anda bisa melihatnya?
-
Itu bulan. Bukan kuda!
-
Tolong maafkan Oyku. Dia agak ceroboh.
-
Kuda itu adalah
pertanda masa depan yang baik.
-
Aku melihat kalau Bibi sering menangis.
-
Tapi sekarang Bibi sudah lebih membaik.
-
Dia benar-benar sering menangis.
-
Anakku sudah menikah.
-
Lalu siapa Ahmet? Ceritakan padaku.
-
Menantuku punya saudara gelandangan
yang bernama Ahmet.
-
Aku yakin dia orangnya.
-
Sebaiknya jauhi dia. Jauhi dia.
-
Kamu hebat sekali, Nak.
-
Dia bisa meramal nasib orang.
-
Tapi di luar masalah tadi,
masa depan anda cerah.
-
Dan sekarang silakan cuci cangkirnya.
-
Baiklah.
-
Selanjutnya, siapa berikutnya?
-
Tolong bacakan nasibku.
-
Tempat ini terlalu membosankan.
Bagaimana kalau kita bersenang-senang?
-
Mari kita bersenang-senang.
-
Apa kerah mejamu tidak disetrika?
-
Tadi pagi aku sudah menyetrikanya.
Apa terlihat tidak rapi?
-
Akan kurapikan.
-
Tertangkap basah.
-
Kalian semua sudah datang.
-
Baju yang kamu pakai sangat bagus.
-
Kamu juga terlihat sangat cantik.
-
Apa kabar, Teman?
-
Kabarku baik.
-
Aku memikirkanmu minggu lalu.
-
Apa kamu serius?
Aku juga memikirkanmu.
-
Silakan duduk. Jangan berdiri saja.
-
Silakan duduk.
Silakan pesan yang kalian mau.
-
Jadi kapan kamu akan
memperkenalkan dia kepada kami?
-
Aku hampir lupa.
-
Bulent, ini teman-temanku.
Teman-teman, ini Bulent.
-
Senang bertemu dengan kalian.
-
Kami juga turut senang.
-
Jadi kamu adalah pria
yang dia bicarakan.
-
Akhirnya kami bertemu denganmu.
-
Yang aku sukai adalah kumisnya.
-
Keren sekali.
-
Sayang sekali kumisku tidak bisa tumbuh.
-
Kalian bisa saja.
-
Bagaimana kalau aku yang akan
membayar obat nenekmu. Nanti bisa kamu ganti.
-
Tapi harga obat nenekku sangat mahal.
-
Kenapa obatnya sangat mahal?
-
Nenekku tidak memiliki asuransi kesehatan.
-
Jadi aku harus membayar semuanya.
-
Apa ada yang bisa kubantu?
-
Tidak usah repot-repot.
Aku bisa membelinya nanti.
-
Aku tidak punya uang. Itu sebabnya,
aku tidak bisa membelinya sekarang.
-
Aku tidak sedih.
Jadi kamu tidak perlu membayarnya.
-
Kesehatan memang hal terpenting.
Aku yakin nenekku pasti akan sembuh.
-
Apa kamu mau mengatakan sesuatu
melalui matamu?
-
Aku akan selalu ada di sisimu. Selalu.
-
Sekarang tempat itu sangat terkenal.
-
Apa kamu sudah pernah pergi kesana?
-
Belum. Tapi aku akan kesana.
Apa benar-benar bagus?
-
Sangat bagus.
Semua orang terkenal ada disana.
-
Benar.
-
Ngomong-ngomong, apa pekerjaanmu?
-
Sayang, temanku bertanya
soal pekerjaan.
-
Maaf.
-
Aku sudah pensiun.
-
Apa tidak terlalu cepat?
-
Anggap saja investasiku berhasil.
Aku mulai bekerja saat masih muda.
-
Jadi aku pensiun saat masih muda.
-
Lalu apa kegiatanmu setiap hari?
-
Apa kamu tidak bosan?
-
Di rumah. Maksudku...
-
Dia bekerja di rumah.
-
Ada pekerjaan yang dia lakukan.
Semacam itu.
-
Kenapa kalian tidak pernah berkunjung ke kantorku?
Aku merasa tersinggung.
-
Kamu tidak mengundang kami.
-
Aku punya katalog baru
yang akan diluncurkan.
-
Aku akan mengundang kalian. Bagaimana?
-
Yang satu ini baru saja lulus.
-
Namanya Ahu.
-
Ahu? Nama yang cantik.
-
Iya. Seperti wajahnya.
-
Tentu saja.
-
Ini anakku.
-
Namanya Leyla, kan?
-
Bagaimana kamu bisa tahu?
-
Aku hanya menebak saja.
-
Ayaz, bagaimana kalau kita pergi dari sini?
-
Tapi aku merasa nyaman disini.
-
Biarkan saja dia disini.
-
Kamu saja yang pergi.
Tinggalkan dia disini.
-
Ada hal yang harus kita lakukan, Ayaz.
-
Benarkah? Kenapa aku baru tahu sekarang?
-
Banyak yang harus kita lakukan. Ayo!
-
Bibi Dariman, tolong biarkan dia pergi!
-
Ayaz, nanti datanglah kesini lagi.
-
Aku akan datang lagi, Bibi Dariman.
-
Berikan saja fotonya kepadaku.
-
Baiklah. Aku akan mengeceknya dulu
dan aku akan menghubungi kalian.
-
Baiklah. Kami akan menelepon kalian.
-
Bibi, terima kasih banyak
atas perhatiannya.
-
Aku yakin kali ini sausnya sangat enak.
-
Kamu harus bertanya kenapa.
-
Kenapa?
-
Karena aku memasukkan cintaku ke dalamnya.
-
Apa jarimu teriris pisau?
-
Iya.
-
Kemarilah. Akan kubersihkan lukanya.
-
Tunggu sebentar.
-
Kemarilah. Kemarilah.
Apa terasa sakit?
-
Iya. Sakit.
-
Semoga dengan ini, sakitku bisa hilang.
-
Apa yang kamu bicarakan?
-
Tidak apa-apa.
-
Terkadang luka tidak bisa sembuh.
Meskipun sudah diperban, tetap saja terasa sakit.
-
Kenyataannya luka itu masih basah.
Tidak segera sembuh.
-
Seyma, apa yang terjadi?
-
Aku mau mengatakan sesuatu padamu, Mete.
-
Kamu sudah membuka rumah dan hatimu
untukku, Mete. Aku ingin jujur padamu.
-
Mungkin kamu tidak akan suka mendengarnya.
Aku akan menjelaskan semuanya padamu.
-
Sejujurnya aku tidak mau
ada kebohongan di antara kita.
-
Silakan. Aku siap mendengarkannya.
-
Aku bertemu dengan Riza
sebulan yang lalu di lobi sebuah hotel.
-
Tapi aku berjanji padamu
kalau itu adalah pertemuan terakhir kami.
-
Dia meneleponku duluan dan aku kesana.
Aku mengatakan padanya kalau semua sudah berakhir.
-
Tidak ada hubungan apapun di antara kami.
-
Lalu aku pergi meninggalkannya.
Meskipun dia tidak menyukainya.
-
Apakah...
-
Apakah ada kejadian lain?
-
Apa maksudmu?
-
Maksudku, jadi kamu hanya berbicara
lalu kamu langsung pergi.
-
Iya. Tentu saja.
-
Kemarilah.
-
Halo.
-
Halo. Saya melihat iklan lowongan pekerjaan
dan anda sedang mencari penata rambut.
-
Saya ingin datang untuk wawancara.
-
Silakan. Apa anda lulus
dari sekolah kejuruan?
-
Iya. Maksudnya tidak.
Saya tidak lulus sekolah kejuruan.
-
Tapi selama ini saya bekerja sebagai penjahit.
-
Sayang sekali. Kami sedang mencari
lulusan sekolah kejuruan.
-
Baiklah. Terima kasih.
-
Selamat siang.
-
Kamu tidak akan mempercayai
apa yang baru saja terjadi.
-
Oyku, mau apa kita disini?
-
Kita akan bekerja.
-
Apa kamu masih berusaha membalas dendam?
-
Tidak. Aku hanya ingin membeli tomat.
-
Ayo. Ikuti aku.
-
Jadi apa kamu menyukai teman-temanku?
-
Iya. Tentu saja.
Aku menyukai mereka.
-
Kalimat itu seakan-akan ada kata "tapi".
-
Ayolah. Katakan padaku.
-
Tidak. Tidak ada kata "tapi".
-
Bulent. Kita memang belum terlalu lama bersama.
-
Tapi aku sudah sangat mengenalmu.
-
Tapi aku tidak seperti mereka.
Jangan berharap kalau aku seperti mereka.
-
Tentu saja. Tapi aku tidak
berharap begitu padamu.
-
Aku tidak bisa menjadi seperti mereka.
-
Mungkin itu bukan dirimu yang sebenarnya.
-
Kamu terlihat seperti orang lain
saat bersama denganku.
-
Jangan berkata begitu, Bulent.
-
Aku memang tidak bekerja.
Kamu sudah tahu alasannya.
-
Kalau itu membuatmu malu, beritahu aku.
-
Aku bangga padamu.
-
Aku tidak mengharapkan
kata-kata penghibur.
-
Aku berbicara jujur.
Aku tidak malu.
-
Aku bangga padamu.
-
Baiklah. Sekarang ayo kita makan dessert.
-
Baiklah. Tapi aku yang akan memilihnya.
-
Seperti biasa.
-
Apa bisa cepat?
Aku bisa terlambat.
-
Apa kamu mau kita terbang?
Jalanan sedang padat.
-
Halo, Bibi!
-
Halo, Nak!
-
Apa Bibi baik-baik saja?
-
Kamu sudah besar sekarang.
Siapa itu? Kemarilah, Tampan.
-
Apa dia sedang berbicara denganku?
-
Apa ada pria tampan yang lain?
-
Kamu benar.
-
Aku harus ke WC dulu.
Apa kamu bisa menjaga daganganku?
-
Aku memang tidak bisa menjualnya.
Tapi Ayaz pasti bisa.
-
Hanya sebentar.
-
Tunggu, aku...
-
Aku tidak bisa berdagang!
-
Apakah ini permainanmu?
-
Bukan. Ini dagangan.
-
Baiklah. Baiklah.
-
Dia meneleponku dan dia juga menceritakan
tentang rumahnya yang besar.
-
Dia bilang rumahnya sangat besar.
-
Saat aku mendengarnya, aku sangat bahagia.
-
Meskipun Orhan masih marah,
aku sama sekali tidak peduli.
-
Aku juga turut bahagia.
-
Meral, ada apa?
Kamu terlihat sedih.
-
Kamu harus menjaga rahasia ini.
-
Baiklah. Ceritakan padaku.
-
Sudah berbulan-bulan,
aku tidak membayar sewa rumah.
-
Benarkah?
-
Benar. Dan aku sangat bingung sekarang.
-
Aku tak punya pekerjaan
dan aku juga tak punya tabungan.
-
Seandainya aku punya uang,
aku pasti akan membantumu.
-
Tapi sayangnya, aku tak punya uang.
-
Iya, aku tahu. Kalau kamu punya uang,
kamu pasti akan meminjamkannya padaku.
-
Itu sudah pasti.
-
Apa kamu melihat lowongan pekerjaan di sekitar sini
atau mengenal orang yang mencari seorang karyawan?
-
Aku tidak tahu lowongan penjahit.
-
Tapi aku tahu yang lain.
-
Ada sebuah kafe disini
dan mereka membutuhkan pencuci piring.
-
Sebaiknya kamu kesana.
-
Tukang cuci piring.
Anak-anak pasti tidak akan suka.
-
Tapi apa boleh buat.
-
Bagaimana?
-
Apa anda ingin membeli tomat ini?
-
Iya. Pilihkan yang bagus.
-
Baiklah.
-
Silakan. Tomat pilihan.
-
Datang lagi lain waktu.
-
Kualitas tomatmu, bagus atau jelek?
-
Tomatku ini, semuanya segar.
-
Tapi, Bu. Kita sudah membeli tomat.
-
Ibu mau membeli tomatnya.
-
Aku akan membelinya.
-
Akan kucarikan yang segar.
-
Oyku.
-
Terima kasih.
-
Silakan.
-
Aku selalu disini.
Datang lagi lain waktu.
-
Terima kasih.
-
Apa kamu juga mau tomat ini, Nona?
-
Tidak. Terima kasih.
-
Menurutku, beli saja tomatnya.
-
Kamu masih muda. Kamu butuh tomat.
-
Apa maksud anda?
-
Apa kamu tahu? Saat aku seusia kamu,
aku membeli banyak tomat karena banyak khasiatnya.
-
Kenapa anda berhenti?
Apa yang terjadi?
-
Apa anda tidak melihat kalau
ada wanita tua yang ingin menyeberang?
-
Dia sudah tua.
Sebentar lagi juga dia akan mati.
-
Kamu mau kemana?
-
Nenek mau kemana?
Aku akan membantu Nenek.
-
Terima kasih.
-
Hati-hati, Nek.
-
Apa kau sedang bercanda?
-
Aku sudah bilang. Aku sedang terburu-buru.
Apa kau tidak memahami omonganku?
-
Apa?
-
Sebaiknya kamu keluar.
-
Apa kau tidak mengerti?
-
Ayo keluar!
-
Kukatakan padamu untuk keluar!
-
Aku akan mencatat nomor plat mobilmu!
-
Lihat saja nanti!
-
Sudah bertahun-tahun aku berjualan tomat,
aku belum pernah mendapatkan uang sebanyak ini.
-
Inilah yang dinamakan bakat.
-
Nak, bawa dia kesini lagi.
Minggu depan datanglah kembali.
-
Maksud anda, minggu depan kami harus kesini lagi.
-
Aku mengerti maksud anda. Jangan khawatir.
-
Aku senang karena kamu datang hari ini.
-
Sampai jumpa.
-
Apakah kamu mengira kamu akan
mengalahkanku dengan mudah?
-
Baiklah. Aku mengaku kalah darimu.
-
Kuterima kekalahanmu. Sekarang cium tanganku.
-
Leluconmu tidak lucu.
-
Sekarang bagaimana dengan rencana makan malam kita?
-
Aku pantas mendapatkannya.
-
Tentu saja kamu pantas mendapatkannya.
Datanglah dan jemput aku malam ini.
-
Kalau begitu, kenakan pakaian yang bagus.
-
Apa aku pernah berpakaian jelek?
-
Tidak pernah. Aku hanya memintamu
untuk berpakaian bagus.
-
Kalau bisa, pilihlah pakaian yang luar biasa.
-
Karena malam ini sangat istimewa.
-
Kamu sangat cantik.
-
Terima kasih.
-
Ada apa?
-
Untuk sesaat, aku merasa aneh.
-
Kenapa?
-
Karena untuk yang pertama kalinya,
kamu masuk ke mobilku dengan kemauanmu sendiri.
-
Tanpa paksaan dariku.
-
Bukankah ini yang kamu harapkan?
-
Tentu saja ini yang kuharapkan. Kamu benar.
-
Sekarang kita mau kemana?
-
Kita lihat saja nanti.
-
Tidak kusangka. Ternyata kamu bisa memasak.
-
Aku juga ingin melihatmu memasak seperti ini.
-
Aku tidak mau capek.
-
Kamu selalu saja begitu.
Kamu hanya bisa memanggang roti.
-
Mete, aku mau mandi dulu.
-
Silakan.
-
Sudah dua hari aku tidak mengganti pakaian.
-
Kamar mandinya ada di atas.
-
Burcu.
-
Bajuku tidak akan muat dipakainya.
-
Burcu, bajuku muat dipakai Emre.
Aku yakin bajumu akan muat dipakai Seyma.
-
Pinjamkan padanya. Kumohon.
-
Berikan juga istri kakakmu ini handuk yang bersih.
-
Istri Kakak?
-
Cepat lakukan.
-
Kalau kamu keberatan, sebaiknya tidak usah saja.
-
Tidak. Tidak ada masalah,
Seyma, istri Kakakku. Ikut aku.
-
Ilker, kamu sudah makan selama 8 jam. Apa kamu sadar?
-
Tapi sekarang situasinya darurat.
Pintunya juga terkunci.
-
Dan kamu tahu kalau aku tidak bisa keluar.
-
Ini makanan terakhirku. Aku cepat lapar.
Kamu sudah tahu, kan?
-
Kamu juga sudah tahu, kan
Kalau aku cepat marah. Aku sudah bersabar sejak pagi.
-
Aku tidak mau tahu.
Kamu harus menyelesaikan makananmu.
-
Katakan saja kalau kamu mau roti ini.
-
Kamu saja yang makan.
Aku tidak punya selera.
-
Habiskan semuanya sekarang juga.
-
Jangan masuk ke kamar itu.
-
Kamar mandinya ada di bawah.
-
Baiklah.
-
Ayaz, aku tidak bisa mempercayainya.
Kapan kamu menyiapkan semuanya?
-
Aku selalu memberimu kejutan
setiap hari. Benar, kan?
-
Iya. Maksudku kamu...
Kamu selalu...
-
Itu memang salah satu kelebihanku.
-
Kamu memang sombong.
-
Tadi kamu bilang kalau kamu lapar.
-
Aku sudah memesan makanan.
-
Bagaimana dengan kencan Papa hari ini?
-
Baik. Sangat baik.
-
Aku punya kabar baik untuk Papa hari ini.
-
Apa Papa tahu kalau semua makanan ini
dibuat oleh Seyma?
-
Benarkah? Makanannya sangat lezat.
-
Selamat makan, Papa.
-
Papa?
-
Oyku, ada masalah apa?
-
Tidak ada masalah apa-apa. Kenapa?
-
Aku sudah mengenalmu. Aku tahu.
Pasti ada sesuatu yang terjadi.
-
Aku hanya merasa kalau semuanya sangat indah.
-
Semuanya sangat luar biasa.
-
Dan sejujurnya, ini membuatku takut.
-
Apa kamu takut padaku?
-
Padamu... Padaku...
-
Pada kita berdua.
-
Tapi ini saatnya untuk kejutan.
-
Kejutan? Kejutan apa lagi?
-
Aku punya banyak kejutan.
Tapi kamu memberitahuku kalau kamu takut.
-
Jadi aku tidak akan mengatakannya.
-
Baiklah. Aku tidak takut.
-
Pesonaku yang tidak tertahankan.
-
Kita selesaikan makan malamnya dulu.
-
Ini terlalu asin.
-
Mungkin lidahmu yang asin.
Aku merasa makanannya lezat.
-
Papa, bagaimana dengan teman-teman Nyonya Onem?
-
Baik. Sangat baik.
-
Aku yakin mereka sangat keren. Benar, kan?
-
Mereka dari kalangan kelas atas.
-
Benar. Kalangan kelas atas.
Kita tidak akan mengerti.
-
Papa memutuskan untuk bekerja lagi.
-
Berita yang bagus.
Mari kita rayakan hal ini.
-
Apa Papa serius? Jangan begitu.
-
Papa sudah menjalani kehidupan pensiun yang lancar.
Papa tidak perlu bekerja lagi.
-
Lakukan saja hobi Papa atau berjalan-jalan ke luar negeri.
-
Tidak. Papa bosan.
Papa ingin bekerja.
-
Aku bisa menawarkan untuk bekerja denganku.
Tapi Papa tidak akan suka dengan pekerjaannya.
-
Ayah akan mencari kerja.
Jangan khawatir.
-
Makan malam yang lezat.
-
Iya. Aku juga tidak akan menolak
untuk makan malam lagi.
-
Ayaz, maksudku aku tidak mau makan lagi.
Aku sudah kenyang. Aku makan sangat banyak tadi.
-
Lagipula ini tidak bisa dimakan.
-
Angkat tutupnya.
-
Apa kamu menyukainya?
-
Ini malam yang menyenangkan.
-
Tapi menurutku, akan lebih menyenangkan,
jika aku tidak basah. Apa kamu menyukainya?
-
Ayaz, aku tidak mempercayai ini.
-
Bukan hanya ini kejutannya. Jangan khawatir.
-
Mahmut si kelinci.
-
Ini pertama dan terakhir kalinya,
aku bermain kartu.
-
Apa ini?
-
Kita pernah memperbaiki mobil bersama.
-
Ayaz, aku tidak tahu harus berkata apa.
-
Kamu tidak perlu berkata apapun.
-
Berikan saja tanganmu.
-
Ayo kita pulang.
-
Kita pulang.
-
Terima kasih. Malam ini luar biasa bagiku.
-
Apalagi untuk hadiahnya.
-
Terima kasih banyak...
- Tidak perlu berterima kasih.
-
Lebih baik katakan hal yang lain.
-
Sudah beberapa kali kamu
mengucapkan terima kasih kepadaku.
-
Katakan hal yang lain.
-
Oyku, kamu mau aku melakukan apa?
-
Apa maksudmu?
-
Aku juga tidak mengerti.
Maksudku aku harus bagaimana lagi?
-
Kamu sudah sering jalan-jalan bersamaku.
-
Kamu sudah mengenalku.
Beginilah diriku. Inilah Ayaz.
-
Tidak kurang atau lebih.
-
Ayaz...
-
Aku...
-
Apa yang sedang kamu pikirkan?
Kamu tidak pernah mengatakan apapun.
-
Apa status kita? Pacar?
-
Teman? Saudara? Aku tidak mengerti.
-
Aku bingung bagaimana harus bersikap padamu.
Orang-orang sering bertanya kepadaku.
-
Dan inilah pertama kalinya aku bertanya.
-
Dan aku benar-benar tidak tahu jawabannya.
-
Tolong kamu pikirkan dengan baik.
-
Dan berikan aku jawaban sekarang, Oyku.
-
Aku akan menunggu.
Sampai kamu mau memberikan jawabannya.
-
Ayaz, aku...
- Jangan mengatakan "Ayaz, aku..".
-
Lakukan sesuatu.
-
Katakan ya atau tidak.
Kamu bisa menamparku atau memelukku.
-
Terserah padamu. Tertawa atau menangis.
-
Semuanya terserah padamu.
Kamu harus melakukan sesuatu.
-
Aku harus pergi.
-
Aku akan menginap di rumah Burcu.
-
Aku akan naik taksi.
Terima kasih untuk...
-
Halo, Sayang?
-
Iya, aku ada di rumah.
Baiklah. Aku akan menunggumu.
-
Siapa itu, Burcu?
- Oyku.
-
Ayaz.
-
Kamu sudah keterlaluan.
Jawablah. Mungkin dia punya masalah.
-
Halo?
-
Aku membutuhkanmu, Teman.
-
Itulah sebabnya kamu tidak boleh
menaruh banyak bahan.
-
Supaya tidak encer.
-
Terlalu banyak bahan untuk wafel.
Itu tidak boleh!
-
Untuk membuat wafel,
seharusnya dibiarkan kosong saja.
-
Kenapa sekarang membicarakan wafel, Ilker?
-
Kipas angin, blender,
pesawat terbang, pelayan...
-
Lipstick, stoberi, wafel.
-
Aku mengerti, Ilker.
Aku mengerti.
-
Sayang.
-
Maafkan aku.
- Jangan meminta maaf, Ilker.
-
Itu tanggung jawab yang besar.
-
Menjadi seorang Ayah.
-
Ada yang lebih penting dari hal itu, Ilker.
Kamu harus memahaminya.
-
Aku tahu, Sayang.
Aku tahu.
-
Aku tahu kamu ingin menjadi seorang Ibu.
-
Aku tidak hanya ingin
menjadi seorang Ibu.
-
Aku ingin menjadi ibu dari anak-anakmu.
-
Ada apa?
Apa kamu baik-baik saja?
-
Ceritakan pada kami, Oyku.
Kamu akan membaik.
-
Kamu sudah sering membantuku.
Aku juga ingin membantumu.
-
Kami bersenang-senang
menghabiskan waktu bersama.
-
Kami makan malam di restoran
dengan pemandangan yang indah.
-
Dia menyediakan banyak hadiah untukku.
Seperti simbol saat kami bersama-sama.
-
Sungguh menyenangkan.
Aku sangat senang.
-
Lalu dia ingin menciumku.
-
Dan aku menghindar.
-
Apa masalahnya dengan ciuman?
-
Aku tidak mengerti.
Kalian pernah berciuman sebelumnya.
-
Kenapa sekarang menjadi masalah?
-
Dia bertanya mengenai hubungan kami.
- Lalu apa yang kamu jawab?
-
Aku langsung datang kesini.
Aku belum menjawabnya.
-
Kenapa kamu berbuat begitu, Oyku?
-
Aku melihat semua kontak
dari A sampai Z tapi...
-
Aku tidak menemukan siapapun.
-
Lalu aku memeriksa "M". Mete.
-
Aku menghubungi namamu, Mete.
-
Maafkan aku.
-
Teman, aku juga minta maaf.
-
Tidak, aku yang harus minta maaf.
-
Aku sudah bersikap kasar kepadamu.
-
Aku tidak menerima permintaan maafmu.
Aku yang harus meminta maaf.
-
Aku yang meminta maaf duluan.
-
Itu tidak sah.
Aku yang harus minta maaf.
-
Tidak, Ayaz.
-
Bagaimana kalau kita minta maaf bersamaan?
-
Bagaimana kalau kita lupakan saja?
-
Itu juga pilihan yang bagus.
-
Ayo. Ceritakan saja.
-
Ada apa denganmu?
Kenapa kamu menolaknya?
-
Kamu pernah menciumnya
dan sekarang kamu menghindar.
-
Terkadang kamu ingin bertemu dengannya,
kadang-kadang tidak mau.
-
Kenapa kamu melarikan diri?
-
Kamu sudah tahu kalau
aku punya masalah tentang hal ini.
-
Aku tahu tapi ini cerita lain.
-
Sudah jelas kalau kamu mencintainya.
-
Menurutmu begitu?
- Tentu saja.
-
Dia memberiku banyak hadiah.
-
Jangan seperti itu, Oyku.
-
Apa kamu akan mempercayai pria
yang hanya memberimu hadiah?
-
Kita sedang membicarakan Ayaz.
Kamu tidak bisa mempercayainya.
-
Dia tidak cocok dijadikan suami.
Dia cocok untuk bersenang-senang.
-
Kamu benar.
-
Ayaz bukan pria baik.
- Dia pria baik.
-
Jangan mendengarkan Seyma.
- Jangan mendengarkan dia!
-
Kamu akan menyesal.
- Kamu tak akan menyesal.
-
Percayalah padaku.
Kenapa kamu mempercayai Seyma?
-
Kamu keterlaluan.
- Kenapa? Apa aku salah?
-
Oyku, kamu akan menyesal.
Hati-hati.
-
Cukup! Aku bingung. Kita tidak bisa
membuat keputusan seperti ini.
-
Kamu benar.
Hanya ada satu cara.
-
Apa?
-
Apa?
-
Kita membuat pengadilan untuk Ayaz.
-
Wow. Jadi seorang Ayaz
menderita karena cinta.
-
Dan penyebabnya adalah Oyku.
-
Katakan apa saja yang kau mau.
Aku tidak akan protes.
-
Aku merasa kamu sudah
seperti orang lain sekarang.
-
Aku tidak akan percaya jika
aku tidak melihatnya sendiri.
-
Sepertinya aku tidak bisa
menyampaikan perasaanku sendiri.
-
Aku berharap ada orang
yang akan melakukannya untukku.
-
Namaku Burcu Uyar.
Aku mewakili Ayaz Dincer sebagai pengacaranya.
-
Nyonya Hakim, akan kumulai.
-
Pertama, kita harus melupakan masa lalu Ayaz.
-
Karena semua orang bisa berubah.
-
Keberatan.
-
Jangan berbicara berdasarkan asumsi saja.
Aku ingin melihat bukti-bukti.
-
Keberatan diterima.
-
Seseorang tidak akan bisa berubah.
Mereka akan selalu sama.
-
Jadi kamu mengakui kalau kamu masih
tidak baik seperti dulu.
-
Seyma sudah berubah.
Dia ingin menjadi orang yang berbeda.
-
Dan dia sudah berhasil melakukannya.
-
Sekarang jangan membahas masalah kalian
dan fokus saja kepada masalahku.
-
Baiklah. Aku adalah jaksa penuntut.
Namaku Seyma Cetim.
-
Jangan mengabaika
masa lalu Ayaz Dincer.
-
Karena dia sudah sering menebar pesona kepada
banyak wanita, mencuri hati gadis-gadis...
-
...meembuat mereka patah hati dan merusak barang bukti
yang berhubungan dengan mantan pacarnya.
-
Dia akan dihukum karena
kejahatannya tersebut.
-
Jika memang dibutuhkan, aku bisa menghubungi
salah satu korban Ayaz untuk memberikan kesaksian.
-
Keberatan, Yang Mulia.
-
Kenapa kamu keberatan?
Bukankah semuanya cukup jelas?
-
Yang Mulia, Ayaz pantas dihargai karena
dia sudah menunjukkan perilaku yang baik.
-
Itu tidak mudah. Sikapnya pada orang lain
dan teman-temannya sangat baik.
-
Kenapa kamu menilainya seperti itu?
Apa kamu mengira ini rapor anak TK?
-
Yang Mulia, jaksa penuntut amatir ini
tidak seharusnya mengejekku.
-
Apa yang kau katakan?
-
Aku bisa memasukkanmu ke dalam penjara.
Hati-hati dengan ucapanmu.
-
Yang Mulia, kumohon untuk menunda sidang ini.
Karena aku tidak bisa memutuskan yang terbaik.
-
Jangan bertengkar. Kita harus memutuskan
perkara ini secepatnya karena aku sudah mulai bosan.
-
Tadi kamu mau mengatakan apa, Seyma?
-
Cepat katakan.
-
Aku ingin mengatakan kalau Ayaz
tidak menganggap hubungan ini dengan serius.
-
Ayaz, apa kamu serius dengan Oyku?
-
Bagaimana bisa kamu menjadi seperti ini
karena yang Oyku lakukan kepadamu?
-
Aku masih bisa berpikir dengan akal sehat.
-
Aku tidak mudah terpengaruh
oleh orang lain.
-
Teman, Sekarang tingkahmu
benar-benar tidak masuk akal.
-
Sudah jelas kalau kamu terpengaruh olehnya.
-
Aku tahu.
-
Aku belum pernah seperti ini karena seseorang.
-
Seharusnya kamu melihat
apa yang telah kulakukan untuknya.
-
Aku menyiapkan banyak hadiah untuknya.
-
Jaksa Penuntut mengatakan bahwa
klien ku tidak serius.
-
Aku ingin bertanya kepadamu, Yang Mulia.
-
Siapa yang akan menyiapkan kejutan seperti itu
dan memberikan hadiah kepada wanita yang tidak dia cintai?
-
Keberatan, Yang Mulia.
-
Aku akan meminta pengacara Burcu Uyar
untuk berdiri di kursi saksi.
-
Apa?
-
Lakukan saja. Duduk di sana.
-
Baiklah. Apakah kamu bersumpah
untuk mengatakan yang sejujurnya?
-
Aku bersumpah.
-
Baiklah. Apa kamu sudah cukup lama
mengenal Ayaz Dincer?
-
Dia itu sahabat kakakku.
-
Jawab dengan iya atau tidak.
-
Iya.
-
Bagus. Lalu berapa kali Ayaz pernah
menjalani hubungan yang serius?
-
Bagaimana aku bisa mengetahui soal itu?
-
Yang kamu ketahui saja.
-
Kurasa tidak ada yang serius.
-
Tunggu sebentar.
-
Dia pernah berhubungan dengan seorang wanita.
Hubungan mereka cukup serius dan aku sangat yakin.
-
Jadi dia hanya memliki satu hubungan
yang serius selama 30 tahun.
-
Apa? Ayaz tidak berumur 30 tahun.
-
Anggap saja umurnya 30 tahun.
-
Lihatlah, Yang Mulia. Dia hanya berasumsi.
Kamu tidak boleh begitu.
-
Tentu saja boleh.
-
Pria ini hanya memanfaatkan wanita dan
Ayaz mencampakkan mereka begitu saja.
-
Itu tidak benar!
-
Tentu saja benar.
-
Aku ingin bertanya. Bagaimana kalau dia hanya
memanfaatkan Oyku dan mencampakkannya seperti wanita lain?
-
Kalau sudah seperti itu,
apa bedanya Oyku dengan wanita lain?
-
Oyku...
-
Dia tidak seperti perempuan lain.
-
Dia berbeda.
-
Dia sangat alami.
-
Tidak dibuat-buat.
-
Aku mengira perasaanku sudah hilang
seolah-olah aku mati rasa.
-
Tapi sekarang aku bisa
merasakannya kembali.
-
Dan perasaan ini membuatku bersemangat.
-
Marah, bahagia dan sakit hati.
-
Perasaan ini membuatku hidup kembali.
-
Aku merasakan semuanya
secara bersamaan.
-
Apapun namanya...
-
Kurasa orang-orang menyebutnya...
-
...cinta.
-
Tapi hal itu tidak penting.
-
Mungkin aku tidak pantas untuknya.
-
Lagipula sepertinya
dia tidak percaya padaku.
-
Dia tidak bisa dipercaya.
-
Bagaimana kita bisa menyerahkan
teman kita kepada pria ini?
-
Pria seperti ini, pria seperti ini.
-
Pria... seperti ini.
-
Pria seperti ini?
-
Foto ini lumayan bagus.
-
Maksudku...
-
Bagaimana kita bisa
percaya pada pria ini? Benar, kan?
-
Baiklah. Aku juga berpikiran sama.
-
Aku tidak punya keberatan lagi, Yang Mulia.
-
Keberatan.
-
Aku akan kaget kalau kamu tidak
mengajukan keberatan. Silakan katakan.
-
Percayalah padaku. Apa yang harus Ayaz lakukan
untuk membuat gadis ini percaya padanya?
-
Setelah semua yang dia lakukan,
kamu masih tidak percaya padanya.
-
Itu artinya, dia belum melakukan
sesuatu yang berkesan.
-
Ayaz adalah orang yang tepat untuk Oyku.
-
Tidak. Ada kemungkinan dua-duanya
akan kecewa.
-
Jika kita belum mencobanya,
kita tidak akan pernah tahu.
-
Jangan mempertaruhkan apapun. Jangan sampai
mereka menyesali apa yang terjadi.
-
Jika kita tidak mencobanya, kita tidak akan tahu.
Kamu sudah sangat mengerti hal itu, kan, Seyma?
-
Apa maksudmu kalau aku mengerti hal itu?
-
Cukup. Tenanglah.
-
Aku mengenal Oyku sejak kecil jadi aku memperkirakan
masa depan Oyku akan lebih baik darimu.
-
Kalian bukan anak-anak lagi.
Atau kita memang masih anak-anak.
-
Oyku harus berbahagia.
- Berbahagia dengan orang lain.
-
Tidak boleh dengan yang lain. Harus Ayaz.
- Dia akan menderita karena dirimu.
-
Dia tidak akan menderita.
-
Kenapa kamu tidak setuju dengan Ayaz?
- Aku ingin Oyku hidup bahagia.
-
Ayaz terlalu berotot.
Aku tidak mempercayai pria yang berotot.
-
Dulu aku merasa bahagia.
Kamu tahu, kan?
-
Hidup sebagai pria lajang.
-
Tapi lihatlah. Apakah keadaan
seperti ini cocok untukku?
-
Tentu saja ini tidak sesuai.
-
Aku tahu ini tidak cocok untukku.
-
Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
-
Aku berhak merasa kacau seperti ini.
Hanya untuk malam ini saja, Teman.
-
Baiklah, Teman. Kamu berhak merasa kacau.
Tapi jangan berlebihan.
-
Jadi aku tidak berhak untuk belebihan.
-
OK. Hari ini kamu boleh berlebihan.
Lakukan hal-hal yang konyol.
-
Itu benar.
-
Malam ini aku berhak melakukan itu.
-
Jadi kamu sudah membayar tagihannya.
-
Terima kasih.
-
Oyku sangat suka mengatakan itu.
Dia berterima kasih untuk segalanya.
-
Terima kasih, Tidak, Terima kasih.
-
Sudahlah. Seharusnya aku yang harus
berterima kasih padamu.
-
Ayo.
-
Kita ke rumahku saja. Kita bisa mengobrol.
-
Aku harus pergi sekarang. Seyma sudah menungguku.
Sebaiknya kamu pulang naik taksi.
-
Jadi Seyma sudah menunggumu.
-
Dia pindah ke rumahku hari ini.
-
Aku tidak terkejut mendengarnya.
-
Apa maksudmu? Jangan bicara sembarangan.
Apa kau mau bertengkar lagi?
-
Jangan serius seperti itu.
Aku tidak bermaksud apa-apa. Maafkan aku.
-
Kudoakan supaya kamu berbahagia.
Salah satu dari kita harus berbahagia.
-
Baiklah. Ayo kita pulang.
Aku akan menemanimu mencari taksi.
-
OK, OK. Aku mau berjalan-jalan sebentar.
-
Malam ini jalanan adalah milikku.
Setidaknya ada yang kumiliki malam ini.
-
OK. Semuanya milikmu.
-
Kita harus menyelesaikan masalah ini.
-
Kalau begitu, aku akan menanyakan
pertanyaan terakhir.
-
Menurutmu...
-
Cinta itu apa, Yang Mulia?
-
Cinta...
-
Cinta itu saat jantungmu berdetak
dengan cepat saat merasakan nafasnya.
-
Cinta itu bersenang-senang bersamanya
seperti anak kecil.
-
Cinta itu bermimpi bersama.
-
Cinta itu saling berbagi.
-
Cinta itu selalu memimpikan
tentang dirinya.
-
Cinta adalah menjadi satu.
-
Ayaz adalah pria yang tepat.
-
Besok aku akan memberikan jawaban
yang dia tunggu.
-
Aku sudah memperingatimu.
Jangan menyesal nanti.
-
Apa Ibu tahu kalau aku ingin mencium orang
yang membuatkan sarapan ini?
-
Karena aku bisa mencicipi makanan yang enak ini.
Ditambah lagi, dihidangkan oleh ibuku yang cantik.
-
Ada apa? Kenapa kamu sangat senang?
-
Aku sudah membuat keputusan.
Aku sangat bahagia sekarang.
-
Tentang Kak Ayaz, kan?
-
Habiskan sarapanmu, Cem.
Jangan ikut campur.
-
Akan kubuka.
-
Lanjutkan sarapanmu.
-
Burcu sudah datang.
Dia akan membantuku bersiap-siap.
-
Apa? Bersiap-siap?
Untuk apa?
-
Itu orangnya.
-
Emre!
-
Ada apa?
-
Apakah ini benar?
-
Tergantung apa yang sudah dia katakan.
-
Apakah kamu benar-benar telah
menghina bapak ini?
-
Dia bohong. Itu tidak pernah terjadi.
-
Jangan berbohong. Kamu mengeluarkanku
dari taksi. Kamu bersikap tidak sopan.
-
Jadi maksudmu aku yang
memaksamu keluar dari taksi.
-
Apa kau lihat?
-
Emre, kamu sudah tahu untuk mengantar
pelanggan kemanapun dia mau pergi.
-
Dia memberitahuku kalau kamu menolong
seorang nenek sedangkan dia sedang terburu-buru.
-
Pelanggan itu lebih penting
daripada orang lain. Mengerti?
-
Wanita tua itu membutuhkan bantuan.
Makanya aku menolongnya. Apa masalahnya?
-
Karena kamu sudah menolongnya, aku terlambat datang
ke pertemuan. Siapa yang mau bertanggung jawab?
-
Apa kamu tidak punya helikopter
atau mobil pribadi?
-
Gunakan kendaraan yang lain.
-
Jadi kamu belum mengenal siapa diriku.
-
Aku tidak peduli siapa namamu.
-
Tapi sudah jelas kamu adalah
lelaki yang menyebalkan.
-
Berhati-hatilah kalau berbicara.
- Apa yang akan kau lakukan?
-
Emre!
-
Pergilah. Tinggalkan kuncinya dan pergilah.
-
Jangan coba-coba datang
ke sini lagi. Mengerti?
-
Untuk apa baju-baju itu?
-
Inilah sihir. Aku akan menyiapkannya dengan sempurna
bahkan kamu tidak akan bisa mengenali dirimu sendiri.
-
Baiklah.
-
Tolong pegang ini.
-
Kalau anda belum membayar uang sewa
minggu ini, aku akan mengirimkan juru sita.
-
Aku sudah membuat kesalahan.
-
Kamu sudah membayar kesalahanmu
dengan baik.
-
Aku sudah menyiapkan semuanya untukmu. Dengan tanganku sendiri.
-
Apa kamu tidak memesan makanan?
-
Aku sudah menelepon tapi tidak ada yang mengangkat.
Karena masih pagi. Belum ada restoran yang buka.
-
Semalam aku berpikir keras dan sekarang...
-
Aku... Aku sudah siap.
-
Menjadi seorang ayah.
-
Bagaimana kamu bisa berubah
dalam waktu semalam?
-
Karena...
-
Kamulah satu-satunya yang aku miliki.
-
Aku akan menjadi lelaki paling bahagia di dunia ini
jika aku memiliki seseorang dari bagian hidupmu.
-
Aku sangat mencintaimu.
-
Aku juga sangat mencintaimu.
-
Jika aku dan kamu digabung,
aku yakin koktail kita akan sempurna.
-
Kamu memanggil anak kita "koktail".
-
Kalau bisa, aku akan memanggilnya "pizza".
-
Koktail lebih bagus.
-
Tunggu, tunggu.
Apa kita tak akan makan dulu?
-
Ada yang lebih penting.
-
Berdiri.
-
Yang ini saja.
-
Terlalu terbuka, Burcu.
-
Bagaimana dengan yang ini?
-
Yang ini terlalu mencolok.
Aku tidak menyukainya.
-
Yang ini.
-
Yang ini terlalu polos.
Aku tidak tahu mau pakai yang mana.
-
Baju yang pertama itu bagus. Kamu bisa
memakainya dengan sepatu high heels.
-
Yang ini terlalu santai.
-
Ayolah, Oyku.
Aku bisa putus asa sekarang.
-
Tidak ada baju yang kusukai, Burcu.
-
Gaun milikku sangat bagus. Baiklah.
Akan kutunjukkan gaun yang terakhir.
-
Kalau kamu masih tidak menyukainya,
aku akan marah padamu.
-
Jadi sekarang kamu mengancamku.
-
Begitulah. Sudah jelas
aku telah mengancammu.
-
Gaun ini cantik.
-
Kamu mengatakan itu karena kamu menyukainya
atau karena aku sudah mengancammu, Oyku?
-
Dua-duanya.
-
Kalau begitu, bersiap-siaplah.
-
Kamu terlihat sangat cantik, Oyku.
-
Semuanya akan baik-baik saja.
-
Menyebalkan. Baterai ponselku habis.
Padahal sedang di bagian yang seru.
-
Maafkan aku sudah menganggu kalian.
Kamu menaruh charger dimana, Sayang?
-
Ada di kamar.
-
Baiklah. Aku akan mengambilnya.
-
Aku yakin kalau pembunuhnya
adalah pria itu. Lihat saja.
-
Aku bisa melihatmu, Burcu.
Kamu sedang apa?
-
Sampai kapan perempuan itu
akan berada disini?
-
Perempuan itu?
-
Kenapa kamu berbicara seperti itu, Burcu?
-
Dia bisa tinggal disini selama
yang aku mau. Mengerti?
-
Apa aku boleh bertanya sesuatu?
-
Tidak boleh.
-
Aku sedang tidak ingin berbicara.
Kumohon mengertilah.
-
Papa, katakan sesuatu kepadanya!
-
Apakah keluarganya memiliki masalah?
-
Apa aku boleh bertanya sesuatu?
Apa yang sudah Seyma lakukan pada Papa?
-
Kenapa Papa terlihat sangat membencinya?
-
Apa yang kau katakan, Mete?
Papa tidak membencinya.
-
Kalau begitu, tidak ada masalah. Ya, kan?
-
Tentu saja tidak. Tapi...
- Tidak ada kata tapi.
-
Aku ingin semuanya berjalan lancar
seperti sekarang. Aku merasa sangat bahagia.
-
Semua orang harus menghargai itu.
Kumohon mengertilah.
-
Apa yang kau lakukan?
-
Aku sudah memberitahumu
untuk tidak masuk ke kamar ini!
-
Apa yang kau lakukan?
-
Berani sekali kau menyentuh
barang-barang milik Mamaku!
-
Apa yang terjadi?
-
Kenapa kamu masuk ke kamar ini?
-
Semuanya akan baik-baik saja.
-
Ini aku, Ayaz.
-
Aku sedang mencari sesuatu.
Aku mencari selimut.
-
Aku yang salah. Aku menyesal.
-
Baiklah, Sayang. Ini bukan salahmu.
-
Ini tidak disengaja.
-
Jangan menangis. Tenanglah.
-
Tidak sengaja? Apa maksudmu?
-
Saat aku masuk ke kamar ini,
dia sedang memakai anting-anting Mama.
-
Mungkin saja dia berniat untuk mencurinya.
Kita tak akan pernah tahu.
-
Burcu! Hati-hati kalau berbicara.
Siapa yang kau sebut pencuri?
-
Sudah jelas dia yang kusebut pencuri!
-
Aku tidak mengerti kenapa
kamu masuk ke kamar ini.
-
Aku benar-benar menyesal.
Aku hanya mencari charger.
-
Lihatlah. Dia berbohong. Dia sudah membohongi kita
dengan berpura-pura mencari charger.
-
Sejak kemarin dia sudah
mau masuk ke kamar ini!
-
Itu tidak benar, Burcu! Aku benar-benar
mengambil charger. Lihatlah ini.
-
Aku bersumpah.
Aku tidak berbohong, Sayang.
-
Bagus. Kamu menangis.
Lagipula Kak Mete akan memaafkanmu.
-
Kamu hanya perlu menangis
untuk meluluhkan hati Kakakku!
-
Burcu, kamu membuat kesabaranku habis!
-
Kak, aku tidak tahan lagi.
Wanita ini harus pergi dari sini secepatnya.
-
Burcu, diam!
-
Baiklah. Dia yang pergi
atau aku yang pergi.
-
Papa, katakan sesuatu.
Jangan diam saja!
-
Tidak. Kalian bisa tetap tinggal disini.
-
Aku yang akan pergi dari rumah ini.
-
Jika kalian berdua tidak menyukai Seyma,
dia juga akan pergi dari sini.
-
Ayo, Seyma.
-
Hai.
-
Hai.
-
Kurasa aku datang
di waktu yang tidak tepat.
-
Sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka.
Aku merindukan mereka.
-
Iya. Kamu datang di
waktu yang tidak tepat.
-
Apa kamu tidak mau masuk?
-
Sebentar lagi.
-
Halo.
-
Hai.
-
Selamat tinggal.
-
Subtitle by SpecialELF888
-
This is FREE subtitle.
Not for SALE!