Inilah The State of Things. Saya Frank Stasio. Banyak penelitian ilmiah yang dibiayai dengan dana masyarakat, tapi akses publik sering kali terbatas oleh mahalnya biaya (paywall). Sementara, beberapa perusahaan penerbitan ilmiah memiliki margin keuntungan yang lebih tinggi dari perusahan besar seperti Walmart, Google, dan Apple. Tapi saat ini ada gerakan yang sedang berlangsung yang dapat menyurutkan gelombang pasang ini. Paywall Bisnis Pengetahuan Universitas itu tentang mendidik manusia, dan tiada alasan sama sekali untuk menjauhkan informasi dari orang banyak. Tidak ada yang diperoleh selain uang, dan kekuasaan, dan segala sesuatu, yang sebagai manusia, semestinya kita tolak. Banyak uang? Banyak uang! Banyak uang. Ini bisnis yang sungguh besar. Bisnis miliaran dolar. Penerbitan akademik adalah industri yang menghasilkan 25,2 miliar per tahun. Jurnal dari Elsevier ini, Biomaterials menghabiskan biaya sekitar 10.702 dollar untuk berlangganan digital per tahun Apakah biaya sebesar itu membawa manfaat? Sulit untuk mengatakannya. Pada tahun 1995, majalah Forbes meramalkan bahwa riset ilmiah akan menjadi korban pertama Internet Akademisi itu progresif, dan jurnal pasti akan kehilangan pendapatan dengan mengawinkan model dijital. 23 tahun kemudian, ternyata hal ini tidak terbukti kebenarannya. Saya kira satu hal yang kita pelajari dari sejarah manusia benar-benar buruk dalam meramalkan masa depan. Dan ini adalah sesuatu yang media, suka lakukan, dan orang-orang yang mengkonsumsi media suka membacanya. Ini menyenangkan, ini ... Kami mohon maaf. Anda tidak memiliki mandat untuk mengakses film dokumenter ini. Silakan lihat opsi pembayaran di bawah ini. Industri penerbitan ilmiah menghasilkan laba margin sekitar 35 hingga 40 persen. Dan pada tahun yang berbeda kompilasi saya telah melihat ini, Dan tahu tidak? Walmart mendapatkan sekitar 3%, dan Walmart seperti para iblis ini, adalah raksasa bagi sebagian besar orang. Dan itu hanya 3 persen, dibandingkan dengan 35 persen. Maksudnya, sekarang saya bisa berbalik sikap bahwa Walmart ternyata tidak seburuk itu dibandingkan dengan para pelaku bisnis ini di bidang industri lain. Tahu tidak, industri manajemen kekayaan sekitar 21%, Toyota sekitar 12%. Bagaimana bisa semua industri ini menghasilkan begitu besar margin laba ketika tidak ada input yang mesti mereka bayar? Perusahaan mana yang Anda bandingkan dengan margin laba semacam itu, Yang 32-35 itu? Sejujurnya saya tidak pernah dengar ada perusahaan yang memiliki margin laba sebesar itu. Di sebagian besar jalur lain, jalur bisnis dan perusahaan normal, margin laba semacam itu adalah tanda adanya logika monopoli di tempat kerja. Meskipun orang-orang yang tidak berkecimpung di dunia akademis mungkin tidak banyak membaca artikel ini, mungkin tidak menganggapnya bermanfaat, mereka tetap mahalnya. Uang Anda masuk ke pemerintah yang kemudian memberikan subsidi ke universitas, yang kemudian menyediakan dana ke perpustakaan, yang sesuai dengan biaya berlangganan. Jurnal dan para penerbit akan mengambil uangmu. Baik Anda maupun tetangga Anda, semua orang membayar ke sistem. Dan orang-orang yang paling menguntungkan adalah penerbit. Setiap orang berhak mendapatkan laba. Tapi bagaimana bisa jurnal, jurnal! memiliki margin laba yang lebih besar dari beberapa perusahaan besar teknologi Nah, penerbitan memang menguntungkan karena para pekerjanya tidak dibayar. Maksud saya, di industri lain, saya kira tidak ada, di mana pekerja utama, dalam hal ini, para penulis, mitra bestari/reviewer, tidak dapat bayaran apa-apa? Margin laba dalam banyak hal di dunia penerbitan sungguh tiada duanya, dan beberapa tahun lalu, saya membandingkannya dengan Facebook, kemudian saya menyadari ternyata keuntungan mereka hampir sama dari sekian perusahaan perangkat lunak yang paling sukses saat ini dalam hal margin laba. Dan tentu saja, Facebook punya skala yang hampir tak terbatas dan tak diragukan lagi tidak ada perusahaan lain yang lebih berhasil dalam lima atau sepuluh tahun terakhir. Jadi, penerbitan itu sangat menguntungkan, dan karena itu, para penerbit tidak terburu-buru melihat dunia berubah. Muncul pertanyaan besar mengapa marginnya sangat tinggi, misalnya, 35 persen lebih tinggi dari margin Google; Apa yang sedang terjadi di sana? Ya, dan tahu nggak, itu hanya karena kekuatan harga. Anda, jika Anda Elsevier, misalnya, Anda memiliki akses eksklusif; Anda menjual aliran konten ke universitas. Dan tahu nggak, itu tidak seperti kalau Anda pergi ke supermarket misalnya, jika ada sekaleng bir yang terlalu mahal, lalu Anda bisa memilih yang lain. Ini tidak seperti pustakawan universitas yang bisa mengatakan, "Baiklah, karena artikel Elsevier terlalu mahal, tahun ini kita hanya akan melanggan Wiley. " Anda membutuhkan semuanya. Jadi Anda bisa mengisi daya benar-benar sebanyak yang Anda inginkan, dan perguruan tinggi jarang yang benar-benar menolak. Mereka mungkin pura-pura menolak, tapi kenyataannya para dosen mesti memiliki akses, dan itu posisi yang sangat kuat untuk bisnis ini. Ini masalahnya di pasar. Pasar memamerkan apa yang disebut orang resiko moral (moral hazard), yang tidak ada kaitannya dengan moralitas, ini istilah ekonomi. Resiko moral muncul ketika pembeli barang bukan konsumen dari barang itu. Jadi, apa yang dimaksud barang di sini, di pasar penerbitan tradisional? Akses, tahu nggak, akses baca. Konsumen adalah orang-orang seperti saya yang ingin membaca artikelnya, pembeli, bukan saya, Saya sendiri tidak berniat berlangganan jurnal. Perpustakaan Harvard menghabiskan banyak uang uang berlangganan ke sejumlah besar jurnal. Jadi, saya tidak peka terhadap jurnal-jurnal ini, Karena saya tidak harus membayar tagihan. Uang itu nyata. Iya kan? Penerbitan ilmiah untuk jurnal adalah industri dengan pendapatan 10 miliar per tahun. Ini bukan uang sedikit. Ini jumlah uang yang signifikan. Jika Anda berpikir margin laba yang sebesar 30 hingga 40 persen diambil dari situ, bisa dikembalikan ke lembaga riset, baik untuk membantu pengembangan sains, atau membantu universitas, dan, mempekerjakan lebih banyak peneliti, membayar dosen lebih banyak, membuat kuliah lebih terjangkau, maka aspek finansial ini merupakan gejala betapa tidak berpihaknya model komersial ini dengan upaya untuk tetap relevan dengan pengelolaan riset. Biasanya kita tidak memikirkan adanya hubungan antara laba perusahaan semacam itu, di satu sisi, dengan semakin meningkatnya biaya kuliah di perguruan tinggi tetapi ini mesti ada hubunganya ke situ. Kami tidak berbicara tentang masalah marjinal. Kami tidak berbicara tentang masalah internal para ilmuwan. Kami sedang berbicara tentang masalah sosial yang sangat mendasar. Apa yang akan menjadi masa depan masyarakat kita? Harga jurnal telah meningkat jauh di atas tingkat inflasi dan jauh di atas tingkat pertumbuhan anggaran perpustakaan. Tidak hanya bertahun-tahun, tetapi selama beberapa dekade. Dan ini adalah bencana besar. Sepuluh jam yang lalu, Anthem College ditutup. Saint Joseph College akan menutup pintunya. Terjerat utang, Dowling College juga akan menutup pintunya. Penutupan mendadak membuat para dosen kehilangan pekerjaan dan ribuan mahasiswa berebut mencari perguruan tinggi lain. Kalangan akademi belum benar-benar mengevaluasi biaya penuh komunikasi ilmiah. Sungguh anggaran perpustakaan telah menanggung beratnya beban itu, dan kita sering harus pergi menadahkan tangan ke bagian administrasi untuk meminta penambahan anggaran untuk jurnal, khususnya jurnal sains, teknologi, kedokteran, yang baru saja mengalami peningkatan harga yang pesat untuk alasan apa pun penerbit dapat mengklaim untuk itu. Dan agar keuntungan meningkat, Kelangkaan harus dipertahankan. Selamat datang di dunia penelitian yang terhalang paywall (pembayaran). - Pernahkah kamu terbentur paywall? - Tentu saja. Saya pasti kena paywall. Saya sering kena paywall. - Pernahkah Anda kena paywall? - Oh, ya. Saya kena paywall. Cukup sering, saya kena paywall, ya. Ketika saya masih mahasiswa, Saya tentu kena paywall. Saya sering kena paywall. - Bagaimana perasaanmu? - Saya merasa sangat kesal. Mahasiswa lulus, meraih gelar Master mereka, masuk dalam pusaran perusahaan lalu tiba-tiba mereka menyadari, bahwa mereka tidak memiliki akses ke hasil penelitian yang mereka butuhkan karena mereka tidak lagi berafiliasi dengan universitas. Mereka datang mengetuk pintuku. Dan Saya harus memberi tahu mereka, bahwa, sebagai pustakawan, Saya berada dalam posisi canggung ini, bahwa saya harus memblokir pengguna yang bukan anggota untuk mendapatkan akses ke penelitian yang didanai oleh publik. Dan itu sepenuhnya bertentangan dengan misi perpustakaan dan pustakawan. Jadi hal ini sungguh mengherankan. Apakah Anda memperkenalkan sedikit tentang diri Anda? Saya Dwight Parker, saya sedang menempuh kuliah program PhD di bidang psikologi pendidikan, Saya memutuskan bahwa saya perlu istirahat dulu dari kuliah, lalu saya jualan mobil. Saat saya kuliah, Saya memiliki akses ke banyak hal, tetapi begitu Anda berada di luar misalnya Anda, sumber daya yang sama itu tidak terbuka untuk Anda; setidaknya mereka tidak melakukannya pada saya. Di dalam, ya, psikologi pendidikan adalah milikku, dan sebagian besar penelitian yang dilakukan didanai oleh pemerintah, jadi uang pembayar pajak itu mendanai penelitian, yang mereka harus bayar untuk mengaksesnya, hal yang tidak masuk akal. - Maksud saya, ini tidak masuk akal. - Tentu saja. Belum lagi, itu adalah barang publik. Maksud saya, penelitian ilmiah tertentu. Saya harus bisa mengakses penelitian itu secara bebas. Maksudku, saya tidak punya 79,99 dolar atau ... untuk mengaksesnya. Tidak dengan menjual mobil. Bahkan mobil paling keren yang pernah ada. Jika saya bekerja untuk Elsevier, Saya mampu membelinya. Ya, atau salah satunya. Maksud saya, itu seperti ... Bagaimanapun. Kamu tahu. Kalian melakukannya, Anda tahu, itu sangat ... uang itu merusak semuanya, iya kan? Anda punya uang, Anda punya pemerintah, dan semua orang ... dan seakan-akan sains telah hilang. Sejujurnya, sains telah hilang. Istri saya mengidap emboli paru. Dan mereka tidak tahu pasti kenapa. Dan tidak ada lagi yang memastikan mengapa dia mengalami emboli paru. Penyebabnya bisa apa saja, dan saya mulai melakukan hal yang mesti saya lakukan, yaitu menelusur di internet dan mulai melakukan penelitian. Dan Anda terhalang oleh semua paywall penelitian medis ini di mana orang melakukan studi tentang emboli paru ini, dan saya tidak mampu membelanjakan uang untuk membaca makalah penelitian hanya untuk mengetahui bahwa artikel ternyata tidak relevan padanya. Relevan dengan keadaan kita. Mungkin terjadi. Mungkin juga tidak. Tapi tidak ada informasi yang cukup bagi saya untuk memastikannya! Tapi itu bisa menyelamatkan hidupnya! Alasan kita melakukan riset adalah bahwa kita berusaha memecahkan masalah masalah-masalah di dunia. Kita mencoba menyembuhkan penyakit; Kita mencoba mencari tahu tentang air bersih, kita mencoba untuk mencari tahu bagaimana cara membuat kemiskinan menjadi nol. Kita mencoba untuk benar-benar menghilangkan penyakit tertentu untuk selamanya. Dan, jika Anda ingin melakukan itu, kita harus memastikan bahwa setiap orang memiliki akses. Bukan hanya negara kaya, bukan hanya orang yang memiliki gelar Ph.D. tetapi semua orang mendapat akses untuk membaca penelitian ilmiah, memikirkan tentang hal itu, kemudian turut serta menyumbangkan ide-ide mereka. Dan ketika sebagian besar masyarakat tidak memiliki akses ke penelitian, maka kesempatan kita untuk menyelesaikan masalah besar secara signifikan lebih rendah. Penerbit telah menjadi bagian dari kurasi dialog ilmiah selama berabad-abad. Dan, dalam hal ini, mereka berkedudukan sangat penting. Pada saat yang sama, kita memiliki populasi global, yang sebagian besar tidak memiliki akses ke penelitian tentang perkembangan mutakhir dari bidang sains, kedokteran, budaya, teknologi, ilmu lingkungan. Dan dihadapkan dengan prospek mencoba memahami dunia tanpa akses ke pengetahuan yang terbaik tentang itu. Dan, dalam hal tertentu, ini tragis. Universitas-universitas di Barat punya dana yang sangat besar untuk perpustakaan mereka, jadi, mereka berada di ... mereka memiliki kapasitas untuk membeli jurnal, memberi akses kepada siswa mereka. Namun, dalam konteks negara berkembang, perpustakaan benar-benar miskin. Jadi, akhirnya Anda harus melakukan semuanya sendiri tanpa dukungan apa pun dari universitas atau perguruan tinggi. Dan bahkan jika Anda mencoba mendekati dosen atau profesor Anda, Anda mendapat jawaban yang sama, bahwa "kami pun melakukannya dengan cara yang sama, jadi Anda harus melakukannya dengan cara yang sama juga. " Jadi, ini terus berjalan, dan kita tidak mendapatkan hasil nyata dari situ. Jadi, penelitian saya lebih banyak dalam bidang fisika yang sangat mendasar. Relativitas yang spesifik, di sana. Dan kebanyakan makalah ini, sekali lagi, adalah "Anda harus membayarnya." Saya akan mengatakan saya tidak akan pernah membayar makalah apa pun, terutama dalam bidang ekonomi Venezuela, saat ini, bahkan lebih buruk, sayang sekali. Tetapi bahkan ketika saya masih menjadi mahasiswa di sana, Anda mesti menggunakan kartu kredit dan membeli sesuatu dari Internet. Jadi, dari kurangnya akses, sebuah gerakan bermunculan. Dan gerakan itu disebut Open Access (Akses Terbuka). Dalam bentuknya yang paling sederhana, Open Accesss adalah, Anda tahu, gratis dan akses tanpa hambatan ke informasi. Sangat sederhana, ini adalah cara untuk mendemokrasikan informasi. Ini untuk mengurangi perbedaan dan untuk mengedepankan kesetaraan. Ada banyak akademisi di luar sana yang bisa membangun dari penelitian yang sudah ada sebelumnya jika memang ada akses ke semua penelitian. Anda mungkin memiliki beberapa pikiran besar dari generasi kita yang tinggal di Republik Afrika Tengah yang tidak memiliki akses ke konten apa pun. Jadi, apa yang bisa mereka bangun dari sini; bagaimana mereka dapat membantu menggerakkan hal lebih maju dan lebih cepat? Dan saya pikir inilah yang dimaksud Open Access. Hal ini memungkinkan orang yang menginginkan akses ke pengetahuan untuk memiliki akses ke pengetahuan dan membawanya lebih maju. Saya kira saya memiliki semangat untuk Open Access sangatlah bagus. Yang menjadi kekhawatiran saya adalah saat seseorang memiliki semangat untuk Open Access lalu membuat mereka tidak mau memikirkan biayanya, serta manfaatnya. Saya khawatir jika Open Access kemudian menjadi sebuah agama atau ketika itu menjadi sesuatu yang keramat, yang mengharuskan Anda untuk mencintai apa pun yang ditempatkan di situ. Jika kita kehilangan kemampuan kita, atau yang lebih buruk lagi, kesediaan kita untuk berpikir kritis, untuk berpikir secara kritis dan analitis tentang model Open Access seperti yang kita lakukan tentang model akses berbayar, maka kita tidak lagi berjalan di alam akal dan sains; kita sekarang berjalan di ranah agama. Dan saya sendiri orang yang religius, Saya tidak berdaya melawan agama, tetapi penting untuk tidak mencampuradukkannya dengan sains. Saya bisa melihat sebabnya, terutama jika Anda berada di sisi lain, itu akan tampak religius. Ada banyak keyakinan pastinya, bukan? Ini adalah gerakan berbasis keyakinan bagi sebagian besar orang. Tetapi sebagian besar karya utama dari gerakan ini berasal dari literatur biomedis. Dari orang tua yang tidak dapat mengaksesnya, bukan? Dari anggota keluarga yang tidak dapat mengaksesnya. Dan sesuatu yang melibatkan unsur saksi dan kesaksian itu religius, setidaknya kesannya begitu, kan? Dan ada kekuatan nyata dalam saksi dan kesaksian, yng merupakan bagian dari gerakan evangelis. Dan kita bisa terlibat obrolan serius tentang inovasi, atau saya dapat memberi Anda kisah emosional; mana yang lebih viral? Pergerakan harus melibatkan berbagai hal, bukan? Pergerakan lebih besar dari organisasi; mereka lebih besar dari orang ketika mereka bekerja, iya kan? Itulah mengapa mereka bekerja: mereka ikut dalam longsoran yang bergulir ini. Bagi saya, mengapa saya melakukan ini karena adanya manfaat untuk efisiensi penelitian. Saya ingin melihat peningkatan efisiensi penelitian secara keseluruhan. Itulah tujuan saya secara keseluruhan. Jika Anda katakan, sains tertutup adalah cara untuk melakukan itu, saya akan mendukung sains tertutup. Tetapi efisiensi penelitian itu seiring dengan peningkatan kualitas, peningkatan inklusivitas, peningkatan keragaman, peningkatan inovasi. Hanya dengan memiliki lebih banyak orang yang dapat melakukan sesuatu adalah suatu keuntungan. Kita memiliki masalah besar untuk dipecahkan. Saya banyak terlibat, terlibat secara mendalam di masa awal Open Access dalam bidang ilmu hayat. Dan harapan kami adalah Open Access tidak hanya membawa perubahan akses yang sangat signifikan; kelihatannya benar-benar gila bahwa sebagian besar penelitian tidak tersedia bagi sebagian besar orang yang membutuhkannya. Saya pernah berkunjung ke Universitas Belgrade beberapa tahun yang lalu, dan saya bertemu dengan mahasiswa pasca sebelum kuliah saya, dan kami keliling di sekitar ruangan berbicara tentang apa yang dilakukan setiap peneliti, apa yang sedang mereka kerjakan untuk tesis mereka. Dan hampir semua orang di ruangan itu melakukan kognisi implisit. Dan itu luar biasa bahwa ada begitu banyak mahasiswa bekerja di bidang penelitian tertentu, dan aku berkata, "Mengapa kalian semua melakukan ini? Bagaimana itu menjadi ini menjadi bidang yang sangat populer? " Dan tanggapan langsung mereka adalah, yah, "Kami dapat mengakses literatur di area ini." "Maksud kamu apa?" Saya bilang. "Yah, karena ada karya dari semua peneliti terkemuka di bidang Anda, Anda semua meletakkan dokumen Anda secara online. sehingga kita dapat menemukannya. Dan kita bisa tahu apa yang terjadi saat ini dari literatur ini yang tidak bisa kami akses dalam sub-disiplin lainnya." Saya terpesona oleh itu, kan? Bahwa mereka membuat beberapa keputusan tentang apa apa yang akan mereka teliti berdasarkan apa yang bisa mereka akses. Ketika saya memimpin Perpustakaan dan kami telah melakukan pemotongan besar dalam anggaran langganan jurnal kami karena keterbatasan anggaran, hal yang sama yang dilakukan oleh perpustakaan lain, dan kami melakukan serangkaian diskusi kelompok untuk untuk melihat bagaimana orang mengatasinya. Dan salah seorang yang sangat berkesan bagi saya adalah seorang mahasiswa muda M.D. Ph.D. ketika dia berbicara dengan pembimbingnya. Dan pembimbingnya itu berkata: "Ini adalah bidang yang menarik. Bacalah bidang ini secara luas. " Dan dia berkata, "Jadi, saya harus membaca secara luas, tetapi saya menyadari bahwa kemampuan saya untuk membaca secara luas dibatasi oleh akses yang saya miliki. Dan oleh karena itu topik disertasi saya akan bergantung pada apa yang mampu saya beli, karena saya tidak bisa masuk dan membaca materi lain yang tidak lagi saya miliki aksesnya." Beberapa tantangan besar dunia tidak akan dapat dipecahkan oleh sekelompok peneliti. Dan kita tahu bahwa penelitian dan kolaborasi interdisipliner adalah cara untuk mencapai solusi itu lebih cepat. Dan karena begitu banyak dari tantangan itu yang sangat lazim - air bersih, keamanan pangan, pemanasan global, kesehatan masyarakat - ada banyak tantangan yang perlu dipecahkan sehingga tidak ada alasan mengapa kita tidak ingin melakukan segala hal yang kita bisa untuk mendorong kolaborasi itu dan untuk memungkinkannya terjadi. Pengetahuan medis dan keahlian luar biasa dapat ditemukan di setiap sudut dunia; kita hanya belum terlalu sering memantaunya. Jadi, seorang teman saya adalah seorang dokter bedah jantung anak di Stanford. Dia melakukan obeservasi ketika dia mengunjungi India, dan mengunjungi sebuah institusi yang kini telah memberikan perlakuan 10 kali lebih banyak pasien yang dia miliki, dan mereka bisa mendapatkan dengan hasil yang hampir sama baiknya saat dia di Stanford, dan mereka bisa melakukan ini dengan biaya yang hanya 5 hingga 10 persen dari biaya di Stanford. Dan, bagi saya, itu jenius! Itu jenius! Dan, Anda akan berpikir bahwa kita di dunia Barat ingin memahami apa yang terjadi di India sebagaimana mereka juga ingin melihat apa yang bisa kita lakukan dengan segala keajaiban teknologi kita. Mudah untuk menarik kesimpulan bahwa pengetahuan harus terbuka agar pengetahuan itu bisa terwujud Dan karena itu ada semacam rasa penasaran ketika itu belum juga terbuka. Tapi ini benar-benar terkait dengan sejarah bagaimana kita bisa sampai di sini. Mulai sejak jurnal ilmiah didirikan atau diciptakan pada pertengahan abad ke-17, penulis telah menulis untuk jurnal tanpa bayaran, dan mereka telah menulis demi dampaknya, bukan untuk uang. Untuk lebih memahami proses penelitian, kami melakukan perjalanan ke tempat di mana jurnal penelitian berasal: The Royal Society of London. Saya Stuart Taylor, saya direktur penerbitan di sini di The Royal Society. The Royal Society adalah akademi sains nasional milik Inggris. Lembaga ini didirikan pada tahun 1660 sebagai perkumpulan ilmuwan terdahulu, seperti Robert Hook dan Christopher Wren. Beberapa tahun setelah itu, pada 1665, Henry Oldenburg di sini, yang menjadi sekretaris pertama perkumpulan, meluncurkan jurnal sains pertama di dunia berjudul Philosophical Transactions. Dan itu adalah pertama kalinya pencapaian dan penemuan ilmiah ilmuwan terdahulu tercatat secara resmi. Dan jurnal itu esensinya telah menjadi model bagi apa yang sekarang kita kenal saat ini dengan jurnal ilmiah. Mewujudkan empat prinsip pengarsipan, pendaftaran, diseminasi dan verifikasi. Jadi itu berarti bahwa penemuan Anda diasosiakan dengan nama Anda dan tanggal tertentu, setelah diverifikasi oleh peninjau dari kalangan rekan Anda, setelah itu disebarluaskan ke ilmuwan lain, dan juga diarsipkan untuk masa depan. Begitu ada jaringan digital, ilmuwan mulai berbagi keilmuan di antara mereka. Sejak itu, katakanlah awal tahun sembilan puluhan, akademisi telah serius mempromosikan Open Access. Bukan hanya menggunakan jaringan untuk mendistribusikan keilmuan dan penelitian, tapi mempromosikannya dan mencoba untuk membantu orang lain. Mungkin kedengarannya saya mengada-ada, tapi Saya benar-benar merasa pada saat itu dan saya tidak sendirian, bahwa jika kamu memiliki ide tertentu yang menakjubkan atau kamu melakukan suatu terobosan, kamu akan berpikir ini karena kamu memiliki inspirasi tertentu atau kamu bekerja lebih keras dari orang lain, tapi kamu tidak berpikir ini karena kamu memiliki akses khusus ke informasi. Sehingga tahun 1991, salah satu keinginan saya adalah menyamakan level arena bermain, yaitu, menyediakan akses ke informasi bagi setiap orang yang sama sekaligus, dan tidak memiliki kesenjangan akses. Empat puluh persen dari semua makalah yang ada diterbitkan di New England Journal of Medicine - dan kemudian the New England Journal of Medicine boleh dikata menjadi jurnal yang paling berdampak di dunia - tapi 40 persen dari penulis berasal dari wilayah dengan radius 150 mil dari Boston, di mana the New England Journal of Medicine bermarkas. Penerbitan sungguh permainan orang dalam (insider). Kita yang jadi orang dalam memiliki akses yang jauh lebih besar pada penerbitan dan juga membaca, karena kita dari kalangan yang lebih mampu dari lembaga. Ada banyak orang yang menderita karenanya dari sistem mutakhir ini di kalangan akademisi. Kita memiliki banyak dokter yang akan mendapatkan manfaat dari informasi yang mutakhir tentang cara perawatan terbaik yang dapat diberikan ke pasien. Ada banyak sekali penelitian yang telah dilakukan. Kadang-kadang rasanya lucu jika kita mencoba mengakses karya ilmiah yang ditulis di tahun 1975 lalu masih terhalang oleh paywall. Rasanya tidak masuk akal. Jurnal penelitian telah lama ada sejak tahun 1665. Sekarang kita memiliki kemampuan untuk menjangkau berbagai wilayah di dunia, secara serentak terasa sangat dekat, dan ini merupakan keuntungan bagi para ilmuwan. Banyak penulis yang berpikir bahwa jika mereka menerbitkan di sebuah jurnal konvensional, khususnya jurnal konvensional besar, bergengsi tinggi, berdampak tinggi, jurnal konvensional berkualitas tinggi, mereka menjangkau setiap orang yang peduli dengan karya mereka. Ini tidak benar. Mereka menjangkau setiap orang yang cukup beruntung bekerja di sebuah lembaga yang cukup makmur untuk melanggan jurnal itu. Dan bahkan jika jurnal itu adalah jurnal utama yang perlu dilanggan atau yang best-seller sekali pun sehingga semua perpustakaan semestinya melanggannya, masih tetap ada perpustakaan lain yang tak mampu melanggannya. dan ada banyak perpustakaan yang sudah lama telah menghentikan langganan jurnal utama hanya karena tidak memiliki dana. Jadi, para penulis mendapatkan keuntungan dari luasnya audiens, dan dengan audiens yang lebih luas mereka mendapatkan manfaat dari dampak (impact) yang lebih besar, karena karyamu tidak akan berdampak, karyamu tidak dapat dikembangkan, atau dikutip atau diambil atau digunakan, kecuali orang-orang mengetahuinya. dan hampir semua ilmuwan menulis demi dampak. Bagian dari kegiatan akademisi adalah menggali persoalan, mencoba mencari tahu tentang apa yang telah mereka pelajari dari sebuah fenomena dan membaginya dengan yang lain sehingga orang lain itu kemudian bisa berkata, "Ah, bagaimana dengan ini, bagaimana dengan itu, apa kamu yakin?" atau "Oh ya, coba saya gunakan ini dengan cara lain." Jadi, sungguh, pengetahuan itu adalah sebuah percakapan, dan satu-satunya cara untuk menjalin percakapan adalah dengan saling memahami apa yang mereka katakan dan apa yang menjadi dasar dari apa yang mereka katakan itu. Jadi keterbukaan itu adalah hal yang fundamental bagi pengetahuan untuk berjalan sebagaimana mestinya. Ada satu mitos yang beredar tentang Akses Terbuka. Tidak ada peer review, kualitas rendah, dan seterusnya dan kita tahu itu ketika kita menempatkan barang kita secara terbuka, orang lihat, ya kan, jika kamu membual di luar sana, kamu akan segera ketahuan. Jika kamu melewatkan hal yang penting, misalnya suatu bukti, seseorang akan menunjukkan kamu di situ. Jika kamu tidak hati-hati dengan argumenmu, atau mengabaikan sebuah literatur penting, orang akan mengatakannya padamu. Dan oleh karena itu, Anda, sebagai seorang peneliti, akan memperoleh manfaat dari pengamatan, kritik, dan hal lainnya dari orang lain, sehingga penelitian Anda akan lebih baik, sehingga tidak lagi berkualitas rendah! Jika Anda tidak bekerja dalam lingkungan ini, Anda tidak memiliki koneksi, Anda tidak memiliki konsep, semacam, dampak dramatis bahwa ketegangan semacam ini akan dialami oleh setiap orang. Ya kan, ketika Anda misalnya melihat EPA [Badan Perlindungan Lingkungan] menutup halaman perubahan iklim di website-nya, ada dampak yang nyata, dan jelas untuk tidak memberikan informasi itu. Ada banyak informasi gratis di luar sana, dan kita tidak tahu seberapa besar masalah yang timbul karenanya. Hanya karena gratis belum tentu membuat informasi itu menjadi baik; tidak pula karena berbayar lalu informasi itu menjadi jelek, dan saya kira ketegangan semacam inilah yag akan selalu dihadapi masyarakat. Tentu saja, di awal munculnya gerakan Open Access, dan jurnal Open Access, pemahaman bahwa penerbitan Open Access itu tidak berkualitas tinggi sangat dominan, tapi sekarang sudah berubah. Open Access, bagi kami, sama sekali tidak mempengaruhi tingkat penilaian sejawat (peer review), ya kan? Kalau pun ada, ya, peer review-nya malah semakin baik. Sistem reward di beberapa negara, di beberapa negara berkembang masih mencerminkan sistem reward kita, di UK dan di US. Kami baru-baru ini melakukan survey yang menanyakan tentang persepsi para peneliti kita tentang Open Access, dan sebagian besar mereka, tahu nggak, mengatakan "Luar biasa, Open Access benar-benar yang kami butuhkan, kami membutuhkannya untuk mengabarkan kepada dunia tentang penelitian kami. Setiap orang butuh akses. Ini luar biasa." Namun, ketika kami menanyai para peneliti apa yang menjadi prioritas mereka ketika memilih jurnal, yang menjadi pertimbangan utama adalah impact factor level indeks, sementara prioritas terendah adalah Open Access. Jadi meskipun mereka memuji kelebihan Open Access, sayang sekali, karena pengaruh sistem penilaian, Open Access ditempatkan di peringkat bawah, karena mereka masih perlu memajukan karir mereka. Open Access telah menjadi bagian dari kita untuk beberapa saat. Dampaknya ternyata tidak secepat yang saya harapkan, dan saya agak khawatir bahwa dalam 5 tahun mendatang bisakah kita bergerak lebih cepat? Apa kira-kira penyebabnya sehingga jurnal penelitian ini begitu lambat berubah? Well, mungkin bisa kita katakan ia tahan banting. Saya kira ada semacam kelesuan. Seperti yang Anda ketahui, para akademisi mungkin adalah orang yang paling konservatif di muka bumi. Anda tahu, ya kan, mereka mungkin berinovasi dengan riset mereka, tapi struktur akademik itu sangat lambat berubah. Komunitas akademik sangat, sangat konservatif. Sangat sulit untuk berubah, untuk membuat perubahan sistem secara signifikan, dalam komunitas akademik. Proses kenaikan pangkat kita sekarang adalah sama keadaannya dengan masa 150 tahun yang lalu. Para penulis sangat sadar, bahwa kesempatan mereka maju, untuk meneruskan jabatannya, mendapatkan dana, dan segala aspek karirnya tergantung pada jurnal mana mereka melakukan publikasi. Dan keadaan ini menciptakan situasi semacam penjara di mana penulis tidak memiliki cara alternatif untuk melakukan publikasi kecuali mereka publikasi di jurnal-jurnal yang paling memungkinkan membantu mereka dalam peningkatan karir. salah satu hambatan besar Akses Terbuka sesungguhnya adalah penilaian kinerja dan jabatan dan segala hal terkait. Karena masih ada kecenderungan untuk mengatakan, oke, jika kamu menerbitkan empat artikel di jurnal peringkat atas, berarti kamu melakukan riset yang lebih baik. Meskipun kemudian artikel-artikel itu tidak pernah dikutip atau bahkan tidak pernah dibaca. tapi mereka menggunakan impact factor jurnal sebagai ukuran kualitas. Dan kita tahu, kita semua, bahwa impact factor itu bisa dimainkan dan dimanipulasi. Impact factor sesungguhnya jumlah rata-rata sitasi yang diperoleh sebuah jurnal, dalam rentang waktu dua tahunan. Impact factor adalah metrik sesat yang entah bagaimana telah berurat akar dalam sistem evaluasi dan metode penilaian bagi para peneliti di seluruh dunia. Anda bisa jadi membayar sebuah tas tangan Gucci jauh lebih mahal dari tas tangan yang baru saja Anda beli dari pinggir jalan. Impact factor telah menyesatkan keseluruhan sistem komunikasi ilmiah secara masif. Bahkan penemunya sendiri, Eugene Garfield, mengatakan bahwa impact factor ini semestinya tidak digunakan seperti itu. Lalu tentu Anda akan heran, ya kan, pasti ada yang salah. dan sifatnya yang ilmiah-palsu (faux-scientific), ya kan, bahwa angkanya akurat hingga tiga angka desimal, padahal jelas tidak, ini menunjukkan adanya indikasi pseudo-ilmiah. The Royal Society, beberapa tahun lalu, menandatangani dokumen yang disebut Deklarasi Penilaian Riset San Fransisco, atau disingkat DORA yang intinya mengajak institusi dan penyandang dana untuk menilai ilmuwan tanpa menggunakan impact factor. Jadi dengan mengacu kembali pada penilaian sejawat (peer review), dan dengan benar-benar melihat langsung karya tersebut dibanding sekedar bersandar pada metrik yang bagi banyak orang diyakini sebagai metrik yang memiliki banyak kekurangan. Tapi cara mengatasi masalahnya dengan menghentikan penilaian terhadap seorang akademisi berdasarkan jurnal di mana mereka melakukan publikasi. dan jika Anda bisa mengevaluasi seorang akademisi berdasarkan penelitian yang mereka hasilkan sendiri, ketimbang di mana mereka melakukan publikasi, saya kira Anda kemudian bisa mulai membolehkan para peneliti untuk melakukan publikasi, di jurnal-jurnal yang menyediakan pelayanan yang lebih baik, akses yang lebih baik, rendah biaya, dan hal semacam ini. Jurnal yang sangat selektif menolak karya yang sangat baik dan sangat layak diterbitkan, tapi mereka menolaknya karena tidak menunjukkan unsur kemajuan yang signifikan, atau artikelnya tidak akan jadi headline, sebagaimana artikel tentang penyakit atau stem cell. Jadi artikel itu ditolak kemudian masuk ke jurnal lain, melalui serangkaian peer review yang lain, dan anda bisa jadi mengalami siklus ini berkali-kali. dan sebenarnya alasan diterbitkannya PLOS One sungguh untuk mencoba menghentikan hal semacam itu, siklus yang berputar, berputar menghabiskan waktu baik para ilmuwan, reviewer, maupun editor, dan pada puncaknya, tahu kan, merugikan sains dan masyarakat. waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jurnal peringkat atas dan mungkin malah tidak berhasil, dan kemudian pindah ke jurnal lain, mengurung bagian dari siklus riset itu dalam lingkaran waktu. Hal ini menjadi perhatian para penyandang dana riset yang membayar jutaan bahkan miliaran dollar untuk membiayai penelitian setiap tahun, agar penelitian itu nanti dapat diakses secara terbuka. Ada banyak jalan lain untuk sampai pada tahap ini, dan sudah banyak orang yang mengatakan, ayo lakukan secara bertahap, pertama, kita akan menciptakan apa yang disebut Akses Terbuka hijau (green Open Access), di mana Anda menyediakan akses ke konten tapi tanpa pengaturan hak guna yang melekat padanya. The Gates Foundation mengatakan, "Itu namanya setengah-setengah, jika Anda ingin melakukan ini, jangan setengah-setengah, laksanakan sepenuhnya." Dan sungguh saya bertepuk tangan untuk mereka karena tidak ingin mengambil langkah tengah. Mereka memiliki pandangan ke depan yang memadai dan, terus terang, memiliki pengaruh untuk mendesak agar hal ini terlaksana dengan benar sejak pertama. Dari prospektif Gate Foundation itulah kami dapat, melalui pendanaan kami, bekerja dengan penerima dana kami untuk mengatakan, "Ya, kami akan membiayai ini dan kami ingin Anda melakukan penelitian teknis dan ilmiah tertentu, dan mencapai hasil tertentu, tapi kami ingin Anda melakukannya dengan cara tertentu." Dan salah satu cara yang kami ingin orang-orang lakukan adalah memastikan hasil-hasil penelitian itu terbuka dan dapat diakses secara luas. dan, selain itu, kami ingin memastikan bahwa bukan hanya uang yang kami belanjakan secara langsung pada modal kami, dan sains dan teknologi baru yang membawa manfaat bagi orang-orang, tapi kami juga ingin melihatnya memiliki efek ganda sehingga informasi dan hasil-hasil penelitian yang kami danai menyebar untuk dimanfaatkan secara luas oleh komunitas ilmiah, komunitas akademisi untuk kemudian membangun dan memacu serta mengembangkan hasil-hasil penelitian yang kami capai. - Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika mendengar nama Elsevier? Ya Tuhan. He-he. Hmm, ya. Elsevier di Afrika itu sesuatu yang menyusahkan (a pain in the neck), karena harganya terlalu tinggi buat kami, mereka tidak mau turun. Ya, saya kira kita bisa mengatakan bahwa Elsevier itu sebenarnya kontributor yang baik bagi komunitas penerbitan. - Elsevier. Apa yang terlintas di pikiranmu? Well, memiliki tingkat laba yang sayang sekali, menurut saya tidak menyenangkan dan tidak dapat didukung, karena dalam pandangan universitas, tentu saja, semuanya berasal dari dana publik. Praktek lisensi mereka telah berganti beberapa kali, You know, jika kita lihat lisensi komersial atau penggunaan Elsevier dalam 10 tahun terakhir, Saya kira mereka telah banyak melakukan perubahan yang membuat mereka lebih ramah pada peneliti atau penulis. Jadi, jelas ada evolusi di sana. Para penerbit ini, ketika kita menerbitkan sesuatu di sana, ini dibiayai oleh departemen kita. Ini adalah uang rakyat. Jadi kita bayar mereka dengan uang, tapi mereka justru menutup diri. Saya tidak akan menyebut mereka aktor yang buruk. Saya kira mereka melakukan banyak hal yang baik dalam mendukung inovasi dan berbagai inisiatif lintas industri. Ada banyak alasan kenapa orang-orang menyoroti Elsevier sebagai penjahat. Lihatlah laporan tahunannya; semuanya online. laba mereka meningkat; dividen mereka naik; mereka benar-benar sukses; mereka meraup sekitar dua miliar pounds laba tahun lalu. Secara umum, apakah industri kita memperlakukan peneliti dengan baik? apakah kita bertindak efektif sebagai bidan yang bertanggung jawab atas lahirnya ide atau konsep ilmiah ini dan membuatnya dapat diakses di seluruh dunia serta mendistribusikan dan menginvestasikannya kembali di masyarakat? Saya akan mengatakan ya. Saya secara pribadi menganggap Elsevier datang membawa banyak penerbit buruk; beberapa di antaranya layak dan diterima, saya kira. Saya kira mereka juga telah banyak menciptakan inovasi cerdas di bidang penerbitan dan telah kita ambil manfaat pelajaran darinya. Saya ingat ketika saya pindah ke UC Press, Saya telah pindah sekitar 20 tahun dari penerbitan komersial ke dunia penerbitan kampus yang nir-laba, dan kelihatannya yang menjadi kekhawatiran seorang kepala staf mengira saya akan mengubah UC Press menjadi Elsevier. yang tentu saja tidak terjadi. Tapi saya... Secara serius, saya kira kita yang berada di dunia penerbitan non-profit sesungguhnya dapat belajar banyak dari para kompetitor besar. Saya bekerja di Elsevier selama setahun, jadi saya mesti menyatakan penolakan; Saya juga bekerja selama 15 tahun untuk masyarakat ilmiah yang nir-laba. dan saya adalah penerbit jurnal di kedua lingkungan tersebut. Keduanya lingkungan yang berbeda. Dan bagi saya, pandangan mengenai penerbit komersial terbentuk tapi pengalaman saya datang dari masyarakat ilmiah. Saya bekerja untuk the American Astronomical Society, di mana misi utama kami adalah mengantarkan sains ke tangan ilmuwan pada saat mereka membutuhkannya, sesuai dengan keinginan mereka. Saya pergi ke penerbit komersial. Saya direkrut oleh mereka; Saya kira saya akan melakukan hal yang kurang lebih sama. tapi ternyata itu pekerjaan yang sesungguhnya. Pekerjaan saya adalah mengelola serangkaian jurnal untuk mendapatkan margin laba tertentu. dan ini bukan pekerjaan yang saya suka, ini tidak cocok dengan nilai-nilai yang saya anut. Jadi saya kembali lagi ke penerbitan nir-laba. Saya kira ini bukan karena mereka mereka makhluk jahat, tapi target mereka adalah untuk mengembalikan laba kepada para pemegang saham. Mereka bukan lembaga yang berorientasi misi. dan itu tidak masalah; mereka perusahaan komersial. pertanyaan saya, saat ini, di abad ke-21 ketika kita memiliki mekanisme yang memungkinkan mengalirnya arus sains, apakah mereka membantu atau malah menyakiti? dan saya ingin melihat mereka menyesuaikan modelnya sedikit lebih membantu ketimbang mendatangkan mudarat. Tentu saja ada kritik yang dapat ditujukan pada Elsevier. Pasti ada kritik yang dapat ditujukan pada PLOS. Ada kritik yang dapat ditujukan pada tiap orang dan segala sesuatu. Saya tidak ingin menilai pembenaran kritik berdasarkan sasarannya. Saya mencoba membenarkan kritik berdasarkan kontennya. oh ya, baik, saya hanya ingin, memastikan seseorang menyampaikan ini. saya perlu menyampaikan seperti apa perusahaan Elsevier itu. Permusuhan yang sering kali mereka dapatkan, bukan semata karena uang; tapi tentang jenis perusahaan apa mereka ini, kan? Itu karena aksi yang sering mereka lakukan, mereka anti-perguruan tinggi. Jadi ketika mereka mengrim peringatan kepada, academia.edu, di mana akademisi mengunggah, file pdf artikel hasil riset mereka, kemudian mereka dipaksa untuk menghapusnya. Tentu saja ada tuntutan yang sama ditujukan ke Sci-Hub di tahun 2015. dan, ya, keduanya memang ilegal, tapi kaum akademisi tidak peduli; mereka tidak melihatnya seperti itu. Ketika saya mendapatkan surat teguran penarikan itu, saya tidak menerima surat teguran itu langsung dari Elsevier, mereka mengirimnya ke seorang pejabat di Princeton. Di surat teguran itu sendiri, hanya ada beberapa artikel yan tercantum dan ditulis oleh dua orang akademisi di Princeton. Sekarang, jika Anda lihat di website Princeton, mungkin ada ratusan kalau bukan ribuan, file pdf dari Elsevier. Lalu, kenapa mereka hanya menyorot sejumlah kecil artikel itu dan hanya pada dua peneliti itu? Saya tidak tahu pasti, tapi saya menduga mereka melakukan uji coba apakah ini berhasil atau tidak . Tak ada yang akan mencegah Elsevier melakukan penjelajahan web (web crawl), menemukan semua file pdf artikel mereka yg sudah terbit, dan melayangkan surat teguran penarikan secara masif kepada setiap orang yang melanggar perjanjian hak cipta mereka, tapi nyatanya mereka tidak melakukannya. Mereka bersikap seperti itu, menurut saya karena mereka mengambil langkah hati-hati. Mereka tidak ingin menciptakan gelombang kemarahan yang akan menghapus sumber tenaga kerja gratis yang mereka butuhkan. Jadi, ketika peristiwa itu terjadi, Saya berterima kasih kepada Princeton yang telah menekan balik mereka, dan mereka akhirnya mencabut surat teguran penarikan itu. Jadi saya kira mereka agaknya memahami apa akibatnya jika mereka benar-benar ingin melawan lembaga ilmuwan secara keseluruhan. Cara berpikir Elsevier sebagai sebuah organisasi sangat bertentangan dengan cara saya berpikir tentang bagaimana menurut akademisi tentang apa yang mereka lakukan. Kami mengajukan permintaan Freedom of Information (keterbukaan informasi) pada tiap perguruan tinggi di UK. Ternyata, pada tahun 2016, Elsevier mendapatkan 42 juta pounds dari universitas di UK. Penerbit terbesar berikutnya adalah Wiley; pendapatannya sekarang mencapai 19 juta. Elsevier, Wiley, Springer, Taylor and Francis, dan Sage, dia antara mereka mendapatkan sekitar setengah dari dari anggaran, dan sisanya menyebar. Elsevier khususnya adalah pelobi yang kuat. Di Uni Eropa dan di Washington. Mereka mempekerjakan staf yang pada dasarnya menjadi pelobi full-time. Mereka melakukan pertemuan rutin dengan pihak pemerintah di berbagai belahan dunia untuk menyebarkan pahamnya. Ada paham khas dari para penerbit itu, yaitu bahwa penerbitan memang sewajarnya sangat mahal karena penerbitan butuh karyawan, copy editor, agen humas, managing editor, dan lain-lain. Ada banyak di antara institusi akademik, yang berupaya menanggulangi biaya berat itu, ditawari membeli jurnal penelitian dengan model Big-Deal (sistem paket), yang berbeda dengan model berlangganan jurnal tertentu saja. Tiap institusi, hampir semuanya melakukan negosiasi, dengan tiap penerbit untuk mendapatkan akses ke semua tulisan hasil penelitian yang dimiliki penerbit atau bagian besar dari data itu. Ini biasa disebut dengan model Big Deal. Jadi, paket berlangganan lah yang banyak dipilih oleh perpustakaan karena kita bisa menghemat uang lebih banyak, jadi persis seperti berlangganan program TV kabel. Anda mendapatkan banyak program siaran; tapi tidak semuanya Anda suka. Tapi bila Anda hanya mau melanggan judul tertentu saja, harganya jauh berlipat ganda, dan Anda takkan mampu membayarnya. Jadi kita terikat kontrak dengan konten yang bisa jadi kita suka maupun tidak suka demi mendapatkan harga rendah. Tapi, mereka bisa saja menghilangkan konten tertentu dari paket tanpa pemberitahuan Jadi, kalau penerbit memutuskan itu mereka tidak mau vendor memasukkan judul tertentu dari paketnya, mereka bisa tarik kapan saja. Dan ini tidak berarti Anda bisa membatalkan kontrak; penarikan itu berarti Anda tidak bisa lagi mengaksesnya, dan kita tidak punya kendali untuk membatalkannya. Meskipun akses institusional ke hasil penelitian mutakhir berjalan seperti berlangganan TV kabel, kami menemukan bahwa perpustakaan sungguh memiliki peran yang nyata. Apa yang perlu kita temukan adalah alasan bagi kita untuk berperan penting bagi masyarakat peneliti. Bagaimana kita memiliki nilai tambah pada persoalan ini, meski kita tidak mampu memberikan bantuan atas naiknya biaya publikasi elektronik? Dan kami menyadari itu kami bisa melakukan itu dengan tetap menjadi pepustakaan berbasis koleksi cetak. - Anda tidak bisa menarik kabel untuk memutuskan akses pada jurnal cetak. - Tidak, kita tidak bisa. Tidak bisa. Dan jika listrik mati, iya kan, kita masih bisa mengaksesnya pakai lampu senter. Anda tidak perlu login atau jadi anggota untuk menggunakan perpustakaan kami. Kami terbuka bagi semua publik; meski pun kami dibiayai oleh swasta, kami tetap buka untuk publik. Anda tidak perlu login; tiap orang bisa akses. Di zaman moderen, tiba-tiba saja, sistem berbasis cetak kelihatan lebih bagus. Mungkin sebagian masalah kami ini terjerat negosiasi dijital sejak awal. Jadi, coba bayangkan pasar siaran TV kabel, di mana Anda tidak tahu dan Anda tidak boleh tahu apa yang dibayar oleh tetangga sebelahmu atas paket yang sama Anda beli. - "Berapa Anda bayar langganan HBO?" - "Saya tidak boleh memberitahu Anda, Saya telah menandatangani kesepakatan dengan Comcast." Perpustakaan, perguruan tinggi selalu mengalami ini. Penerbit komersial dapat menawan kita dengan apa yang disebut surplus konsumen. Mereka tidak perlu menentukan batas harga yang memaksimalkan pendapatan atau laba mereka dari keseluruhan pasar. Mereka bisa menegosiasikan batas harga itu dengan tiap institusi. Dan itu penting, ya kan, karena ini, seperti engkau membeli perawatan kesehatan dokter dapat melihat bisa melihat kemampuan finansialmu, lalu berkata misalnya, "Hmm baiklah, jika Anda menginginkan perawatan ini," dan, tahu kan, mereka tahu kamu orang kaya, "jadi biayanya, 500.000 dollar." Sementara jika Anda orang yang tidak memiliki banyak uang, mereka bisa membebankan biaya lebih rendah, tapi tentu saja masih dapat untung. Saya rasa, kurang lebih, seperti itu lah pasar penebitan berjalan, iya kan? Penerbit bisa melihat anggaran dana, betapa kayanya suatu institusi, berapa jumlah belanjanya, iya kan, dalam dekade yang lalu, lalu memasang harga sesuai dengan daya maksimalkemampuan kita berdasarkan perkiraan mereka. Ada banyak pilihan bagi perpustakan di sini. Perpustakan tidak harus menandatangani kontrak ini. dan perguruan tinggi negeri, seperti yang sudah dilakukan oleh University of Michigan dengan lebih transparan membuka apa saja yang kita beli dan berapa yang kita bayar. dan The Big Ten Academic Alliance (Aliansi 10 Perguruan Tinggi Besar), di mana kami jadi anggotanya, melakukan banyak hal yang transparan satu sama lain. Jadi, saya mencoba menguji transparansi The Big Ten. Sayangnya, yang saya temukan kurang lebih sama. Saya selalu simpati dengan pustakawan. yang berbaris melawan Elsevier, tapi respon saya selalu kepada mereka adalah "Batalkan." Anda tidak membatalkannya. "Kami tidak bisa mebatalkannya." Kamu bisa membatalkannya, tapi kamu harus melakukan pilihan itu, tapi tak satu pun melakukannya, sehingga mereka tetap kuat. Yah, dan saya kira begitulah begitulah proses negosiasi, ini masalah tradisional pengembangan koleksi di perpustakaan, ada banyak masalah. Tapi, ini persoalan negosiasi. Dan saya tidak melihat ada perubahan sama sekali, karena... - Bisakah universitas, seperti Rutgers, mengatakan pada orang lain apa yang mereka beli? - Tidak. Kami tidak bisa. - karena Anda terikat kontrak?? - Yah, maksud saya, begitulah cara kerjanya, lagipula, bukan wewenang saya untuk mengatakan tentang persoalan ini, tapi demikianlah cara kerjanya, dan begitulah cara kerjanya dengan semua penerbit. Tidak sama dengan yang Anda dengar. Tapi begitulah, saya tidak tahu dengan apa saya bisa membandingkannya, tapi begitulah cara kerjanya, jadi saya kira tidak akan ada perubahan mengenai ini dalam waktu dekat. saya memahami kenapa sebuah perpustakaan ingin mendapatkan keuntungan yang kompetitif, ingin menunjukkan bahwa mereka mendapatkan keuntungan ekonomis, mendapatkan bagian konten yang lebih besar. dan masing-masing perpustakaan sangat lah berbeda satu sama lain, dan sebagian benar-benar harus menunjukkan semacam nilai yang berbeda, tapi itu pilihan. Perpustakaan tidak harus menandatangani klausul rahasia. Ini sering dilakukan sebagai akibat dari apa yang disebut keunggulan kompetitif dalam jangka pendek, tapi dalam jangka panjang, ini bukan keunggulan kompetitif. Ini justru mengurangi transparansi harga dan meningkatkan resiko membayar lebih besar, sekaligus potensi membayar lebih sedikit. Ini tersembunyi secara fraktal, ya kan? Segala hal dari perniagaan ini tersembunyi di tiap level. Berapa harganya, siapa yang bayar, apa persyaratannya, dan ini sengaja dilakukan. Ini untuk mencegah penawaran kolektif, ya kan? dan semua ini pada pokoknya mempertahankan pasar yang benar-benar tidak adil. Ada beberapa orang yang meyakini bahwa ada cukup uang saat ini dalam penerbitan ilmiah. Hanya perlu dibagikan; kita tidak perlu lagi cari uang. Kita hanya perlu mengubah cara yang ada di sistem. Ada beberapa jurnal yang sedang berkembang menemukan bahwa meninggalkan paradigma meraih laba adalah hal yang bermanfaat Jadi, pada kasus Lingua/Glossa, Apa yang terjadi adalah komunitas peneliti ini memutuskan untuk berhenti sampai di sini, kemudian semua anggota dewan editor mengundurkan diri. Dan membuat jurnal lain yang berbasis nir-laba, Open Access, dan lain-lain. Tidak banyak gerakan seperti ini, tapi apa yang ditunjukkan adalah gerakan ini, sungguh membawa hasil, Sehingga seluruh komunitas, atau para pimpinan komunitas -karena seperti itulah pada dasarnya dewan editor- pimpinan komunitas memutuskan berhenti secara kolektif; semua yang ada di dewan editor mengundurkan diri kemudian mula membangun sebuah jurnal baru dengan dengan focus yang sama dan, dengan cara, kualitas yang persis sama, karena apa yang membuat sebuah jurnal berkualitas? Bukan cetakan dari penerbit. tapi karena pimpinan redaksi. dan dewan editor, yang membuat semua keputusan ilmiah. Nama saya Johan Rooryck, Saya professor di bidang Linguistik Perancis di Leiden University. Dan saya juga seorang editor jurnal. Pertama, saya telah menjadi editor selama 16 tahun di Lingua, Elsevier. Pada tahun 2015, kami memutuskan untuk meninggalkan Elsevier dan bergabung dengan jurnal Open Access berjudul Glossa, yang maknanya pada dasarnya sama karena Glossa adalah terjemahan bahasa Yunani dari Lingua dalam bahasa Latin, untuk menunjukkan adanya kelanjutan. Jadi, di organisasi Lingua dulu, kami terdiri dari lima editor, jadi sebuah tim editiorial kecil. Empat associate editor; dan saya sebagai editor eksekutif. kemudian kami memiliki dewan editor sekitar 30 orang. Saya telah menyiapkan ini dua tahun sebelumnya, Jai maksud saya, Elsevier tidak tahu sama sekali hingga kami kemudian membelot. jadi selama dua tahun, antara 2013-2015, saya sudah berbicara dengan beberapa orang di dewan editor, tapi, tentu saja, semuanya berada di bawah radar. Dan saya sudah sampaikan ke semua anggota tim editorial saya dengan mengatakan, "Saya sedang sibuk menyiapkan ini. Jika kita lakukan ini, apa kamu ikut atau tidak dengan saya, karena saya harus tahu Dan karena.. atau kita lakukan ini bersama, atau tidak." sambil saya menatap mata mereka langsung, dan mereka semua berkata, ya, kalau kau lakukan ini, kami ikut. Peralihan dewan editor Elsevier di Lingua ke jurnal Akses Terbuka Glossa menjadi preseden bagaimana sebuah jurnal yang sukses dan disegani bisa mengubah model bisninsnya tapi tetap mempertahankan kredibilitas khusus bidang ilmu, kualitas peer-review, dan dampaknya secara keseluruhan. Kita hidup dalam kultur yang memprioritaskan kebangkitan awal, inovasi, dan kewirausahaan. dan nyatanya, sekarang, ada sebuah perusahaan yang bisa melakukan inovasi di bidang literatur ilmiah, yaitu Google. Dan begitulah, Google hebat; Saya pakai Google untuk segala macam seperti sebagian besar orang, tapi saya menginginkan andai ada seratusan perusahaan yang berkompetisi untuk itu. Saya ingin jika institusi nir-laba dapat bersaing dengan mereka dan mencoba menciptakan alternatif dan mengatakan,"Tahu nggak, ini semestinya tidak menjadi produk komersial; mestinya menjadi utilitas." dan kompetisi semacam itu mustahil tanpa Open Access. kompetisi semacam itu diolah menjadi Open Access. Dan Anda saksikan ini dari penerbit komersial besar, Anda tahu mereka memahami bahwa hal ini merupakan argumen penting. Mereka meletakkan pipet minuman kecil dan menyedot serpihan-serpihan kecil konten yang bisa Anda tambang teks-nya. Kita bisa membuat mobil yang bisa mengemudikan dirinya sendiri. Apakah Anda menjelaskan ke saya bahwa kita kita tidak bisa mengolah literatur lebih baik? Jika mobil bisa mengendalikan dirinya sendiri karena kekuatan komputasi yang kita miliki tersedia, dan ada banyak perusahaan yang bersaing untuk membuat mobil yang mengemudi sendiri maka ada pula untuk mengelola literatur biomedis dan membantu kita menentukan obat mana yang cocok dikonsumsi. Itu konsekuensi langsung literatur yang tertutup. Itu lah persoalan mendasar. Kita mulai memperjuangkan di Kongres hak akses pembayar pajak pada hasil penelitian yang didanai pajak. Respon yang paling umum kita terima dalam kunjungan resmi kami yang pertama, "Maksud Anda publik belum memiliki akses ke hasil penelitian ini?" Sepertinya, ada ketidakpercayaan di kalangan pembuat kebijakan. Bagi mereka yang terlintas di pikiran adalah 'ini persoalan sepele'. Para peneliti ingin karya mereka dibaca. Mereka ingin memajukan penemuan dan inovasi. Dan ketika saya meluangkan banyak waktu untuk memperjuangkan kenapa karya ilmiah mesti terbuka atau tertutup, akhirnya, kasus yang sebenarnya adalah, apakah kita menginginkan inovasi, atau tidak ingin inovasi? Dan saya pikir ada kasus yang jelas mengenai keterbukaan untuk membuka inovasi. Kita menyaksikan ada banyak penolakan keras daya cipta dari penerbit yang berkepentingan. Tapi saya kira ada juga faktor generasi di sini. Saya kira bagi generasi muda ilmuwan, mahasiswa, akademisi, model lama tidak masuk akal lagi. Publik mestinya malu membiarkan model seperti itu masih ada. Sekarang kita memiliki, serangkaian perangkat untuk menyebarkan pengetahuan, termasuk penelitian ilmiah, dengan cara yang tidak bisa kita lakukan 20 tahun lalu. Saya melihat penanganan kita di sektor akademik, dan dengan itu, saya mengacu secara khusus ke penerima dana kita, jadi kita sediakan dana untuk institusi akademik, dan secara tidak langsung kepada para akademisi dan ini berhasil, sungguh berhasil. Ada banyak apresiasi terhadap peran Open Access bagi hasil penelitian mereka. Mereka melihat ini sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi mereka bisa mengakses informasi, data, dan seterusnya yang dihasilkan oleh orang lain, dan karena itu sungguh menyenangkan konsep informasi dengan data terbuka dan dapat dikases. Saya tidak pernah yakin oakan solusi yang tepat. sebenarnya, ketika saya bicara dengan penerbit, saya pikir, "Bolehkah saya lakukan ini? Atau tidak bolehkah saya melakukan ini?" Ada banyak sekali pertanyaan tentang hak cipta; Ada banyak sekali pertanyaan tentang kekayaan intelektual; Ada banyak sekali pertanyan tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh penulis jika mereka memutuskan untuk menerbitkan tulisan dengan jurnal tertentu. Rasanya banyak sekali pertanyaan pada tiap interaksi. Salah satu outlet yang efektif dan efisien menyalurkan pengetahuan adalah Sci-Hub, yang senantiasa menghubungkan orang secara langsung dengan pengetahuan yang mereka butuhkan, ketika mereka butuh, secara gratis. Anda tahu, kita yang bekerja di bidang komunikasi ilmiah banyak menulis, iya kan, sungguh perlu melihat Sci-Hub bagai sebuah colekan di pinggang dan seakan mengatakan, "lakukan lebih baik." Kita perlu melihat ke Sci-Hub sambil berkata, "Apa lagi yang bisa kita lakukan dengan infrastruktur yang sudah kita bangun untuk mendistribusikan artikel jurnal, mendistribusikan pengetahuan?" Karena Sci-Hub sudah memecahkan kodenya, iya kan? Dan mereka melakukannya dengan mudah. Dan saya kira kita perlu melihat apa yang terjadi di Sci-Hub, bagaimana ia berevolusi, siapa yang menggunakannya, siapa saja yang mengaksesnya, dan menjadikannya pelajaran bagi kita tentang hal apa lagi yang bisa kita lakukan. Halo, nama saya Alexandra Elbakyan dan saya pendiri proyek Sci-hub Saya kira pertanyaan semacam "colekan di pinggang" atau seperti yang orang lain katakan, sebuah gejala adanya sesuatu yang salah, mereka mengecilkan pentingnya Sci-Hub Sebelum Sci-Hub, sebagian besar publikasi ilmiah, berarti puluhan juta, terkunci Sci-Hub menyediakan akses ke massa pengetahuan yang luar biasa, Sci-Hub membuatnya terbuka dan Sci-Hub menjadi proyek pertama yang menyediakan ke publik dan akses massal ke sumber ilmiah utama Orang-orang menggunakan website seperti Sci-Hub, dianggap sebagai pembajak penerbitan ilmiah. Bagai Napster-nya penerbitan ilmiah. Saya tahu mereka telah melalui pertikaian hukum dengan Elsevier yang menutup mereka, tapi mereka buka lagi dengan website yang lain. Sci-Hub masih jalan dan aktif bahkan semakin populer dari sebelumnya. Jadi, jika saya mesti memberi saran kepada mahasiswa pasca, atau orang yang tidak punya afiliasi dengan institusi yang menyediakan akses ke jurnal, Sci-Hub adalah sumber yang sangat bagus, menyediakan akses gratis. Banyak orang tidak merasa bersalah menggunakan sumber ini persis seperti saat Napster muncul, karena industri saat ini berbuat kelewatan terhadap orang-orang yang membaktikan dirinya dan melakukan penelitian yang hebat, lalu mereka dimanfaatkan. Jadi, mengambil manfaat dari penerbit dan mengambil artikelnya secara gratis yang sesungguhnya digunakan untuk mendidik dan mengembangkan segala sesuatu untuk kepentingan publik, merupakan balasan yang ingin dilakukan oleh banyak orang. Dan saya sama sekali tidak keberatan dengan ini. Pada tahun 2017, ada sekitar 150 juta download publikasi limiah [di Sci-Hub] Cina berada di urutan teratas dengan 25 juta download dan berikutnya adalah India dengan 13 juta download USA, Brasil, Iran, Perancis, masing-masing 4-10 juta download artikel ilmiah. Saya suka aksi itu yang saya anggap sebagai pembangkangan masyarakat. Saya kira ini penting. Saya kira inilah momen di mana kita bisa, mestinya ada diskusi tentang ini, dan saya khawatir diskusi tentang keterbukaan tidak akan membawa perubahan. Tetap saja, sebagaimana yang kita dengar, Sci-Hub sama dengan iblis. Sepertinya, harus begitu. Sci-hub pada dasarnya illegal. Itu jelas aktivitas kriminal, lalu kenapa semua orang menganggap wajar mengambil hak milik intelektual orang dan mencurinya begitu saja? Itu yang mengganggu pikiran saya. Ini bukan sekedar soal kenapa orang-orang tidak memiliki akses. Ini bahkan digunakan oleh orang-orang yang ada di institusi yang memiliki akses, karena Sci-Hub bekerja dengan cara yang sangat sederhana dan efisien. Apa yang ditunjukkan oleh Sci-Hub adalah tingkat frustrasi di kalangan sebagian besar akademisi terkait berapa kali mereka terbentur paywall (pembayaran). Kebanyakan yang saya lihat orang menyampaikan keberatannya karena Sci-Hub melanggar hukum. Jadi, Anda lihat, mereka tidak mempersoalkan orang yang mencuri dari penerbit ilmiah; mereka mempersoalkan pelanggaran hukum formal. Dan menurut sebagian orang, secara umum seseorang tidak boleh melanggar hukum, meskipun hukumnya tidak masuk akal Saya merasa kita berada di persimpangan, kita berada dalam periode selingan, dan sebaliknya orang-orang menginginkan ini berlalu dengan mengatakan, "Tahu tidak? Tak seorang pun dari kita yang benar-benar tahu apa yang akan terjadi dalam 15-20 tahun mendatang." Apa yang kita tahu adalah bahwa kita berada di pinggir jurang di mana industri musik tumbang oleh Napster. Itu yang ditunjukkan Sci-Hub menurut saya. Tidak akan ada tuntutan bagi Sci-Hub andai kita berhasil atau jika industri penerbitan sukses, iya kan? Bisa dikatakan, apa yang kita lakukan adalah menciptakan kondisi di dua sisi, ya kan? kita dan industri penerbitan hingga saat ini. Jadi, Anda tahu, sekarang Anda lihat bagaimana potensi sebuah sistem memungkinkan Anda menemukan artikel apa saja. Saya telah menggunakan Sci-Hub untuk mengumpulkan artikel ayah saya. Ayah saya meninggal tahun ini, dia salah seorang penerima Nobel atas karyangan tentang perubahan iklim. Saya telah mencoba mebuat arsip untuk semua karyanya sehingga saya bisa mewariskannya ke anak saya, ya kan. Tapi saya tidak sanggup! Biayanya sekitar puluhan ribu dollar. Saya kira saya bukan satu-satunya orang yang butuh artikel. Saya bukan satu-satunya orang yang melakukan cara ini. Saya tidak mencoba mendistribusikan ulang artikel-artikel ini, ya kan? Saya hanya mencetaknya. Kemudian membundelnya untuk anak saya, ya kan? Jadi dia bisa kenal kakeknya, apa yang dilakukan kakeknya, karena di tidak akan ingat. Itulah kegagalan pasar. Kegagalan pasar yang luar biasa. Prioritas akan berubah. Dan saya yakin Elsevier adalah perusahaan yang penuh dengan orang-orang pintar, yang ingin penemuan baru lahir, tapi tidak punya ide yang lebih baik tentang bagaimana menghasilkan uang di tengah keadaan ini. Dan, sayang sekali bagi mereka, Internet menjadi latar belakang runtuhnya para penjaga gerbang ini. Mereka penjaga gerbang, dalam beberapa hal, berdiri di antara, penelitian dan penemuan baru. Elsevier selalu menjadi penerbit paling populer di Sci-Hub ini berarti, sebagian besar artikel yang di-download oleh pengguna, dari situs Elsevier, Science Direct. Mengenai perusahaan itu sendiri, saya suka slogannya Making Uncommon Knowledge Common [membuat pengetahuan yang tidak umum menjadi umum], berlebihan. Tapi setahu saya, Elsevier tidak menjalankan tugas ini dengan baik Malah Sci-Hub yang membantu mereka, sepertinya, untuk mencapai missinya itu Jika riset seseorang terhalang paywall, dan menghalangi saya melakukan riset di bidang itu sepanjang hidup saya, berapa lama lagi kita harus menunggu orang lain untuk dapat mengambil langkah evolusioner itu? Kadang-kadang, inovasi itu terkait orang yang tepat di ruang yang tepat, dan di waktu yang tepat. dan apa yang dilakukan paywall adalah memastikan kecilnya kemungkinan orang yang tepat berada pada tempat yang tepat pada waktu yang tepat untuk menyelesaikan persoalan. Setelah berbagai upaya dilakukan Elsevier menolak turut serta dalam film ini Transkrip Inggris: Elena Milova, Joshua Conway, anggota anonim lifespan.io Sinkronisasi: Giannis Tsakonas Terjemahan BI: Tim Sains Terbuka Indonesia