-
Wah! Ini dia! Semuanya sudah jelas.
-
Kau bahkan memimpikannya!
-
Apa yang sudah jelas, Burcu?
-
Kamu sedang jatuh cinta, kan?
-
Apa?! Tidak mungkin!
- Kalian berciuman!
-
Jangan bicara terlalu keras, Burcu.
Nanti mereka dengar!
-
Kami hanya berteman!
-
Seorang teman tidak mencium temannya
dalam mimpi!
-
Alam bawah sadarmu mengekspresikannya
dan berteriak "Ayaz!" dengan mesra.
-
Kami tidak berciuman seperti
yang kau katakan!
-
Tapi kalian hampir berciuman.
-
Hampir! Tapi kami tidak berciuman!
-
Aku langsung terbangun.
Jangan mengarang cerita!
-
Aku sudah sering mendengarnya.
Aku sudah terbiasa dengan kebohongan ini.
-
Mimpi biasanya sering berlawanan
dengan kenyataan.
-
Ah, kamu tidak akan
mengetahui soal itu.
-
Semalam dia meneleponku tapi
aku tak mengangkat teleponnya.
-
Oh, bukankah kalian berteman?
Kenapa tidak menelepon balik?
-
Karena kami hanya berteman.
-
Kamu benar-benar aneh!
-
Jadi apa sebaiknya
aku menelepon temanku yang itu?
-
Iya! Teleponlah temanmu yang itu!
-
Kami akan kembali merancang
2 hotel lagi pada tahun ini.
-
Kami sudah memulai satu hotel.
Saya bisa menunjukkan dokumen ini.
-
Silakan.
-
Maaf, sebentar.
-
Tersambung.
-
Tersambung.
-
Tidak diangkat.
-
Maaf, sampai dimana?
Oh, kita bisa mulai dari landscape.
-
Sekarang teleponnya malah sibuk.
-
Apa ada yang ingin kamu katakan?
-
Tidak ada.
-
Terlihat jelas kamu sedang senang.
Kamu jatuh cinta padanya!
-
Burcu, aku sudah bilang
kalau kami hanya berteman! Tidak lebih!
-
Memangnya aku tidak boleh meneleponnya
sebagai teman?
-
Aku hanya khawatir padanya.
Aku takut kalau dia sedang sakit.
-
Kalau begitu, tutup teleponnya.
-
Dasar bodoh.
-
Sekarang jam berapa?
Aku bisa terlambat.
-
Jangan khawatir.
Kamu tidak terlambat.
-
Tentu saja saya mengerti.
Restorasi sudah jelas sangat berbeda.
-
Untuk itu, harus dilakukan
riset lapangan yang lain.
-
Iya, Pak. Sejujurnya kami berharap
Mete ada disini.
-
Karena beliau mengajukan ide
yang berbeda saat terakhir kali kami bertemu.
-
Dia mengatakan kalau
kami bisa membangunnya.
-
Itulah alasan kami
berada disini hari ini.
-
Apa rencanamu hari ini?
-
Baiklah. Aku mengerti.
Aku mengerti.
-
Aku ingin bertanya.
-
Emre itu orang yang seperti apa?
-
Dia itu orang yang menyebalkan!
Jangan bersamanya!
-
Aku serius! Dia tidak pernah
menceritakan tentang dirinya...
-
...makanya aku bertanya padamu!
-
Aku tidak kaget kalau dia begitu
karena kurasa kamu tidak pernah berhenti bicara.
-
Tunggu. Aku belum selesai berdandan!
-
Kalau kau hanya ingin bergosip,
aku sudah selesai.
-
Aku bisa terlambat.
Sekarang kamu harus bersiap-siap. Nanti terlambat.
-
Jadi aku harus bagaimana?
-
Dia benar-benar
tidak menceritakan apapun!
-
Tanyakan padanya.
-
Bagaimana kalau dia menghindar?
-
Tanyakan lagi!
-
Teman, jawablah.
-
Apa telepon dari tempat kerja?
-
Dari Ayaz.
-
Jawablah. Mungkin itu hal penting.
-
Menurutku tidak penting.
-
Dia bisa mengurus semuanya.
-
Nak, kenapa kamu tidak
ke kantor hari ini?
-
Aku memutuskan untuk libur hari ini, Pa.
-
Aku merasa kelelahan.
-
Aku mau istirahat.
-
Mete...
-
Papa mendengar sesuatu tadi malam.
-
Papa merasa itu tidak penting, tapi...
-
Ada apa, Pa?
-
Seyma.
-
Ada apa dengannya?
-
Tidak. Tidak ada apa-apa. Tenanglah.
-
Katakan apa yang terjadi, Pa!
-
Papa merasa kalau
kamu perlu tahu soal ini.
-
Papa. Katakan!
-
Dia berbicara di telepon
dengan seseorang yang bernama Riza.
-
Saat itu Papa sedang menuju kesini
untuk membaca buku.
-
Kemudian Papa menguping pembicaraannya.
-
Apa dia melihat Papa?
- Papa rasa tidak.
-
Lalu?
-
Dia bilang jangan meneleponnya lagi.
-
Hubungan kita sudah berakhir
sejak sebulan yang lalu.
-
Satu bulan? Dia bilang satu bulan?
-
Mereka tidak bicara lama.
-
Kalian berdua disini sedang mengobrol
dan Papa merasa akan menyelesaikan...
-
Satu bulan. Saat itu
kami sudah bersama.
-
Pasti ada penjelasan yang masuk akal.
Mungkin Papa salah dengar.
-
Terima kasih sudah memberitahuku, Pa.
Papa jangan khawatir.
-
Semuanya akan baik-baik saja.
Papa tidak perlu risau.
-
Baiklah. Papa percaya padamu, Nak.
-
Olcay!
-
Kamu membuatku kaget!
-
Apa kabar?
- Apa urusanmu?
-
Maafkan aku.
-
Permintaan ditolak!
-
Lihat apa yang aku belikan untukmu.
-
Apa kau pikir sekotak coklat
bisa meluluhkan hatiku?
-
Iya!
- Artinya kau salah!
-
Apakah isinya karamel?
-
Iya! Karamel yang terbaik!
-
Perbuatanmu kemarin
sangat menyinggungku.
-
Aku tahu. Maafkan aku.
-
Aku khilaf. Sebenarnya aku marah pada Oyku
dan aku melampiaskannya padamu.
-
Kalau coklat ini tidak enak,
aku tak akan memaafkanmu.
-
Jadi apa aku sudah dimaafkan?
-
Sebaiknya kami bicara dengan Pak Mete.
Dia adalah rekanmu.
-
Kami membutuhkan pendapatnya
dalam setiap keputusan.
-
Iya, saya setuju. Kita memang harus
melakukan satu kali rapat lagi.
-
Kami tidak tahu kapan kami ke Istanbul lagi.
Jadi kumohon beritahu kami.
-
Saya mengerti.
-
Kalau begitu, sampai jumpa.
- Sampai jumpa.
-
Sampai jumpa.
-
Ada satu pesan suara.
-
Satu pesan suara diterima.
- OYKU: Sudah kubilang kami hanya berteman.
-
Kenapa kamu tidak mengerti?
Kami hanya berteman! Tidak lebih!
-
Apa tidak boleh seorang teman
meneleponnya?
-
Sayang, bagian yang ini dilekatkan, OK?
-
Dia sudah datang.
-
Selamat pagi.
- Selamat pagi.
-
Aku tahu kalau kamu tidak akan
membahas soal ini di tempat kerja.
-
Apakah kamu sudah berbicara dengan Mete tentang Riza?
Bagaimana pendapatnya?
-
Aku sudah memberitahunya.
Kami baik-baik saja.
-
Syukurlah. Aku turut senang
mendengarnya, Seyma.
-
Tapi ada kejadian aneh.
Ayaz dan Mete sedang tidak akur.
-
Kenapa begitu?
-
Pantas saja Ayaz meneleponku
malam itu.
-
Kurasa itu alasannya.
-
Selamat pagi, Nyonya Onem.
- Selamat pagi.
-
Selamat datang, Ratuku.
-
Olcay. Oyku.
-
Apa kamu sudah menyiapkan modelnya?
-
Sudah siap, Ratuku.
-
Bagus. Olcay, urus fotografer
dan studionya.
-
Oyku, kamu mengurus modelnya.
Ada dua orang. Satu laki-laki dan satu perempuan.
-
Cari tahu dari Ersa,
bawa mereka ke studio.
-
Siap, Nyonya Onem.
-
Aku akan mengulanginya lagi. Fotografer dan studio
adalah tugas Olcay sedangkan Oyku mengurus model.
-
Dia menyuruh kami mengatur pemotretan besok.
-
Dan dia mendapatkan bagian pekerjaan
yang menyenangkan. Beruntung sekali.
-
Baiklah.
-
Terima kasih.
-
Aku sudah mendapatkan alamatnya.
Besok aku akan membawa mereka ke tempat pemotretan.
-
Baiklah. Hati-hati di jalan.
Jangan sampai terjadi kejadian kemarin.
-
Jangan khawatir. Aku yang akan mengantar mereka.
Tidak perlu menggunakan supir.
-
Baiklah. Itu bagus. Dia akan
mengurus semua detailnya. Benar kan, Seyma?
-
Iya.
-
Aku akan menemui Ayaz...
-
Maksudku aku mau ke kampus.
Tapi kalau terjadi sesuatu, telepon aku.
-
Iya. Kamu akan menemui Ayaz...
Maksudku kamu akan ke kampus.
-
Aku akan pergi dulu. Sampai jumpa.
-
Sampai jumpa.
-
Olcay, di hotel mana para model ini
akan menginap?
-
Selamat siang.
-
Selamat siang. Saya datang
untuk mengambil mesinnya.
-
Baiklah.
-
Halo.
-
Meral, ini Ayra. Pemilik rumahmu.
-
Aku sudah berbicara dengan pengacara
dan mereka bilang tidak akan ada permintaan
-
Aku juga tak mau membuang waktu
di pengadilan.
-
Bayar saja sewanya dan semua urusan akan selesai
karena aku masih banyak pekerjaan lain.
-
Aku akan mengusahakan yang terbaik.
Aku akan mendapatkan uang secepatnya. Jangan cemas.
-
Baiklah. Akan kutunggu.
-
Tunggu. Tadi kamu tidak menanyakan kabarku.
Aku baik-baik saja.
-
Di tempat asalku, semua orang
saling menanyakan kabar apapun yang terjadi.
-
Dan kita tidak saling bermusuhan.
Kurasa kita bisa berbicara berdua seperti orang dewasa.
-
Aku minta pembayarannya segera dilakukan.
-
Dimana mesin jahitnya, Bu?
-
Mesin jahitnya rusak.
Jadi Ibu perbaiki.
-
Tadi telepon dari siapa?
-
Kamu banyak bertanya! Cepatlah pergi.
Nanti kamu terlambat.
-
Kamu kan harus latihan bola.
-
Sebelum pergi, cium Ibu dulu.
-
Jangan terlalu berkeringat.
Hati-hati di jalan.
-
Mete!
-
Apa kabar?
-
Kabarku baik. Sudah lama
kita tidak berjumpa.
-
Iya. Sudah cukup lama.
-
Sudah lama aku tidak datang kesini.
Ternyata tempat ini semakin indah.
-
Iya. Sudah lama sekali.
Sulit untuk dipercaya.
-
Sudah berapa lama
kita membangun hotel ini?
-
Kurasa sekitar 4 tahun.
-
Apa kamu tidak datang bersama Ayaz?
-
Tidak. Dia tidak bisa datang
karena dia mengurus pekerjaan lain.
-
Bagaimana kabar istrimu?
-
Kabar istriku baik. Anak-anakku juga.
-
Anakku yang pertama ingin
menjadi pemain sepakbola.
-
Aku akan menikah.
-
Benarkah?
-
Itu sebabnya aku datang kesini
untuk memberitahumu.
-
Apa kamu ingin menikah disini?
Aku akan menyiapkan tempat untuk acara pernikahanmu.
-
Tidak. Itu urusan yang berbeda.
Ada sesuatu yang harus menjadi rahasia kita berdua.
-
Rahasia? Tentu saja.
Apa yang bisa kulakukan untukmu?
-
Jadi begini...
-
Ayaz! Bagaimana kabarmu?
-
Maaf. Semalam aku ketiduran.
Jadi aku tidak mendengar telepon darimu.
-
Kalau kamu sedang mencari Mete,
dia tidak datang hari ini.
-
Tidak. Aku mencari kamu.
-
Aku juga mencemaskan Mete,
tapi kudengar kalian berdua sedang bertengkar.
-
Aku sedang tidak ingin
membicarakan masalah itu, Oyku.
-
Kenapa? Kenapa kamu tidak mau
bercerita padaku?
-
Kamu sudah tahu kalau kami bertengkar.
Kamu sudah tahu semua ceritanya.
-
Kudengar Seyma sudah menceritakan soal Riza,
mantan pacarnya, pada Mete.
-
Dan Mete tidak marah soal itu.
Kenapa kalian bertengkar?
-
Memang hanya itu yang terjadi.
-
Ayaz, aku datang kesini
untuk menghiburmu.
-
Apa aku ini bukan teman bagimu?
-
Bukan hanya teman.
Melainkan sesama bro.
-
Benar!
-
Kalau begitu, bagaimana kalau hari ini
kita jalan-jalan sebagai bro?
-
Pekerjaanku baru saja selesai. Kamu datang tepat waktu.
Kita akan bersenang-senang.
-
Tapi aku harus kembali bekerja.
-
Tidak masalah.
Aku akan bicara dengan Ibuku.
-
Lalu apa yang akan kita lakukan?
-
Kita akan melakukan
apa yang biasa dilakukan sesama bro.
-
Aku akan mengganti baju sebentar.
Kamu tunggu disini.
-
Jadi aku membutuhkan kamera pengawas
untuk merekam pria itu. Apa kamu mengerti?
-
Lihat kapan dia masuk dan keluar.
Lihat apa yang dilakukannya sehari-hari.
-
Tapi ini adalah tindakan yang ilegal.
-
Aku tahu. Aku sudah tahu soal itu, Teman.
-
Tapi aku sudah putus asa.
Ini persoalan yang penting bagiku.
-
Bagaimana?
-
Ayaz, sebaiknya kita pulang.
Aku tidak mau berada di tempat ini.
-
Apa kau kira kita akan ke salon untuk manicure?
Kurasa ini tempat yang cocok.
-
Kalau kita berteman,
kamu tak boleh berkata begitu.
-
Baiklah. Aku menyukai
tempat seperti ini.
-
Baiklah. Ayo kita duduk.
-
Aku pesan dua teh!
-
Ayo bermain kartu bersamaku.
-
Baiklah. Ayo kita bermain kartu.
Aku tidak takut.
-
Liburan kemarin sangat luar biasa!
Aku tidak pernah menyangka kamu akan mengajakku berlibur.
-
Tentu saja. Seandainya aku bisa mengajakmu.
Tapi aku harus bekerja.
-
Iya, aku tahu.
Aku juga harus kuliah.
-
Jadi liburannya jauh sekali.
-
Lihat ada ayunan!
Aku menyukai mainan itu!
-
Apa mau kudorong?
-
Tidak. Terima kasih.
-
Kalau begitu, bagaimana kalau
kamu yang mendorongku?
-
Apa kau serius?
-
Bukan aku. Tapi anak kecil
di dalam diriku.
-
Ayo. Cepatlah!
-
Bicara soal ayunan,
aku punya cerita masa kecil.
-
Saat itu aku bermain ayunan dan percaya jika didorong
dengan cukup kuat, aku akan menyentuh langit.
-
Aku pernah meminta temanku untuk mendorongku.
Kukatakan padanya untuk lebih kuat, lebih kuat, lebih kuat!
-
Dan dia melakukannya
supaya aku bisa menyentuh langit.
-
Tapi aku melupakan suatu hal.
-
Gravitasi.
-
Belum sempat mengetahui apa yang sedang terjadi,
aku terjatuh.
-
Kepalaku memar.
Benar-benar terasa sakit.
-
Cerita yang bagus.
-
Saat itu aku menangis keras sekali.
Tapi sekarang aku menceritakannya sambil tertawa.
-
Kenapa aku yang berbicara terus
dan kamu tetap diam?
-
Ceritakan padaku.
Apa kamu punya kenangan tentang ayunan?
-
Tidak. Aku tidak suka bermain ayunan.
-
Kenapa?
-
Karena aku tidak suka berayun.
-
Apa karena gempa bumi?
-
Maafkan aku, Emre.
Aku lupa soal itu.
-
Itu tidak penting.
-
Saat itu aku bermain sepakbola.
Setiap aku menendang bola, aku bisa melupakan semua penderitaanku.
-
Tidak ada yang lebih spesial dari sepakbola.
-
Baiklah. Tapi bagaimana caranya
kamu melupakan penderitaan?
-
Sedangkan kamu belum
menceritakan apapun padaku.
-
Misalnya warna favoritmu, makanan kesukaanmu,
apa yang kamu suka dan apa yang kamu benci, tim olahraga yang kamu ikuti...
-
Segalanya tentang dirimu, Emre.
-
Kenapa kamu tertawa?
Aku hanya ingin lebih tahu tentang dirimu.
-
Ayolah, Emre. Ceritakan padaku.
-
Aku punya kejutan untukmu.
Jika kamu memaksa ingin lebih tahu tentang diriku.
-
Kejutan? Aku penasaran.
-
Kamu akan baik-baik saja.
-
Sekarang duduklah.
Aku akan mendorongmu lagi.
-
Baiklah.
-
Apa kamu ingin kunyanyikan lagu?
-
Boleh saja.
-
Bagaimana mungkin
kau membuang kartu yang itu?
-
Apa kamu tidak melihat kartu 8?
Kamu tidak bisa bermain.
-
Iya, aku tahu!
Jangan berteriak seperti itu!
-
Kamu yang tidak tahu caranya!
- Aku sedang berusaha!
-
Dasar payah.
-
Rasakan! Aku menang.
-
Apa kau lihat?
-
Kau adalah pasangan main yang paling payah
dalam sejarah tempat ini.
-
Permainanmu sangat buruk.
Aku tidak mau datang kesini lagi!
-
Istri orang itu akan berterima kasih padamu
karena dia tidak mau datang kesini lagi.
-
Dia membuat reservasi
atas namanya untuk pelanggannya.
-
Kurasa ini salah satunya.
-
Tanggal 11 Juli...
Tolong dicek kembali.
-
Pindahkan ke 11 Juli.
-
Ada apa, Bro?
Apa kamu sudah menyerah?
-
Aku tidak menyerah. Hanya saja aku lebih suka
menghabiskan waktu di tempat biasa, Ayaz.
-
Bagaimana kalau kita minum dulu?
Aku sangat haus.
-
Kurasa kita juga bisa menjadi
sesama bro di restoran, kan?
-
Tidak mungkin.
Kita akan pergi ke tempat lain.
-
Sekarang kita mau kemana?
-
Tunggu. Perlambat sedikit.
-
Apa kamu yakin, Mete?
Kurasa kau tidak akan bisa menemukannya.
-
Tunggu.
-
Tolong dipercepat.
-
Stop.
-
Ini mobil kesayanganku.
-
Ayaz, selamat datang!
-
Halo, Ali!
-
Mobil ini hampir pergi ke surga.
Tapi aku dan Ali mengambilnya.
-
Kami mengubahnya seperti ini.
Jika sudah selesai, mobil ini akan menjadi yang terbaik.
-
Kau pernah berjanji
untuk mengajakku jalan-jalan, kan?
-
Janji adalah janji dan kita akan pergi
ke tempat di dekat Bosphorus.
-
Aku juga bisa mengajakmu jalan-jalan, Bro.
-
Iya, Ayaz. Kita lihat saja nanti.
-
Baiklah. Ganti pakaianmu.
-
Apa maksudmu?
-
Ali, apa kamu punya overall cadangan?
-
Tentu saja. Akan kuambilkan.
-
Overall?!
-
Perbaikan mobilnya harus segera dimulai.
Sudah lama dia tidak berfungsi.
-
Kita akan memeriksa kondisinya dulu.
-
Kenapa? Apa ada masalah?
-
Kurasa tidak ada masalah.
Hanya saja ada percikan kecil di mesinnya.
-
Dimana aku bisa mengganti pakaianku?
-
Kamu cocok memakai baju seperti itu.
-
Beritahu Ibuku kalau overall
akan menjadi mode tahun ini.
-
Memang sudah menjadi mode.
Akan kuajarkan padamu.
-
Sekarang giliranku untuk mengajarimu.
-
Sekarang buka kap mesinnya.
-
Benda itu tidak akan memakanmu.
Ayolah!
-
Bagaimana jika kap nya jatuh?
-
Mungkin jarimu akan patah.
-
Buka saja. Tidak apa-apa.
-
Ayo.
-
Apa kamu sudah siap?
-
Ambil ini.
-
Ny. Meral Acar, permintaan anda untuk meminjam
kepada bank tidak diterima.
-
Silakan datang ke salah satu cabang bank untuk
menerima informasi selengkapnya.
-
Baguslah. Aku tidak perlu lagi menjadi laki-laki.
Ini cukup bagus.
-
Sekarang kamu mau apa lagi?
Apa kita bisa pulang sekarang?
-
Ada satu lagi yang terakhir.
-
Apa lagi? Apa kamu mau
bermain sepakbola?
-
Itu ide yang bagus. Tapi bukan itu.
Kita akan bersenang-senang malam ini.
-
Apa yang kamu bicarakan?
Jadi seperti ini caramu berbicara dengan temanmu?
-
Iya. Lalu kenapa?
-
Aku menyukainya, Bro.
Sangat menyukainya.
-
Apa kau memanggilku "Bro?"
-
Aku akan mengikuti
apa yang kau katakan.
-
Luar biasa, Teman! Highfive!
-
Ayaz, apa kau tidak bisa pelan-pelan?
Aku ini perempuan!
-
Sudahlah. Aku tidak mau kesana.
-
Tunggu. Kenapa kamu tidak mau ikut?
-
Ibuku akan cemas menungguku.
-
Tante Meral tidak akan cemas jika kamu menelponnya.
Aku bisa menelponnya kalau kau mau.
-
Tante Meral tidak akan
berkata tidak kepadaku.
-
Ayaz!
-
Halo, Sayang.
-
Ibu, seharusnya malam ini
aku pulang cepat, kan?
-
Ada apa?
-
Ayaz mengajakku jalan-jalan malam ini.
Aku sudah bilang tidak mau tapi dia memaksaku, Bu.
-
Kalau Ibu tidak mengizinkan, aku bisa langsung menolak.
Karena aku akan pulang larut malam.
-
Oyku, Ibu tidak bisa berbicara lama sekarang.
Silakan pergi jika kamu mau.
-
Tapi tetap nyalakan ponselmu supaya
Ibu bisa menghubungimu.
-
Tapi baterai ponselku sudah hampir habis
dan disana sinyalnya tidak bagus.
-
Baiklah. Nanti kita bicarakan lagi.
-
Ibu bilang silakan pergi.
-
Ibuku sendiri malah berkata
seperti itu.
-
Kurasa saat Tante Meral mendengar namaku, beliau lega.
Karena itulah kau diizinkan pergi.
-
Mungkin saja begitu, Ayaz.
-
Baiklah. Ayo kita pergi.
Terserah padamu.
-
Baiklah. Jangan marah, Bro.
-
Disini sangat berisik. Kita keluar saja.
Kepalaku sangat pusing.
-
Diamlah. Ini bagian terpenting
dari hubungan sesama bro.
-
Terpenting?
-
Apa maksudmu?
-
Sesama bro itu pergi mencari wanita.
-
Wanita? Aku tidak mau, Ayaz!
Aku tidak ikut!
-
Bukan untukmu, tapi untukku.
-
Untukmu?
-
Kamu mau mencari wanita disini.
-
Apa kamu keberatan?
-
Apa kamu cemburu?
-
Kenapa aku harus cemburu?!
-
Tidak mungkin.
Kamu tidak pernah cemburu padaku.
-
Baiklah. Terserah padamu.
-
Jadi apa kamu setuju?
-
Iya. Aku akan mencari wanita paling seksi
yang ada di klub ini, Bro. Tenanglah.
-
Kamu punya rasa persahabatan yang kuat dalam dirimu.
-
Tenanglah. Katakan saja padaku wanita mana
yang kamu inginkan. Aku akan menghampirinya.
-
Itulah semangat, Bro!
-
Nanti kamu bisa sakit, Mete.
Airnya sangat dingin.
-
Tidak apa-apa, Pa.
-
Papa akan pergi dulu.
-
Baiklah.
-
Apa kamu merindukan diriku?
-
Aku sangat merindukanmu.
-
Bagaimana dengan wanita yang itu?
-
Masih kurang.
Dia terlalu gemuk.
-
s
-
s
-
Kamu mau mencari yang seperti apa, Ayaz?
Tidak ada satupun wanita yang kamu sukai.
-
Apa kamu serius mau mencari pacar?
-
Tidak mudah untuk menjadi pacar seorang Ayaz Dincer, Bro.
-
Tidak semua orang bisa menemukannya.
-
Iya, iya. Aku tahu.
-
Sudahlah. Kalau tidak seorangpun yang kamu sukai,
lebih baik kita pergi.
-
Karena tidak ada yang cocok bagimu, Ayaz Dincer.
Seleramu sangat tinggi.
-
Benar, Bro!
-
Tadi apa yang kita bicarakan?
-
Aku akan mencari
wanita yang berkelas untukmu.
-
Disana.
-
Menurutku dia terlalu kecil.
-
Apa maksudmu?
-
Bukan, Bro. Kamu tidak seperti dia.
-
Kurasa aku sudah menemukannya.
-
Siapa?
-
Bagaimana dengan wanita itu?
-
Menurutku dia...
Dia seperti...
-
Seperti apa?
-
Tidak, aku salah!
Bukan itu maksudku.
-
Ayolah, Bro.
Hampiri dan bicaralah padanya.
-
Tunjukkan dirimu.
Bersikap yang jantan, Bro.
-
Hai, Cantik!
-
Cantik?
-
Aku ingin kamu terbiasa
dengan panggilan itu.
-
Siapa namamu?
-
Ece.
-
Datanglah ke tempat kami malam ini.
-
Apa? Aku tidak mendengarnya.
-
Baiklah. Lupakan saja.
Aku hanya bercanda.
-
Aku kesini bersama temanku.
Sepertinya dia menyukaimu dan ingin bertemu denganmu.
-
Apa dia temanmu?
-
Iya, dia temanku.
Teman sejak kecil.
-
Kenapa dia tidak langsung
menghampiriku?
-
Dia agak pemalu.
-
Lagipula dia baru saja putus dengan pacarnya
dan dia butuh seseorang untuk menghiburnya.
-
Jika kamu mau menemaninya,
dia pasti akan sangat senang.
-
Pria yang malang. Baiklah.
-
Sangat lezat! Masakan ini sangat enak.
-
Tunggu sebentar.
-
Halo.
-
Seyma, kamu sedang dimana?
-
Aku sedang makan malam, Sayang.
Ada apa?
-
Makan malam di waktu begini.
-
Mete, apa kamu baik-baik saja?
-
Kamu makan malam dimana?
-
Di kafe dekat Kavacik Square.
-
Baiklah. Sampai ketemu disana.
-
My husband...
Dollar, dollar...
-
Apa kamu menyukai temanku?
-
Dia sangat menggemaskan.
Aku menyukainya.
-
Malam ini sangat luar biasa!
-
Yang kamu lakukan sekarang
melanggar peraturan sesama bro.
-
Ayaz, aku juga mau bersenang-senang!
-
Jangan mencoba menggangguku!
-
Ayo.
-
Ayo. Minumlah supaya kamu lebih kuat.
-
Memangnya apa isinya?
-
Minum saja! Kau bilang mau minum apa saja
bahkan racun di tanganku.
-
Tidak! Aku tidak mau minum!
-
Pasangan yang manis.
-
Pasangan... yang manis.
Pasangan, Sayang.
-
Sayang, mereka memang pasangan.
-
Dan kita hanya terus bersembunyi.
-
Kita tak akan bersembunyi.
Kita akan memberitahu semuanya.
-
Memberitahu semuanya. Tapi musim sudah berganti
sejak kita memutuskan hal itu.
-
Itu tidak penting. Besok kita akan
mengumpulkan semua orang disini dan memberitahu mereka.
-
Tunggu. Apa yang kudengar itu benar?
Apa kalian akan memberitahu semua orang?
-
Seakan-akan ini pertama kalinya kami memutuskan ini.
Aku sangat kagum padamu, Sibel.
-
Aku belum pernah bertemu dengan
wanita cantik seperti dirimu.
-
Terus saja merayunya.
Dasar menyebalkan.
-
Kulitmu sangat halus.
- Benarkah?
-
Maaf, Ece. Aku mau berbicara sebentar dengan Ayaz.
-
Ayo pergi. Aku bosan disini.
-
Tunggu sebentar, Oyku.
Dia sedang senang sekarang.
-
Senang bagaimana?
Otakmu sudah kacau, Ayaz.
-
Apa yang terjadi dengan
peraturan sesama bro?
-
Apa yang akan kita lakukan?
Kamu mau apa? Bukankah ini sudah cukup?
-
Baiklah. Kamu menang.
Sekarang mari kita pulang.
-
Aku tidak bisa pergi.
Itu tidak sopan bagi Ece.
-
Benarkah?
-
Baiklah. Terserah padamu.
-
Apanya yang teman?
-
Hei, Bro!
-
Kamu meninggalkanku sendirian.
Kamu tidak biasa seperti ini.
-
Kamu meninggalkan Ece sendirian.
Itu tidak sopan.
-
Teman lebih penting
daripada wanita, Bro.
-
Kita mengobrol dulu disana.
-
Apa kamu sudah punya pacar?
- Tidak.
-
Tidak?
-
Pembicaraan yang sangat menyenangkan, Seyma.
-
Sayang, kenapa kamu datang kesini?
-
Kenapa aku datang kesini? Apa yang kau bicarakan?
- Ada apa?
-
Jangan ikut campur!
-
Sayang, tenanglah. Ada apa?
-
Kamu membuatku malu.
Kenapa kamu bersikap seperti ini.
-
Katakan padaku
siapa laki-laki itu, Seyma.
-
Sudah kukatakan ini soal pekerjaan.
Kenapa kamu tidak percaya padaku?
-
Jangan berbohong.
Pekerjaan macam apa di malam-malam seperti ini?
-
Ini tugas dari Nyonya Onem.
Beliau memintaku untuk mengurus para model.
-
Dia memintamu untuk mengobrol dan
bercanda dengan para model di malam seperti ini?
-
Mete, jangan bicara seperti itu.
Kenapa kamu sangat berubah sekarang?
-
Tentu saja aku berubah, Seyma.
Semuanya gara-gara dirimu!
-
Kamu yang memulainya duluan.
-
Mete, kumohon tenang.
-
Tidak mungkin aku tenang!
Aku tidak bisa tenang, Seyma!
-
Aku selalu merasa curiga setiap kali
kamu tidak ada di sampingku!
-
Jadi kamu tidak mempercayaiku.
-
Sebaiknya jangan berpikir
macam-macam tentang diriku.
-
Kita bicarakan nanti.
-
Kita sudah bersenang-senang dan
kita berhasil melupakan masalah kita.
-
Itu cukup bagiku. Meskipun masalah kembali muncul
saat aku menaruh kepalaku di atas bantal.
-
Tidak perlu.
Aku akan selalu menemanimu.
-
Kita berteman, Ayaz.
Kamu bisa menceritakannya padaku.
-
Apa yang terjadi di antara
kamu dan Mete?
-
Apa kamu benar-benar
mau mendengarnya?
-
Ayaz, kamu bisa menceritakan apapun.
Kita saling berteman.
-
Sebenarnya aku hanya sedih. Mete adalah sahabatku.
-
Ini pertama kalinya kami bertengkar.
-
Seharusnya seorang wanita tidak boleh
menjadi penyebab pertengkaran kami.
-
Itu adalah peraturan yang sangat penting
dalam persahabatan.
-
Kurasa kami sudah gagal
mematuhi peraturan itu.
-
Seyma adalah wanita yang akan dinikahi Mete.
Mungkin kamu agak keterlaluan dengan mereka.
-
Entahlah.
-
Mungkin aku terlalu ikut campur.
-
Aku tidak pernah menyangka keadaannya
akan menjadi seperti ini.
-
Dan aku tak mau kehilangan sahabatku.
-
Aku bingung apa yang harus
kulakukan setelah ini.
-
Mete tidak datang ke kantor
bahkan tidak menjawab panggilanku.
-
Aku sedih.
-
Maaf, aku terlalu banyak
bicara padamu, Oyku.
-
Tidak apa-apa. Bukan masalah.
-
Aku akan menelpon Ibuku dulu.
Aku takut Ibuku cemas karena aku belum menelponnya.
-
Baiklah.
-
Halo, Oyku.
-
Mete, apa kamu bisa menjemputku?
-
Ada apa? Apa kamu baik-baik saja?
-
Iya, aku baik-baik saja.
-
Tapi dompetku dicuri orang, Mete.
Aku tidak bisa kemana-mana. Jemput aku.
-
Baiklah. Kamu dimana?
-
Aku akan segera kesana.
Tunggu saja.
-
Menurutku kamu pantas mendapatkan medali
sebagai teman yang terbaik.
-
Kamu benar. Terima kasih.
-
Aku sudah menekanmu sampai dasar.
Kamu lulus ujian.
-
Mulai sekarang, secara resmi,
kamu adalah temanku.
-
Ayaz, apa kita bisa
menghentikan permainan ini?
-
Kamu yang memulainya.
-
Kalau begitu,
kamu yang harus mengakhirinya.
-
Oyku.
-
Dompetmu dicuri orang dan
kamu tidak bisa kemana-mana.
-
Maafkan aku, Mete.
Aku tak punya pilihan lain.
-
Kamu sudah tahu kalau
aku tidak pernah berbohong.
-
Oyku.
-
Aku tahu bagaimana
persahabatan kalian.
-
Kumohon jangan bertengkar.
Kalian harus berbaikan.
-
Bukankah tidak ada masalah
yang tak bisa diselesaikan?
-
Benarkah?
-
Apa semua ini terlihat sederhana?
-
Kurasa kamu hidup di dunia mimpi.
-
Mete...
-
Oyku, jangan pernah ikut campur ke dalam masalah
yang bukan masalahmu.
-
Misalnya seperti ini,
ini bukan masalahmu!
-
Mete!
-
Jaga bicaramu.
-
Kau mengenal Oyku lebih lama
daripada kau mengenal diriku.
-
Apa seperti ini caramu berbicara
dengan teman masa kecilmu?
-
Ayaz, kuminta kau diam saja.
-
Aku ingin berbicara denganmu.
-
Satu-satunya kesalahan Oyku
adalah niat baiknya.
-
Lalu kenapa kalian putus sekarang?!
-
Kalian berdua sangat cocok!
Kalian sangat serasi!
-
Kamu sudah keterlaluan, Mete.
-
Jangan mengangguku!
-
Dan aku tak mau berbicara dengan kalian berdua.
Aku memiliki masalahku sendiri. Mengerti?
-
Maafkan aku.
-
Kamu tidak melakukan kesalahan apapun.
-
Jangan sedih.
-
Oyku, Mete sedang marah padaku.
Dia hanya melampiaskan kemarahannya padamu.
-
Dia mengalami masa yang sulit.
Tenanglah. Jangan khawatir.
-
Iya, aku tahu.
-
Aku setuju denganmu.
-
Selamat malam.
-
Selamat malam.
-
Ibu.
-
Apa Ibu sedang menangis?
-
Tidak apa-apa.
Ibu hanya menonton TV.
-
TV-nya tidak nyala.
-
Ada apa, Bu? Katakan padaku.
-
Tidak ada apa-apa.
Jika ada masalah, Ibu akan menceritakannya padamu.
-
Jangan berbohong padaku. Aku tidak mau
melihat Ibu sedih. Ceritakan padaku.
-
Apa Ibu percaya padaku?
-
Apa yang terjadi, Sayang?
-
Tadi kami menonton TV juga.
-
Ibu...
-
Tadi Ibu sangat mengantuk. Mata Ibu memerah
karena mengantuk. Tidak apa-apa.
-
Baiklah.
-
Tidak apa-apa jika Ibu tak mau cerita.
Tapi aku tak mau melihat Ibu seperti ini.
-
Kita kuat, Bu.
Kita punya kekuatan.
-
Kita pasti bisa melalui semuanya.
-
Jika aku melihat Ibu seperti ini lagi,
Ibu harus menceritakan semuanya padaku.
-
Putriku tersayang.
Kemarilah.
-
Sekarang aku mau tidur dulu.
-
Tidurlah.
-
Tunggu sebentar. Aku merasakan
ada perubahan di ruangan ini.
-
Apa ada sesuatu yang baru?
Ada perubahan apa, Bu?
-
Satu-satunya yang kurang disini
adalah waktu tidurmu.
-
Sepertinya yang kurang
adalah waktu tidur Ibu.
-
Baiklah. Ibu akan tidur sebentar lagi.
-
Selamat malam,
Ibuku yang cantik.
-
Selamat malam,
putriku yang cantik.
-
Ada apa?
-
Hentikan.
-
Burcu, apa begini caramu
membangunkan seseorang?
-
Kamu masih tidur dengan Pon-Pon.
Kapan kamu akan dewasa?
-
Apa itu masalah untukmu?
-
Kamu memeluknya sangat erat.
Aku penasaran siapa yang ada dalam mimpimu.
-
Kenapa kamu datang pagi-pagi begini?
Ayam saja masih tidur.
-
Aku tidak bisa tidur.
Aku terlalu bersemangat.
-
Karena kamu tidak bisa tidur,
kamu mengira bisa membangunkan aku.
-
Kamu serba tahu.
-
Cepat katakan, Burcu.
-
Emre bilang dia punya kejutan untukku. Apa menurutmu?
-
Menurutku dia akan menyuruh anak-anak
untuk menuliskan "Aku mencintaimu" di lapangan bola.
-
Menggunakan anak-anak
untuk membentuk huruf itu.
-
Jika memang benar seperti itu...
-
...dia sangat romantis.
-
Sejak pagi kamu bermain game.
Apa kamu sedang menikmati masa kecilmu?
-
Papa, aku tidak mau memikirkannya.
Jika aku bermain game, aku tak akan memikirkannya.
-
Tentang apa yang
Papa katakan kemarin?
-
Bukan. Bukan itu.
-
Kenapa aku selalu kalah
di bagian ini?
-
Kemarilah.
Papa akan membantumu.
-
Tidak perlu, Pa.
-
Apa yang sedang Papa baca?
-
Buku.
-
Pasti buku yang lucu.
Papa terlihat senang hari ini.
-
Kita bisa pergi ke tempat Ilker malam ini.
Kita bisa makan malam disana.
-
Baiklah. Lagipula kita memang harus makan malam.
Aku setuju dengan Papa.
-
Singkatnya, itu saja.
-
Hanya itu? Kukira kau tidak akan pernah selesai.
-
Oyku!
-
Giliranmu.
-
Sudah kuputuskan untuk berteman saja.
-
Masih teman?
-
Pertama, kami bermain kartu.
Lalu kami memperbaiki mobil.
-
Dan malamnya, aku mencarikannya wanita.
Tapi Mete malah marah padaku.
-
Tunggu sebentar, Oyku.
Ceritakan satu persatu.
-
Aku tidak punya waktu, Burcu.
Aku sudah terlambat.
-
Oke. Ceritakan bagian yang penting saja.
-
Apa yang Kak Mete lakukan padamu?
-
Apa kamu tahu cerita
tentang Seyma dan Riza?
-
Iya.
-
Begini, Burcu. Ayaz memberitahu Mete
apa yang terjadi.
-
Dan Mete membela Seyma.
Akhirnya mereka berdua bertengkar.
-
Aku berpikir akan
mempertemukan mereka.
-
Mete datang kesana,
membentakku dan pergi.
-
Astaga. Aku tak bisa mempercayainya.
-
Dia sudah banyak berubah
sejak bersama dengan Seyma.
-
Aku tidak mengerti kenapa
dia masih bersama dengan wanita itu.
-
Dia menjadi buta. Dia tidak tahu kalau
wanita itu buruk untuknya.
-
Lalu apa yang terjadi?
-
Untungnya Ayaz ada disana
dan dia membelaku.
-
Dia menjadi pahlawanmu lagi.
-
Jangan meledekku.
-
Mungkin selama ini aku sudah
berprasangka buruk padanya.
-
Ternyata dia adalah
pria yang sangat baik.
-
Jangan menatapku seperti itu!
-
Palingkan matamu dan
jangan coba-coba membuka mulutmu.
-
Ini bagus, Oyku. Aku bisa
mengekspresikan diriku dengan mudah.
-
Aku akan mencobanya pada Emre.
-
Baiklah. Kamu atur saja
bagaimana caranya.
-
Burcu, sudah ya.
Aku harus pergi.
-
Akan ada pemotretan.
Nanti aku terlambat.
-
Tunggu sebentar.
Ayo berangkat.
-
Sudah siap. Kami akan datang kesana
dengan para model.
-
Baiklah. Sampai jumpa disana.
-
Baik. Bagus. Datanglah
dalam waktu 1 jam.
-
Aku akan pergi sekarang.
-
Sebaiknya kamu tidak pergi.
Hanya akan membuang-buang waktu.
-
Ada apa?
-
Karena tidak akan ada gunanya, jika ada fotografer
dan studio tapi tidak ada model.
-
Bagaimana kamu melakukan itu?
-
Halo, aku Oyku Acar. Pemotretannya dibatalkan.
Kami minta maaf. Tapi akan kubelikan kamu minum.
-
Ini tiketnya. Kita bisa
bertemu lagi lain kali.
-
Kamu benar-benar iblis, Seyma.
Iblis.
-
Halo. Apa bisa sambungkan aku
dengan kamar 113?
-
Terima kasih.
-
Apa? Mereka sudah pergi hari ini.
Apa anda yakin itu kamar 113?
-
Apa anda sudah mengeceknya dengan seksama?
Kumohon dicek kembali.
-
Baiklah. Terima kasih.
-
Aku harus bagaimana sekarang?
-
Bomnya akan meledak.
Apa kamu siap?
-
Tentu saja aku sudah siap.
-
Bomnya sudah datang.
-
Sesuatu yang mengerikan
sudah terjadi.
-
Ada apa?
-
Mereka bilang para modelnya
sudah pergi!
-
Apa? Bagaimana bisa begitu?
-
Entahlah! Katanya mereka sudah bangun
dan mereka langsung pergi.
-
Tapi Nyonya Onem sudah selalu memberitahumu
supaya kamu berhati-hati.
-
Sayang sekali,
apa yang bisa kami bantu?
-
Apa kau memiliki
nomor ponsel modelnya?
-
Bagaimana aku bisa punya? Kamu harus menelpon agensi mereka.
Mereka berasal dari luar negeri.
-
Kurasa akan ada perbedaan waktu.
-
Jadi kurasa kamu tidak bisa
menghubungi siapapun.
-
Ini gawat. Tapi ini bukan...
-
Ini bukan salahku, Olcay!
Aku sudah memberitahu mereka.
-
Mereka bilang sudah siap
untuk melakukannya.
-
Apa semuanya sudah siap
untuk menuju pemotretan?
-
Siap, Nyonya Onem. Tidak ada kesalahan.
Aku sudah menghubungi fotografernya.
-
Bagus.
-
Oyku, kenapa wajahmu seperti itu?
Apa ada masalah?
-
Tidak. Tidak ada masalah apa-apa.
Semuanya siap.
-
Bagus. Itu yang ingin kudengar.
-
Lakukan pemotretan dan
kirimkan hasil cetakannya padaku.
-
Aku tidak mau ada kesalahan.
-
Apa kalian mengerti.
-
Mengerti.
-
Apa yang kamu katakan tadi?
-
Aku juga tidak tahu.
-
Semuanya terucap begitu saja.
-
Apa kamu punya rencana lain?
-
Tidak.
-
Aku tidak tahu.
-
Kau mau memberikan aku coklat.
-
Kamu pikir aku akan
menunggu seharian untuk itu.
-
Mungkin itu adalah jenis coklat
yang sangat spesial.
-
Tidak. Kamu tidak bisa menebaknya.
Jadi tak perlu dicoba.
-
Bagaimana dengan menonton bioskop?
-
Tebakan yang bagus.
-
Aku sangat penasaran.
-
Sekarang kita sudah tiba.
-
Inilah.
-
Rumahku.
-
Ada apa?
-
Jadi kejutan spesialnya
hanya mengunjungi rumahmu.
-
Burcu, apa kamu pikir
aku orang seperti itu?
-
Apa kamu bukan orang seperti itu?
-
Tentu saja bukan.
-
Baiklah. Kamu bukan orang seperti itu.
Aku hanya merasa aneh.
-
Jangan lakukan itu. Ayo masuk.
-
Sayang, kamu sudah pulang.
-
Nenek, jangan berdiri.
-
Apa kabar, Nek?
-
Kabar Nenek baik.
Bagaimana kabarmu?
-
Baik, Nek.
-
Kita kedatangan tamu.
-
Halo, apa kabar?
-
Kabarku baik.
-
Emre, dia cantik.
-
Memang benar, Nek.
-
Apa dia tinggal di sekitar sini?
-
Iya. Dulu dia tinggal di tempat ini,
tapi sekarang sudah pindah.
-
Kemari, Sayang. Jangan berdiri saja.
Ayo duduk disini.
-
Siapa nama Papamu?
-
Bulent. Bulent Uyar.
-
Jadi ini gadis yang kamu ceritakan.
-
Siapa namamu?
-
Burcu.
-
Namamu Burcu. Nama yang sungguh cantik.
Wajahmu juga sangat cantik.
-
Emre, lihatlah matanya.
Matanya sungguh indah.
-
Burcu, apa kamu tahu kalau
perempuan ini adalah hidupku?
-
Jika kamu penasaran, kamu bisa menanyakan
soal diriku pada beliau.
-
Misalnya Emre itu adalah
pembuat kopi terenak.
-
Baiklah. Akan kubuatkan satu kopi
tanpa gula untuk Nenek.
-
Kamu mau minum kopi yang seperti apa?
-
Apa saja.
-
Kamu harus mencobanya.
-
Saya ingin anda tahu
kalau saya ingin mengundurkan diri.
-
Saya adalah penggemar berat anda sejak dulu.
Sejujurnya saya tidak ingin berakhir seperti ini...
-
...karena saya sudah menjadi penggemar berat anda
sejak saya masih kecil.
-
Tapi jangan salah paham. Anda terlihat luar biasa
untuk wanita seusia anda.
-
Saya sangat mengagumi anda. Anda seperti model.
Model yang sangat cantik.
-
Saya sangat ingin menjadi seperti anda.
Karena anda luar biasa.
-
Apa yang sedang kutulis?
-
Nyonya Onem, dengan terpaksa
saya mengundurkan diri seperti ini.
-
Maafkan saya.
-
Tidak ada gunanya mengirimkan surat.
Dia harus mengatakan langsung. Tapi dia tidak berani.
-
Aku punya ide yang lebih bagus.
-
Apa itu?
-
Kalau dia mengundurkan diri,
itu tidak akan bagus untuk kita.
-
Lalu?
-
Apa kamu mau tahu? Perhatikan.
-
Oyku, kamu sedang apa?
-
Menulis surat pengunduran diri, Olcay.
Aku tidak pantas mendapat pekerjaan seperti ini.
-
Singkirkan itu. Lupakan semuanya.
-
Ada apa?
-
Aku punya solusi untukmu.
-
Solusi?
-
Ayaz.
-
Ayaz?
-
Iya. Dia terlihat seperti model.
Dan dia adalah putranya Onem.
-
Telepon dia. Semuanya akan
baik-baik saja. Percayalah.
-
Apa kamu yakin?
-
Tentu saja.
Onem menyukai hal seperti ini.
-
Kamu telepon Ayaz
dan minta bantuannya.
-
Iya. Kamu benar, Olcay.
-
Ini luar biasa.
Ini ide yang sangat bagus.
-
Kalau begitu,
aku akan menelepon dia sekarang.
-
Aku akan menyiapkan studio
dan kalian langsung kesana.
-
Baiklah. Tunggu sebentar.
-
Onem pasti terkejut.
-
Lihatlah dirimu.
Kamu pernah memanggilku iblis.
-
Ayaz, angkat teleponnya!
-
Maaf, tunggu sebentar.
-
Halo, Oyku?
-
Aku butuh bantuanmu.
-
Apa kamu tidak apa-apa?
-
Aku tidak apa-apa.
Tapi kamu harus datang kesini.
-
Tapi sekarang
aku sedang ada pertemuan.
-
Ini sangat penting! Jika kamu tidak datang,
akan menjadi gawat!
-
Apa? Apa kamu pekerja yang paling buruk bulan ini?
Kenapa kamu bisa seperti itu?
-
Ceritanya panjang, Ayaz. Aku harus melakukan sesuatu
untuk mencegah semua ini terjadi.
-
Tolong aku, Ayaz.
Kumohon, kumohon, kumohon!
-
Baiklah. Baiklah. Baiklah.
-
Kamu memang yang terbaik.
- Tapi sebelumnya ada yang harus kuminta.
-
Apa itu?
-
Katakan "kumohon" sekali lagi.
-
Kumohon!
-
Baiklah. Aku akan kesana sekarang.
-
Dia suka mengurung diri di dalam kamar
dan bermain gitar sepanjang hari.
-
Nenek tidak ada masalah tapi
bagaimana dengan tetangga?
-
Pagi, siang, malam,
dia selalu bermain gitar.
-
Dia juga seperti itu selama liburan.
-
Dia tidak ada bedanya dengan
penyanyi yang ada di TV.
-
Benar.
-
Dia terkenal. Nenek tahu kalau
wanita menyukai yang seperti itu.
-
Emre akan berusaha melakukan yang terbaik.
Apapun yang dia lakukan.
-
Dia memang punya ambisi yang kuat.
-
Sama seperti Nenek. Nenek juga bisa menyanyi.
Tapi hanya di dalam mimpi.
-
Nenek baru ingat. Dulu dia suka
mengompol di celananya.
-
Nenek...
-
Padahal dia bukan bayi lagi.
-
Sebenarnya Nenek ingin memujiku
atau mempermalukan diriku?
-
Dia harus mengetahui
segalanya tentang dirimu.
-
Tapi aku tidak mau dipermalukan, Nek.
Kalau begitu, aku akan membuat teh saja.
-
Dia punya banyak penderitaan.
-
Dia mengalami masa yang sangat sulit.
-
Tumbuh besar tanpa orangtua,
tapi dia tumbuh menjadi anak yang baik.
-
Tadinya Nenek khawatir, syukurlah
dia menjadi anak yang baik.
-
Emre benar-benar pria yang baik.
-
Benar. Dia tidak pernah membuat masalah dalam hidupnya.
Dia sangat pendiam. Dia hanya bekerja dan pulang ke rumah.
-
Mungkin itu sebabnya
Nenek sering kesal.
-
Tapi Nenek tahu,
dia berhati emas.
-
Dia tidak pernah
menunjukkan perasaannya.
-
Tapi sekarang dia sudah berubah.
Dia sering tersenyum.
-
Sayang, Nenek mengerti perasaanmu.
-
Kamu harus menunggunya.
Apa kamu sanggup?
-
Tentu saja aku akan menunggunya.
-
Kamu anak yang cantik.
Siapa namamu?
-
Burcu, Nek.
-
Nama yang indah. Siapa Papamu?
-
Bulent Uyar.
-
Bulent. Apa kamu penduduk disini?
Apa kamu tinggal di sekitar komplek ini?
-
Iya. Tapi kemudian kami pindah rumah.
-
Nyonya, tehnya akan siap
dalam waktu 10 menit.
-
Nenek...
-
Aku tidak melihat Nenek
meminum obat seharian. Ada apa?
-
Tidak. Nenek sudah minum.
Itu kotak yang baru.
-
Untuk apa Nenek
harus berbohong padamu?
-
Lihatlah. Bagaimana caranya
memandang Nenek?
-
Dia benar-benar tidak percaya
pada Nenek.
-
Kenapa kamu terburu-buru?
-
Kamu akan mengerti
saat kita sudah tiba.
-
Kamu selalu panik seperti biasanya.
-
Cepatlah!
-
Kapan kita akan mulai?
Sudah terlambat.
-
Tunggu sebentar lagi.
Mereka akan datang.
-
Mereka sudah datang.
-
Ayaz, segera bersiap-siap.
Kita terburu-buru.
-
Apa yang terjadi?
-
Sebenarnya hari ini ada pemotretan dengan para model.
Tapi entah kenapa, mereka menghilang begitu saja.
-
Sekarang aku pasti
akan dipecat oleh Ibumu, Ayaz.
-
Kalau kamu tidak mau menjadi pahlawanku,
aku pasti akan dipecat. Bagaimana?
-
Tidak. Tidak bisa. Aku tidak tahu apapun
bagaimana menjadi model.
-
Ayolah, Ayaz!
Kumohon, kumohon, kumohon!
-
Dengar. Mengatakan "kumohon"
tidak akan berhasil kali ini.
-
Kau bilang kita berteman.
-
Kukira kita sudah mengakhiri permainan itu.
-
Kamu tidak bisa mengungkitnya lagi
saat kamu butuh bantuanku.
-
Aku mengakhirinya dan
sekarang aku mengungkitnya.
-
Kita kan berteman.
Jadi bantu aku.
-
Iya. Tapi bukan untuk menjadi model.
-
Kenapa kamu tidak bisa menjadi model?
-
Hanya sebentar. Ayolah, karir ku ada di tanganmu.
Tolong, tolong, tolong!
-
Kamu membuatku susah saja.
Baiklah!
-
Kamu memang temanku yang terbaik.
-
Luar biasa. Semuanya beres.
-
Sekarang kita akan menunggu
model wanitanya.
-
Aku lupa!
-
Sekarang bagaimana?
-
Kita akan lakukan seperti ini.
-
Aku?
-
Ada apa, Burcu?
-
Tidak ada apa-apa.
Aku sudah mencoba hal ini pada Oyku sebelumnya.
-
Kami berkomunikasi hanya dengan
saling memandang.
-
Aku berusaha mengatakan sesuatu kepadamu.
Coba kamu tebak.
-
Baiklah.
-
Akan kutebak.
-
Hari ini menyenangkan.
-
Iya, benar. Lanjutkan.
-
Apa lagi?
-
Aku berterima kasih padamu.
-
Benar.
-
Tebak lagi.
-
Dan kamu memiliki seorang nenek yang manis.
-
Iya, kamu benar.
-
Tebakanku betul.
-
Satu hal lagi.
-
Aku juga sangat bahagia.
-
Ini benar-benar berhasil.
-
Baiklah. Akan kita mulai.
-
Akan kuberitahu. Nama koleksi ini
adalah "Cinta" bukan "Teman".
-
Apa kau mengerti?
Jadi mereka harus lebih dekat.
-
Katalog ini harus mengatakan tentang cinta!
-
Baiklah.
-
Apa kalian saling mencintai?
-
Tidak! Tidak seperti itu.
-
Kalian berdua dibutakan oleh cinta.
Tapi kalian tidak mau mengakuinya.
-
Itu tidak mungkin terjadi!
-
Iya, aku tahu. Tapi kalian harus
terlihat seperti itu.
-
Jangan terlihat seperti dua orang asing.
-
Pemotretan ini harus menunjukkan cinta.
-
Kalian berdua masih sedikit malu. Itu bagus!
-
Kita lakukan sekarang.
-
Ada sedikit rasa malu dan juga passion.
-
Kalian ingin saling berpelukan
tapi juga ingin melarikan diri.
-
Aku ingin merasakan perasaan itu.
Kita menyebutnya cinta.
-
Baiklah.
-
Apa sekarang kalian bisa
mengambarkan perasaan itu kepada kami?
-
Baiklah. Tidak masalah buatku.
-
Baiklah. Memang agak sulit.
Tapi akan kulakukan. Tenanglah.
-
Itu baru semangat.
Kalian pasti bisa.
-
Bugu.
-
Bugu?
-
Menurutku... Sayang, tidak enak didengar.
-
Baiklah. Bagaimana dengan Fusia? Bagus kan?
-
Tidak.
-
Baiklah. Bagaimana dengan Gazel?
-
Artinya kegembiraan.
-
Gazel berarti kegembiraan?
-
Tidak cocok, Sayang.
Pertama, kita harus membuat bayinya dulu.
-
Setelah itu, kita bisa memutuskan namanya.
-
Aku tahu. Bagaimana dengan Polen?
-
Tidak, aku tidak mau!
-
Gulnaz saja. Supaya saat dia dewasa
menjadi seperti diriku.
-
Jangan sampai terjadi.
-
Aku tahu. Bagaimana dengan Renk?
Renk berarti warna.
-
Warna yang mana?
-
Nama itu tidak pasaran.
-
Tapi aku tidak menyukainya, Sayang.
Darimana kamu tahu kalau bayinya perempuan?
-
Bagaimana kalau bayinya laki-laki,
kita beri nama Kamuran?
-
Aku bisa mengaturnya.
Bayinya akan berjenis kelamin perempuan.
-
Bagaimana kamu mengaturnya?
-
Aku akan bertanya pada Onem.
Dia pasti memiliki ide untuk nama bayi.
-
Tuan, aku sudah menemukan nama.
-
Jangan sok tahu!
-
Nama apa? Apa kau tahu kalau
aku tak mau menjadi ayah?
-
Aku belum siap menggendong bayi.
-
Baiklah. Sekarang pemotretan terakhir.
-
Tolong saling berpandangan.
-
Selesai.
-
Dia bilang selesai!
-
Apa sudah selesai?
-
Iya, sudah selesai!
-
Aku ingin meminta salinannya,
Onem akan memilih beberapa gambar...
-
...dan aku akan mengirimkannya kembali
untuk pengeditan.
-
Baiklah. Akan ku-copy.
-
Selamat. Ini adalah pemotretan yang menyenangkan.
-
Aku ingin melakukan pembersihan pada awal minggu ini.
-
Dan kuminta arsipnya diatur secara berurutan.
-
Kamu hanya diam. Apa ada masalah?
-
Tidak. Tidak ada masalah apa-apa.
-
Baiklah. Kita harus mengambil arsip
dengan mudah saat kita membutuhkannya.
-
Tempat ini berantakan dan
kamu harus merapikannya.
-
Maaf, saya harus mengangkat telepon ini.
-
Halo?
-
Iya, nanti sore. Baiklah.
Aku akan datang sebelum bekerja.
-
Aku pasti akan datang.
-
Bagaimana hubunganmu dengan Mete?
-
Baik. Tidak ada masalah.
-
Itu bagus. Jangan membuatnya sedih.
Dia adalah orang yang baik.
-
Saya tahu. Saya tidak akan membuatnya sedih.
-
Semoga saja beliau tidak marah.
-
Kurasa tidak akan marah.
Justru dia menyukainya.
-
Kuharap kamu benar.
Karena ini sangat penting bagiku.
-
Aku tahu. Kamu tenang saja.
-
Fotonya sudah siap.
-
Coba kulihat.
-
Dimana model yang asli?
-
Mereka sudah pulang pagi tadi.
-
Saya juga tidak tahu kenapa bisa begitu.
-
Ini surat pengunduran diri saya.
-
Lebih baik saya tidak bekerja lagi disini.
-
Kalian boleh pergi.
-
Maksud anda saya tidak dipecat.
-
Tinggalkan ruangan ini sebelum
aku berubah pikiran.
-
Kerja yang bagus.
-
Aku menyukainya.
-
Aku tidak dipecat! Aku tidak dipecat!
-
Olcay, terima kasih!
Idemu sudah menyelamatkanku. Terima kasih!
-
Baiklah. Tenanglah.
-
Aku akan pergi duluan.
Ada yang mau kuurus.
-
Tunggu aku, Seyma!
-
Halo, Yusuf?
-
Mete, maaf menganggu.
Tapi telah terjadi sesuatu.
-
Ada apa?
-
Pacarmu.
-
Dia baru saja datang ke hotel.
-
Apa? Apa dia sendirian?
-
Iya. Dia sendirian.
-
Baiklah. Aku akan segera kesana.
-
Ibu tidak marah soal itu, kan?
-
Ibu tidak marah.
-
Ibu rasa kalian berdua berbakat menjadi model.
-
Tidak, Bu. Menjadi model bukan keahlianku.
-
Tapi kamu sudah melakukannya dengan baik.
-
Atau apa mungkin karena Oyku?
-
Apa hubungannya dengan dia?
Aku memang terlahir dengan bakat itu.
-
Kamu tidak mengatakan begitu sebelumnya.
Kamu berusaha menghindar dari pertanyaan.
-
Ayaz, jemput Ibu di rumah dan
kita pergi makan siang bersama.
-
Makan siang bersama?
Kenapa Ibu tiba-tiba mengajakku?
-
Tidak ada hal yang serius, kan?
-
Tidak ada. Bukankah itu ide yang bagus?
Sampai jumpa, model baruku.
-
Ibu, jangan memanggilku begitu.
-
Sampai jumpa.
- Sampai jumpa, Bu.
-
Seyma! Ada apa ini?
Apa kamu sedang bekerja?
-
Mete, ada apa denganmu?
-
Mungkin aku yang salah. Ini bagus sekali, Seyma.
-
Sekarang jawablah pertanyaanku.
Kamu sedang bersama siapa?
-
Mete, apa maksudmu?
Aku tidak mengerti ucapanmu!
-
Kemarin kamu bertanya sesuatu kepadaku.
-
Aku akan memberitahumu jawabannya.
-
Aku tidak percaya lagi padamu!
-
Aku tidak mempercayaimu!
-
Lihat ini! Kenapa aku disini.
Lihat brosur itu!
-
Ada restoran di lantai atas.
Tempat itu cocok untuk pernikahan kita.
-
Aku ingin memberikan kejutan untukmu!
-
Kejutan.
-
Hubungan kita sudah berakhir, Mete.
-
Papa bilang kita akan makan bersama keluarga.
-
Semakin ramai semakin bagus.
-
Kalau begitu, ayo segera kita mulai.
Aku lapar sekali.
-
Tunggu. Masih ada yang belum datang.
-
Ada masalah apa?
-
Aku merasa sangat lelah. Setelah makan,
aku akan langsung pulang. Aku mau tidur.
-
Baiklah. Terserah padamu.
-
Kukira hanya kita berdua, Bu.
-
Ayaz, tidak ada yang
tidak kau kenal. Tersenyumlah.
-
Tidak lama lagi, bom akan meledak.
-
Papa, apa-apaan ini.
-
Ada apa?
-
Apa Papa mengajakku makan bersama
agar aku dan Ayaz akur kembali?
-
Papa tidak tahu kalau
kalian sedang tidak akur.
-
Apa kabar, Ayaz?
-
Kabarku baik.
-
Astaga. Ada apa denganmu, Seyma?
-
Kenapa kamu mengembalikan cincin itu?
-
Apa yang kau lakukan?
-
Kamu tidak akan pernah
mendapatkan pria seperti itu lagi.
-
Jangan khawatir, Ma.
Dia akan kembali padaku.
-
Aku yakin dia akan kembali padaku.
-
Kamu lebih suka nama yang mana?
Fusya atau Bugu? Mana yang lebih bagus?
-
Nama apa itu? Nama untuk bayi?
-
Itu berarti kamu orang yang sepaham denganku.
-
Terima kasih, Burcu.
-
Aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian.
-
Pertama, Fusya bukan nama yang bagus.
-
Tapi tentu saja, aku datang kesini
bukan hanya untuk membicarakan itu.
-
Ada hal lain yang ingin kuumumkan.
Akan kukatakan sekarang.
-
Aku menjalin hubungan dengan Onem.
-
Berita yang sangat mengejutkan!
-
Apa kalian serius? Sangat mengejutkan!
-
Papa...
-
Apa kalian...
- Apa kalian sudah meminta izin pada Ayaz?
-
Aku mau bilang, sebelumnya saat
aku berbicara dengan Ibuku...
-
Ayaz harus memberikan izin
atas hubungan kalian.
-
Kalau tidak, hubungan itu tak akan berhasil.
-
Apa kau serius?
-
Apa kau sadar dengan
apa yang kau bicarakan, Mete?
-
Memangnya apa yang kubicarakan?
Kau selalu ikut campur dalam segala hal!
-
Katakan yang ingin kau katakan!
-
Kurasa aku sudah cukup jelas, Teman.
-
Dan aku juga sudah cukup terbuka.
-
Mete, kembali ke tempat dudukmu.
-
Ayaz, tenanglah!
-
Bicara saja, Ayaz! Bicaralah!
-
Mungkin kau juga berpikir kalau
Papaku tidak cocok untuk Ibumu.
-
Mereka juga terburu-buru memutuskan sesuatu.
-
Hancurkan hubungan mereka!
Hancurkan, ayo!
-
Mete, jaga bicaramu.
-
Kakak, cukup. Jangan dilanjutkan!
-
Tenanglah. Kita bisa bicarakan soal ini nanti.
-
Kurasa kau sedang tidak waras.
-
Benar! Aku sedang tidak waras!
Dan ini semua karena dirimu!
-
Itu karena aku peduli padamu!
Aku melakukan itu demi kebaikanmu!
-
Aku sama sekali tidak membutuhkannya!
Aku tidak butuh!
-
Mete, tenanglah.
-
Ambil saja semuanya dariku!
-
Karena aku tidak membutuhkannya lagi.
-
Kenapa aku menjadi seperti ini?
Katakan padaku, Ayaz.
-
Itu karena kau hanya
memikirkan kebahagiaanmu sendiri!
-
Kau sangat egois, Ayaz.
Akan kuulangi, kau sangat egois!
-
Mete, ada apa denganmu?
-
Sayang sekali, sangat disayangkan.
-
Benar, Ayaz. Sangat disayangkan.
- Aku salah sudah peduli padamu!
-
Kau masih saja bicara!
Kau merusak segalanya, Ayaz!
-
Tapi dia sudah merusak semuanya, Papa!
- Kalian seperti anak kecil saja!
-
Bagaimana kencanmu? Aku penasaran.
Ayo cepat ceritakan semuanya.
-
Disini sedang terjadi kekacauan!
-
Kekacauan apa maksudmu?
Kamu sedang dimana sekarang?
-
Ternyata Papaku dan Onem sedang
menjalin hubungan cinta.
-
Apa?
-
Saat kami ingin makan bersama.
-
Singkatnya, Ayaz dan Kakak
bertengkar hebat disini.
-
Lalu...
-
Bagaimana keadaan Ayaz?
-
Dia barusaja pergi. Tapi Kakak masih marah.
-
Dia pergi kemana?
-
Entahlah. Dia berbalik dan pergi begitu saja.
-
Halo?
-
Baiklah, Burcu.
-
Akan kututup sekarang.
-
Aku tidak apa-apa, Pa!
Biarkan aku sendiri.
-
Tapi kamu sudah keterlaluan pada Ayaz.
-
Kamu sudah melukai hatinya.
-
Biarkan saja. Aku sama sekali
tidak peduli! Mengerti?
-
Aku melukai hatinya.
Aku melukai hati Seyma.
-
Aku melukai hati kalian.
Tapi tak ada yang bertanya apa hatiku terluka.
-
Tapi tidak apa-apa.
Biarkan aku sendiri. Aku menyesal!
-
Seyma, tuangkan lagi
teh untuk Papamu. Cepatlah.
-
Tehnya jangan terlalu kental.
-
Aku akan membuka pintu.
-
Kamu lupa membawa cincin ini.
-
Aku ingin bertemu dengan orangtuamu.
Apa waktunya tepat?
-
Masuklah.
-
Ayaz!
-
Apa kamu baik-baik saja?
-
Apa aku boleh menemanimu?
-
Terima kasih.
-
Semuanya akan baik-baik saja.
-
Kurasa tidak.
-
Kejadiannya juga seperti ini.
-
Apa yang kau katakan?
-
Aku melihat tempat ini
di dalam mimpiku.
-
Dan kamu juga berada disini.
-
Apa kamu serius?
-
Iya. Kita berdua ada disini.
-
Aku memang berada disini tadi malam.
-
Aku kesini setelah kita bertengkar dengan Mete.
-
Dan aku duduk di bangku itu.
-
Ayaz...
-
Apa yang kamu lihat?
-
Kamu duduk di bangku itu...
-
Terlihat sedih. Dan kamu langsung berdiri.
-
Aku meneleponmu.
-
Tapi kamu tidak mengangkatnya.
-
Karena aku sedang berada disini!
-
Maksudku di dalam mimpiku.
-
Lalu apa yang terjadi?
-
Aku mengatakan padamu
kalau aku akan bersamamu.
-
Aku mengatakan kalau
semuanya akan baik-baik saja.
-
Sama seperti yang kukatakan barusan.
-
Lalu apa yang terjadi?
-
Lalu...
-
Lalu?
-
Brought to you by SpecialELF888
This is FREE subtitle. Not for SALE!