< Return to Video

Pengungsi Rohingya kembali menghadapi relokasi di tengah kebakaran besar, dan COVID menjangkit kamp-kamp pengungsian

  • 0:00 - 0:02
    Krisis berkelanjutan di Myanmar
  • 0:02 - 0:06
    menimbulkan dampak yang sangat merugikan
    bagi salah satu kelompok etnis,
  • 0:06 - 0:12
    para pengungsi Rohingya terpaksa mengungsi
    ke kamp-kamp sempit di Bangladesh,
  • 0:12 - 0:15
    melawan Coronavirus dan sekarang
    diperintahkan untuk pindah ke
  • 0:15 - 0:18
    pulau yang rawan banjir.
  • 0:18 - 0:21
    Wartawati dari "NewsHour", Tania Rashid,
    melaporkan.
  • 0:23 - 0:24
    (Api berkobar)
  • 0:25 - 0:29
    TANIA RASHID: Rumah-rumah,
    rumah sakit, dan sekolah-sekolah di
  • 0:29 - 0:32
    kamp pengungsian terbesar di dunia
    terbakar habis,
  • 0:32 - 0:36
    saat kebakaran besar melanda perumahan
    temporer ini.
  • 0:36 - 0:39
    Lima belas orang meninggal dunia, 400
    orang hilang, dan puluhan ribu
  • 0:39 - 0:42
    kehilangan tempat tinggal.
  • 0:43 - 0:47
    Tiga tahun yang lalu, kaum Rohingya,
    kelompok minoritas Muslim
  • 0:47 - 0:49
    melarikan diri dari represi militer yang
    brutal,
  • 0:49 - 0:53
    yang dilaksanakan oleh tentara Myanmar dan
    polisi perbatasan Bangladesh.
  • 0:54 - 0:56
    Pembunuhan masal, pemerkosaan, dan
    pembakaran
  • 0:56 - 1:01
    memaksa hampir jutaan orang untuk
    mengungsi ke kamp-kamp di Cox's Bazar.
  • 1:01 - 1:04
    Dari laporan yang terbit pada tahun 2019,
  • 1:04 - 1:07
    Penyelidik dari PBB memperingkatkan
    mengenai adanya tujuan genosida.
  • 1:07 - 1:10
    Angkatan darat Myanmar menyanggah
    tuduhan tersebut
  • 1:10 - 1:12
    dan menyatakan bahwa mereka hanya
    melawan kelompok
  • 1:12 - 1:14
    pemberontak yang menyerang kepolisian.
  • 1:15 - 1:19
    Namun, kebakaran mengancam kehidupan
    kaum Rohingya lagi.
  • 1:20 - 1:24
    Pemerintah Bangladesh dan badan bantuan
    telah menyalurkan bantuan darurat
  • 1:24 - 1:28
    kepada lebih dari 45,000 pengungsi
    yang kehilangan rumah mereka.
  • 1:29 - 1:32
    Sejak bulan Desember, pemerintah
    Bangladesh
  • 1:32 - 1:36
    mulai memindahkan lebih dari 13,000
    pengungsi dari kamp-kamp yang sesak
  • 1:36 - 1:40
    ke Bhasan Char, sebuah pulau terpencil
    di Teluk Benggala.
  • 1:40 - 1:42
    Menurut narasumber-narasumber lokal,
  • 1:42 - 1:46
    pemerintah Bangladesh telah menawarkan
    bantuan untuk relokasi
  • 1:46 - 1:49
    kepada para korban kebakaran.
  • 1:51 - 1:54
    Pada awal tahun 2017, kami telah
    mengunjungi dataran rendah tersebut
  • 1:54 - 1:57
    saat lokasi tersebut masih belum
    berkembang.
  • 1:58 - 2:01
    Para ahli perubahan iklim menganggap
    dataran itu tidak bisa disinggahi.
  • 2:02 - 2:04
    Namun pemerintah menganggap bahwa dataran
    itu lebih layak
  • 2:04 - 2:06
    dibanding kamp-kamp pengungsian
    yang sesak.
  • 2:06 - 2:08
    (Iklan lokal ditayangkan)
  • 2:08 - 2:10
    Di video promosi yang
    ditayangkan tahun lalu,
  • 2:10 - 2:12
    pemerintah Bangladesh menyatakan bahwa
    mereka telah membangun dam,
  • 2:13 - 2:16
    tempat perlindungan dari topan, rumah
    sakit, masjid, dan sekolah
  • 2:16 - 2:19
    yang aman untuk menampung 100,000
    warga Rohingya.
  • 2:20 - 2:23
    Sah-yed Noor berkata bahwa ia akan
    mempertimbangkan pindah ke pulau tersebut
  • 2:23 - 2:25
    untuk meninggalkan kehidupan
    yang tidak layak di kamp.
  • 2:26 - 2:28
    SAH-YED NOOR, PENGUNGSI
    (melalui penerjemah):
  • 2:28 - 2:31
    Kurasa Bhasan Char akan
    lebih baik dibanding kamp ini,
  • 2:31 - 2:33
    karena setiap apartemen terbuat
    dari batu bata.
  • 2:36 - 2:37
    TANIA RASHID:
    Keponakannya yang berusia
  • 2:37 - 2:38
    16 tahun, Fowzia
  • 2:38 - 2:41
    dikirim oleh angkatan laut Bangladesh
    ke Bhasan Char tahun lalu,
  • 2:41 - 2:45
    setelah berbulan-bulan terdampar di lautan
    saat berusaha mengungsi ke Malaysia.
  • 2:47 - 2:50
    Setelah berkali-kali mencoba
    menghubungi keponakannya,
  • 2:50 - 2:52
    mereka akhirnya berhasil berbicara
    melalui telepon.
  • 2:53 - 2:55
    Sah-yed sangat mengkhawatirkan
    keselamatannya.
  • 2:56 - 2:58
    Fowzia sedang tidak sehat,
  • 2:58 - 2:59
    dan merindukan keluarganya
  • 2:59 - 3:00
    dan ingin pulang ke rumah.
  • 3:01 - 3:03
    Setelah mendengar kabar dari Fowzia,
  • 3:03 - 3:05
    Sah-yed mengatakan bahwa ia hanya
    akan menyetujui
  • 3:05 - 3:08
    untuk pindah bersama keluarganya
    ke Bhasan Char
  • 3:08 - 3:10
    agar mereka bisa bertemu kembali.
  • 3:12 - 3:15
    Ini bukan pertama kalinya
    kebakaran terjadi di sini.
  • 3:15 - 3:18
    Telah terjadi dua kebakaran
    di bulan Januari,
  • 3:18 - 3:19
    menurut pemberitaan.
  • 3:19 - 3:22
    Penyebab kebakaran belum diketahui.
  • 3:23 - 3:25
    Namun, selagi pemerintah Bangladesh
  • 3:25 - 3:26
    melanjutkan penyelidikan mengenai
  • 3:26 - 3:28
    penyebab kebakaran,
  • 3:29 - 3:31
    warga Rohingya tetap hidup di lingkungan
  • 3:31 - 3:34
    yang sempit dan tidak higienis,
  • 3:34 - 3:36
    yang membuat mereka sangat rawan
  • 3:36 - 3:37
    terkena COVID-19.
  • 3:38 - 3:40
    Bangladesh telah menyalurkan
  • 3:40 - 3:41
    lebih dari tiga juta dosis
  • 3:41 - 3:43
    vaksin pertama kepada warga
    Bangladesh
  • 3:44 - 3:45
    dan berencana untuk
  • 3:45 - 3:46
    mengikutkan warga Rohingya
  • 3:46 - 3:48
    ke program vaksin mereka.
  • 3:49 - 3:50
    Namun sejauh ini,
  • 3:50 - 3:51
    belum ada warga Rohingya
    yang divaksin.
  • 3:52 - 3:54
    Sementara ini, karantina wilayah
    yang ketat
  • 3:54 - 3:57
    yang diberlakukan oleh pemerintah sejak
    tahun lalu masih berlanjut,
  • 3:57 - 3:59
    dengan pengurangan sebesar 80 persen
  • 3:59 - 4:02
    dari staf bantuan kemanusiaan yang ada.
  • 4:02 - 4:03
    Bantuan pokok,
  • 4:03 - 4:05
    seperti makanan dan peralatan medis,
  • 4:05 - 4:07
    telah diperbolehkan masuk ke
    kamp
  • 4:07 - 4:09
    melalui pos-pos pemeriksaan yang ketat
  • 4:09 - 4:11
    yang diatur oleh angkatan darat
    Bangladesh.
  • 4:12 - 4:13
    Badan Pengungsi PBB...
  • 4:13 - 4:15
    telah bekerja sama dengan
    pemerintah Bangladesh
  • 4:15 - 4:18
    untuk melatih 1,500 tenaga
    kesehatan umum...
  • 4:18 - 4:19
    di kawasan kamp-kamp
  • 4:19 - 4:21
    untuk meningkatkan kesadaran
    mengenai virus tersebut.
  • 4:22 - 4:23
    Dr. Fahadin Aktar...
  • 4:23 - 4:25
    bekerja di sektor penanganan
    pertama,
  • 4:25 - 4:26
    di kamp tersebut.
  • 4:27 - 4:29
    DR. FAHADIN AKTAR
    (melalui penerjemah): di sini,
  • 4:29 - 4:31
    pertama-tama kami memeriksa
    suhu tubuh.
  • 4:31 - 4:34
    Kami mendirikan pos cuci tangan,
    dan semua orang wajib mencuci tangan
  • 4:34 - 4:37
    dan melakukan pembatasan sosial.
  • 4:37 - 4:38
    Sebelumnya, lima orang duduk
    berdekatan,
  • 4:38 - 4:40
    tapi sekarang, di satu bangku,
    dua orang duduk
  • 4:40 - 4:42
    secara berjarak untuk
    menjaga pembatasan sosial.
  • 4:42 - 4:44
    Kami memastikan semua pasien mengenakan
    masker.
  • 4:45 - 4:47
    TANIA RASHID: Walaupun begitu,
    Dr. Aktar berkata,
  • 4:47 - 4:50
    jumlah pasien Rohingya turun
    secara drastis.
  • 4:51 - 4:53
    Banyak dari mereka yang takut
    pergi ke rumah sakit.
  • 4:53 - 4:56
    DR. AKTAR (melalui penerjemah):
    Para suspek yang menunjukkan gejala
  • 4:56 - 4:57
    diperiksa dan dikarantina.
  • 4:57 - 4:59
    Hal ini membuat warga Rohingya
    takut,
  • 4:59 - 5:01
    karena mereka khawatir akan
    dipindahkan ke tempat lain,
  • 5:01 - 5:04
    dan dipisahkan dari keluarga mereka
    jika menunjukkan gejala.
  • 5:04 - 5:06
    TANIA RASHID: Menurut
    hitungan resmi,
  • 5:06 - 5:09
    hanya terdapat 400 kasus COVID-19
    yang sudah terkonfirmasi,
  • 5:09 - 5:12
    dan 10 kematian terkait di
    kamp tersebut.
  • 5:12 - 5:14
    Pemerintah Bangladesh bersikeras
    bahwa
  • 5:15 - 5:18
    peningkatan kasus di kamp-kamp terjadi
    dengan sangat lambat,
  • 5:18 - 5:21
    dibanding di seluruh dunia karena
    adanya karantina wilayah.
  • 5:21 - 5:25
    Tetapi, sebagian besar pengungsi masih
    merindukan tempat tinggal mereka,
  • 5:25 - 5:28
    walaupun kudeta militer masih berlanjut
    di Myanmar.
  • 5:29 - 5:30
    (Teriakan pengunjuk rasa)
  • 5:30 - 5:33
    Selama berminggu-minggu, puluhan ribu
    pengunjuk rasa memprotes
  • 5:33 - 5:36
    secara damai di jalanan kota-kota besar,
  • 5:36 - 5:39
    untuk memprotes pengambilan alih kekuasaan
    yang dilakukan oleh sektor militer.
  • 5:39 - 5:40
    (Suara tembakan)
  • 5:40 - 5:44
    Sebagai tanggapan, polisi menangani protes
    dengan keras,
  • 5:44 - 5:47
    dan banyak darah yang tertumpah
    sejak minggu lalu.
  • 5:48 - 5:50
    Kebanyakan aktivis Rohingya yang kami
    wawancarai
  • 5:50 - 5:53
    berharap bahwa dukungan mereka terhadap
    gerakan sosial di Myanmar
  • 5:53 - 5:56
    akan menjadi titik balik dalam upaya
    mereka untuk menegakkan keadilan,
  • 5:57 - 5:59
    walaupun mereka tidak didukung oleh
    Aung San Suu Kyi,
  • 5:59 - 6:01
    sang pemimpin yang telah digulingkan,
  • 6:01 - 6:05
    yang membela sektor militer dari
    tuduhan genosida
  • 6:05 - 6:07
    di Den Haag pada tahun 2019.
  • 6:07 - 6:08
    (Tangisan wanita)
  • 6:09 - 6:14
    Namun dampak kebakaran belakangan ini
    telah merubah hidup mereka secara drastis,
  • 6:15 - 6:20
    karena mereka telah terlempar kembali
    ke limbo, dari tempat mereka singgah.
  • 6:20 - 6:23
    Untuk "PBS NewsHour", saya Tania Rashid.
  • 6:24 - 6:26
    (Musik khidmat)
  • 6:26 - 6:30
    [Hampir 60% dari populasi pengungsi
    Rohingya di Bangladesh
  • 6:30 - 6:33
    berusia di bawah 18 tahun)
Title:
Pengungsi Rohingya kembali menghadapi relokasi di tengah kebakaran besar, dan COVID menjangkit kamp-kamp pengungsian
Description:

Dari banyaknya krisis yang terus berlangsung di Myanmar, pengungsi Rohingya - sebuah kelompok minoritas Muslim yang pertama kali meninggalkan represi militer dari tentara Myanmar tiga tahun yang lalu - terpaksa tinggal di kamp-kamp pengungsian yang sempit di Bangladesh. Selain menghadapi COVID-19 dan kebakaran, mereka juga diperintahkan untuk pindah ke sebuah pulau yang rawan banjir. Wartawati khusus NewsHour, Tania Rashid, melaporkan.

Tonton acara PBS favorit Anda melalui aplikasi PBS: https://to.pbs.org/2Jb8twG
Cari tahu lebih lanjut mengenai PBS NewsHour di https://www.pbs.org/newshour
Subscribe ke channel YouTube kami: https://bit.ly/2HfsCD6

Follow kami:
Facebook: http://www.pbs.org/newshour
Twitter: http://www.twitter.com/newshour
Instagram: http://www.instagram.com/newshour

Subscribe:
PBS NewsHour podcasts: https://www.pbs.org/newshour/podcasts
Newsletters: https://www.pbs.org/newshour/subscribe

more » « less
Video Language:
English
Team:
Amplifying Voices
Project:
Refugee Crisis and Solutions
Duration:
06:35

Indonesian subtitles

Revisions Compare revisions