Inilah The State of Things.
Saya Frank Stasio.
Banyak penelitian ilmiah yang
dibiayai dengan dana masyarakat,
tapi akses publik sering kali
terbatas oleh mahalnya biaya (paywall).
Sementara, beberapa perusahaan
penerbitan ilmiah memiliki margin keuntungan
yang lebih tinggi dari perusahan besar
seperti Walmart, Google, dan Apple.
Tapi saat ini ada gerakan yang sedang berlangsung
yang dapat menyurutkan gelombang pasang ini.
Paywall
Bisnis Pengetahuan
Universitas itu tentang
mendidik manusia,
dan tiada alasan sama sekali untuk
menjauhkan informasi dari orang banyak.
Tidak ada yang diperoleh
selain uang, dan kekuasaan,
dan segala sesuatu, yang sebagai manusia,
semestinya kita tolak.
Banyak uang?
Banyak uang!
Banyak uang. Ini bisnis yang sungguh besar.
Bisnis miliaran dolar.
Penerbitan akademik adalah industri yang menghasilkan
25,2 miliar per tahun.
Jurnal dari Elsevier ini, Biomaterials
menghabiskan biaya sekitar 10.702 dollar
untuk berlangganan digital per tahun
Apakah biaya sebesar itu membawa manfaat?
Sulit untuk mengatakannya.
Pada tahun 1995, majalah Forbes meramalkan bahwa
riset ilmiah akan menjadi korban pertama Internet
Akademisi itu progresif, dan jurnal pasti
akan kehilangan pendapatan dengan mengawinkan model dijital.
23 tahun kemudian,
ternyata hal ini tidak terbukti kebenarannya.
Saya kira satu hal yang kita pelajari
dari sejarah
manusia benar-benar buruk
dalam meramalkan masa depan.
Dan ini adalah sesuatu yang
media, suka lakukan,
dan orang-orang yang mengkonsumsi media
suka membacanya. Ini menyenangkan, ini ...
Kami mohon maaf.
Anda tidak memiliki mandat
untuk mengakses film dokumenter ini.
Silakan lihat opsi pembayaran di bawah ini.
Industri penerbitan ilmiah menghasilkan laba margin
sekitar 35 hingga 40 persen.
Dan pada tahun yang berbeda
kompilasi saya telah melihat ini,
Dan tahu tidak? Walmart
mendapatkan sekitar 3%,
dan Walmart seperti para iblis ini,
adalah raksasa bagi sebagian besar orang.
Dan itu hanya 3 persen, dibandingkan dengan 35 persen.
Maksudnya, sekarang saya bisa berbalik sikap
bahwa Walmart ternyata tidak seburuk itu
dibandingkan dengan para pelaku bisnis ini
di bidang industri lain.
Tahu tidak, industri manajemen kekayaan
sekitar 21%, Toyota sekitar 12%.
Bagaimana bisa semua industri ini
menghasilkan begitu besar margin laba
ketika tidak ada input
yang mesti mereka bayar?
Perusahaan mana
yang Anda bandingkan
dengan margin laba semacam itu,
Yang 32-35 itu?
Sejujurnya saya tidak pernah dengar
ada perusahaan
yang memiliki margin laba sebesar itu.
Di sebagian besar jalur lain,
jalur bisnis dan perusahaan normal,
margin laba semacam itu adalah tanda
adanya logika monopoli di tempat kerja.
Meskipun orang-orang yang tidak berkecimpung
di dunia akademis mungkin tidak banyak membaca artikel ini,
mungkin tidak menganggapnya bermanfaat,
mereka tetap mahalnya.
Uang Anda masuk ke pemerintah
yang kemudian memberikan subsidi ke universitas,
yang kemudian menyediakan dana ke perpustakaan,
yang sesuai dengan biaya berlangganan.
Jurnal dan para penerbit
akan mengambil uangmu.
Baik Anda maupun tetangga Anda,
semua orang membayar ke sistem.
Dan orang-orang yang paling menguntungkan
adalah penerbit.
Setiap orang berhak mendapatkan laba.
Tapi bagaimana bisa jurnal, jurnal!
memiliki margin laba yang lebih besar
dari beberapa perusahaan besar teknologi
Nah, penerbitan memang menguntungkan
karena para pekerjanya tidak dibayar.
Maksud saya, di industri lain,
saya kira tidak ada,
di mana pekerja utama,
dalam hal ini, para penulis, mitra bestari/reviewer,
tidak dapat bayaran apa-apa?
Margin laba dalam banyak hal
di dunia penerbitan sungguh tiada duanya,
dan beberapa tahun lalu, saya membandingkannya dengan Facebook,
kemudian saya menyadari ternyata keuntungan mereka hampir sama
dari sekian perusahaan perangkat lunak yang paling sukses
saat ini dalam hal margin laba.
Dan tentu saja, Facebook punya
skala yang hampir tak terbatas
dan tak diragukan lagi tidak ada perusahaan lain
yang lebih berhasil dalam lima atau sepuluh tahun terakhir.
Jadi, penerbitan itu sangat menguntungkan, dan
karena itu, para penerbit
tidak terburu-buru melihat dunia berubah.
Muncul pertanyaan besar
mengapa marginnya sangat tinggi,
misalnya, 35 persen lebih tinggi
dari margin Google; Apa yang sedang terjadi di sana?
Ya, dan tahu nggak, itu hanya
karena kekuatan harga.
Anda, jika Anda Elsevier, misalnya,
Anda memiliki akses eksklusif;
Anda menjual aliran
konten ke universitas.
Dan tahu nggak, itu tidak seperti kalau Anda
pergi ke supermarket
misalnya, jika ada sekaleng bir
yang terlalu mahal, lalu Anda bisa memilih yang lain.
Ini tidak seperti pustakawan universitas yang bisa mengatakan,
"Baiklah, karena artikel Elsevier terlalu mahal,
tahun ini kita hanya akan melanggan Wiley. "
Anda membutuhkan semuanya.
Jadi Anda bisa mengisi daya
benar-benar sebanyak yang Anda inginkan,
dan perguruan tinggi jarang
yang benar-benar menolak.
Mereka mungkin pura-pura menolak, tapi
kenyataannya para dosen mesti memiliki akses,
dan itu posisi yang sangat kuat
untuk bisnis ini.
Ini masalahnya di pasar.
Pasar memamerkan apa
yang disebut orang resiko moral (moral hazard),
yang tidak ada kaitannya
dengan moralitas, ini istilah ekonomi.
Resiko moral muncul
ketika pembeli barang
bukan konsumen dari barang itu.
Jadi, apa yang dimaksud barang di sini,
di pasar penerbitan tradisional?
Akses, tahu nggak,
akses baca.
Konsumen adalah orang-orang seperti saya
yang ingin membaca artikelnya,
pembeli, bukan saya,
Saya sendiri tidak berniat berlangganan jurnal.
Perpustakaan Harvard menghabiskan banyak uang
uang berlangganan ke sejumlah besar jurnal.
Jadi, saya tidak peka terhadap jurnal-jurnal ini,
Karena saya tidak harus membayar tagihan.
Uang itu nyata. Iya kan?
Penerbitan ilmiah
untuk jurnal adalah industri
dengan pendapatan 10 miliar per tahun.
Ini bukan uang sedikit.
Ini jumlah uang yang signifikan.
Jika Anda berpikir margin laba yang sebesar
30 hingga 40 persen diambil dari situ,
bisa dikembalikan
ke lembaga riset,
baik untuk membantu pengembangan sains,
atau membantu universitas,
dan, mempekerjakan lebih banyak peneliti,
membayar dosen lebih banyak,
membuat kuliah lebih terjangkau,
maka aspek finansial ini merupakan gejala
betapa tidak berpihaknya
model komersial ini
dengan upaya untuk tetap relevan
dengan pengelolaan riset.
Biasanya kita tidak memikirkan
adanya hubungan
antara laba
perusahaan semacam itu, di satu sisi,
dengan semakin meningkatnya
biaya kuliah di perguruan tinggi
tetapi ini mesti ada hubunganya ke situ.
Kami tidak berbicara tentang
masalah marjinal.
Kami tidak berbicara tentang
masalah internal para ilmuwan.
Kami sedang berbicara tentang
masalah sosial yang sangat mendasar.
Apa yang akan menjadi masa depan masyarakat kita?
Harga jurnal telah
meningkat jauh di atas tingkat inflasi
dan jauh di atas
tingkat pertumbuhan anggaran perpustakaan.
Tidak hanya bertahun-tahun,
tetapi selama beberapa dekade.
Dan ini adalah bencana besar.
Sepuluh jam yang lalu,
Anthem College ditutup.
Saint Joseph College akan
menutup pintunya.
Terjerat utang, Dowling College
juga akan menutup pintunya.
Penutupan mendadak membuat para dosen
kehilangan pekerjaan
dan ribuan mahasiswa
berebut mencari perguruan tinggi lain.
Kalangan akademi
belum benar-benar mengevaluasi
biaya penuh
komunikasi ilmiah.
Sungguh anggaran perpustakaan
telah menanggung beratnya beban itu,
dan kita sering harus pergi
menadahkan tangan ke bagian administrasi
untuk meminta penambahan anggaran untuk jurnal,
khususnya jurnal sains, teknologi,
kedokteran,
yang baru saja mengalami
peningkatan harga yang pesat
untuk alasan apa pun
penerbit dapat mengklaim untuk itu.
Dan agar keuntungan meningkat,
Kelangkaan harus dipertahankan.
Selamat datang di dunia penelitian
yang terhalang paywall (pembayaran).
- Pernahkah kamu terbentur paywall?
- Tentu saja.
Saya pasti kena paywall.
Saya sering kena paywall.
- Pernahkah Anda kena paywall?
- Oh, ya.
Saya kena paywall.
Cukup sering, saya kena paywall, ya.
Ketika saya masih mahasiswa,
Saya tentu kena paywall.
Saya sering kena paywall.
- Bagaimana perasaanmu?
- Saya merasa sangat kesal.
Mahasiswa lulus,
meraih gelar Master mereka,
masuk dalam
pusaran perusahaan
lalu tiba-tiba mereka menyadari,
bahwa mereka tidak memiliki
akses ke hasil penelitian
yang mereka butuhkan karena mereka tidak
lagi berafiliasi dengan universitas.
Mereka datang mengetuk pintuku. Dan
Saya harus memberi tahu mereka, bahwa, sebagai pustakawan,
Saya berada dalam posisi canggung ini,
bahwa saya harus memblokir pengguna yang bukan anggota
untuk mendapatkan akses ke penelitian yang didanai oleh publik.
Dan itu sepenuhnya bertentangan dengan misi
perpustakaan dan pustakawan.
Jadi hal ini sungguh mengherankan.
Apakah Anda memperkenalkan
sedikit tentang diri Anda?
Saya Dwight Parker,
saya sedang
menempuh kuliah program PhD di bidang psikologi pendidikan,
Saya memutuskan bahwa saya perlu
istirahat dulu dari kuliah,
lalu saya jualan mobil.
Saat saya kuliah,
Saya memiliki akses ke banyak hal,
tetapi begitu Anda berada di luar
misalnya Anda, sumber daya yang sama itu
tidak terbuka untuk Anda;
setidaknya mereka tidak melakukannya pada saya.
Di dalam, ya,
psikologi pendidikan adalah milikku,
dan sebagian besar penelitian yang dilakukan
didanai oleh pemerintah,
jadi uang pembayar pajak itu
mendanai penelitian,
yang mereka harus bayar untuk mengaksesnya,
hal yang tidak masuk akal.
- Maksud saya, ini tidak masuk akal.
- Tentu saja.
Belum lagi, itu adalah barang publik.
Maksud saya, penelitian ilmiah tertentu.
Saya harus bisa mengakses
penelitian itu secara bebas.
Maksudku, saya tidak punya 79,99 dolar atau ...
untuk mengaksesnya.
Tidak dengan menjual mobil.
Bahkan mobil paling keren yang pernah ada.
Jika saya bekerja untuk Elsevier,
Saya mampu membelinya.
Ya, atau salah satunya.
Maksud saya, itu seperti ...
Bagaimanapun. Kamu tahu. Kalian melakukannya,
Anda tahu, itu sangat ...
uang itu merusak
semuanya, iya kan?
Anda punya uang, Anda punya
pemerintah, dan semua orang ...
dan seakan-akan sains telah hilang.
Sejujurnya, sains telah hilang.
Istri saya mengidap
emboli paru.
Dan mereka tidak tahu pasti kenapa.
Dan tidak ada lagi yang memastikan
mengapa dia mengalami emboli paru.
Penyebabnya bisa apa saja,
dan saya mulai melakukan hal yang mesti saya lakukan,
yaitu menelusur di internet
dan mulai melakukan penelitian.
Dan Anda terhalang oleh semua paywall penelitian medis ini
di mana orang melakukan studi tentang emboli paru ini,
dan saya tidak mampu membelanjakan uang
untuk membaca makalah penelitian
hanya untuk mengetahui bahwa artikel ternyata tidak relevan
padanya. Relevan dengan keadaan kita.
Mungkin terjadi. Mungkin juga tidak.
Tapi tidak ada informasi yang cukup
bagi saya untuk memastikannya!
Tapi itu bisa menyelamatkan hidupnya!
Alasan kita melakukan riset
adalah bahwa kita berusaha memecahkan masalah
masalah-masalah di dunia.
Kita mencoba menyembuhkan penyakit;
Kita mencoba mencari tahu
tentang air bersih,
kita mencoba untuk mencari tahu
bagaimana cara membuat kemiskinan menjadi nol.
Kita mencoba untuk benar-benar menghilangkan
penyakit tertentu untuk selamanya.
Dan, jika Anda ingin melakukan itu, kita harus
memastikan bahwa setiap orang memiliki akses.
Bukan hanya negara kaya,
bukan hanya orang yang memiliki gelar Ph.D.
tetapi semua orang mendapat akses
untuk membaca penelitian ilmiah,
memikirkan tentang hal itu, kemudian turut serta
menyumbangkan ide-ide mereka.
Dan ketika sebagian besar masyarakat
tidak memiliki akses ke penelitian,
maka kesempatan kita untuk menyelesaikan masalah besar
secara signifikan lebih rendah.
Penerbit telah menjadi
bagian dari kurasi dialog ilmiah
selama berabad-abad.
Dan, dalam hal ini, mereka berkedudukan sangat penting.
Pada saat yang sama, kita memiliki populasi
global, yang sebagian besar
tidak memiliki akses ke penelitian
tentang perkembangan mutakhir
dari bidang sains, kedokteran, budaya,
teknologi, ilmu lingkungan.
Dan dihadapkan dengan prospek mencoba
memahami dunia tanpa akses
ke pengetahuan yang terbaik tentang itu.
Dan, dalam hal tertentu, ini tragis.
Universitas-universitas di Barat punya
dana yang sangat besar untuk perpustakaan mereka,
jadi, mereka berada di ...
mereka memiliki kapasitas untuk membeli jurnal,
memberi akses kepada siswa mereka.
Namun, dalam konteks negara berkembang,
perpustakaan benar-benar miskin.
Jadi, akhirnya Anda harus melakukan semuanya
sendiri tanpa dukungan apa pun
dari universitas atau perguruan tinggi.
Dan bahkan jika Anda mencoba mendekati
dosen atau profesor Anda,
Anda mendapat jawaban yang sama,
bahwa "kami pun melakukannya dengan cara yang sama,
jadi Anda harus melakukannya
dengan cara yang sama juga. "
Jadi, ini terus berjalan, dan kita tidak mendapatkan
hasil nyata dari situ.
Jadi, penelitian saya lebih banyak
dalam bidang fisika yang sangat mendasar.
Relativitas yang spesifik, di sana.
Dan kebanyakan makalah ini,
sekali lagi, adalah
"Anda harus membayarnya."
Saya akan mengatakan saya tidak akan pernah
membayar makalah apa pun,
terutama dalam bidang ekonomi Venezuela,
saat ini, bahkan lebih buruk, sayang sekali.
Tetapi bahkan ketika saya masih
menjadi mahasiswa di sana, Anda mesti
menggunakan kartu kredit
dan membeli sesuatu dari Internet.
Jadi, dari kurangnya akses,
sebuah gerakan bermunculan.
Dan gerakan itu disebut Open Access
(Akses Terbuka).
Dalam bentuknya yang paling sederhana,
Open Accesss adalah,
Anda tahu, gratis dan
akses tanpa hambatan ke informasi.
Sangat sederhana, ini adalah cara untuk
mendemokrasikan informasi.
Ini untuk mengurangi perbedaan
dan untuk mengedepankan kesetaraan.
Ada banyak akademisi di luar sana
yang bisa membangun dari penelitian
yang sudah ada sebelumnya jika memang ada
akses ke semua penelitian.
Anda mungkin memiliki beberapa pikiran besar
dari generasi kita
yang tinggal di Republik Afrika Tengah yang
tidak memiliki akses ke konten apa pun.
Jadi, apa yang bisa mereka bangun dari sini;
bagaimana mereka dapat membantu menggerakkan hal lebih maju dan lebih cepat?
Dan saya pikir inilah yang dimaksud
Open Access.
Hal ini memungkinkan orang yang menginginkan
akses ke pengetahuan
untuk memiliki akses ke pengetahuan
dan membawanya lebih maju.
Saya kira saya memiliki semangat
untuk Open Access sangatlah bagus.
Yang menjadi kekhawatiran saya adalah
saat seseorang memiliki
semangat untuk Open Access
lalu membuat mereka tidak mau memikirkan
biayanya,
serta manfaatnya.
Saya khawatir jika Open Access kemudian
menjadi sebuah agama
atau ketika itu menjadi sesuatu yang keramat,
yang mengharuskan Anda untuk mencintai
apa pun yang ditempatkan di situ.
Jika kita kehilangan kemampuan kita, atau
yang lebih buruk lagi, kesediaan kita untuk berpikir kritis,
untuk berpikir secara kritis dan analitis
tentang model Open Access
seperti yang kita lakukan tentang model akses berbayar,
maka kita tidak lagi berjalan
di alam akal dan sains;
kita sekarang berjalan di ranah agama.
Dan saya sendiri orang yang religius,
Saya tidak berdaya melawan agama,
tetapi penting untuk tidak mencampuradukkannya
dengan sains.
Saya bisa melihat sebabnya,
terutama jika Anda berada di sisi lain,
itu akan tampak religius.
Ada banyak keyakinan pastinya, bukan?
Ini adalah gerakan berbasis keyakinan
bagi sebagian besar orang.
Tetapi sebagian besar karya utama dari
gerakan ini berasal dari literatur biomedis.
Dari orang tua yang tidak dapat mengaksesnya, bukan?
Dari anggota keluarga yang tidak dapat mengaksesnya.
Dan sesuatu yang melibatkan unsur saksi
dan kesaksian itu religius,
setidaknya kesannya begitu, kan?
Dan ada kekuatan nyata dalam saksi dan kesaksian,
yng merupakan bagian dari gerakan evangelis.
Dan kita bisa terlibat obrolan serius
tentang inovasi,
atau saya dapat memberi Anda kisah emosional;
mana yang lebih viral?
Pergerakan harus melibatkan berbagai hal, bukan?
Pergerakan lebih besar dari organisasi;
mereka lebih besar dari orang
ketika mereka bekerja, iya kan?
Itulah mengapa mereka bekerja: mereka ikut
dalam longsoran yang bergulir ini.
Bagi saya, mengapa saya
melakukan ini karena adanya
manfaat untuk efisiensi penelitian.
Saya ingin melihat peningkatan
efisiensi penelitian secara keseluruhan.
Itulah tujuan saya secara keseluruhan.
Jika Anda katakan, sains tertutup adalah cara untuk
melakukan itu, saya akan mendukung sains tertutup.
Tetapi efisiensi penelitian itu
seiring dengan peningkatan kualitas,
peningkatan inklusivitas, peningkatan keragaman,
peningkatan inovasi.
Hanya dengan memiliki lebih banyak orang yang
dapat melakukan sesuatu adalah suatu keuntungan.
Kita memiliki masalah besar untuk dipecahkan.
Saya banyak terlibat,
terlibat secara mendalam
di masa awal
Open Access dalam bidang ilmu hayat.
Dan harapan kami adalah Open Access tidak
hanya membawa perubahan akses yang sangat signifikan;
kelihatannya benar-benar gila
bahwa sebagian besar penelitian tidak tersedia
bagi sebagian besar orang yang membutuhkannya.
Saya pernah berkunjung ke Universitas Belgrade
beberapa tahun yang lalu,
dan saya bertemu dengan mahasiswa pasca
sebelum kuliah saya,
dan kami keliling
di sekitar ruangan
berbicara tentang apa
yang dilakukan setiap peneliti,
apa yang sedang mereka kerjakan
untuk tesis mereka.
Dan hampir semua orang di ruangan itu
melakukan kognisi implisit.
Dan itu luar biasa bahwa ada
begitu banyak mahasiswa
bekerja di bidang penelitian tertentu,
dan aku berkata,
"Mengapa kalian semua melakukan ini? Bagaimana itu
menjadi ini menjadi bidang yang sangat populer? "
Dan tanggapan langsung mereka adalah, yah,
"Kami dapat mengakses literatur di area ini."
"Maksud kamu apa?" Saya bilang.
"Yah, karena ada karya dari semua
peneliti terkemuka di bidang Anda,
Anda semua meletakkan dokumen Anda secara online.
sehingga kita dapat menemukannya.
Dan kita bisa tahu apa yang terjadi
saat ini dari literatur ini
yang tidak bisa kami akses
dalam sub-disiplin lainnya."
Saya terpesona oleh itu, kan?
Bahwa mereka membuat beberapa keputusan tentang apa
apa yang akan mereka teliti berdasarkan apa yang bisa mereka akses.
Ketika saya
memimpin Perpustakaan
dan kami telah melakukan
pemotongan besar dalam anggaran langganan jurnal kami
karena keterbatasan anggaran,
hal yang sama yang dilakukan oleh perpustakaan lain,
dan kami melakukan serangkaian diskusi kelompok untuk
untuk melihat bagaimana orang mengatasinya.
Dan salah seorang yang sangat berkesan
bagi saya adalah seorang mahasiswa muda M.D. Ph.D.
ketika dia berbicara dengan pembimbingnya.
Dan pembimbingnya itu berkata:
"Ini adalah bidang yang menarik.
Bacalah bidang ini secara luas. "
Dan dia berkata, "Jadi, saya harus membaca secara luas,
tetapi saya menyadari bahwa kemampuan saya untuk membaca secara luas
dibatasi oleh akses yang saya miliki.
Dan oleh karena itu topik disertasi saya akan bergantung
pada apa yang mampu saya beli,
karena saya tidak bisa masuk dan membaca
materi lain yang tidak lagi saya miliki aksesnya."
Beberapa tantangan besar dunia
tidak akan dapat dipecahkan
oleh sekelompok peneliti.
Dan kita tahu bahwa penelitian
dan kolaborasi interdisipliner
adalah cara untuk mencapai
solusi itu lebih cepat.
Dan karena begitu banyak dari
tantangan itu yang sangat lazim
- air bersih, keamanan pangan,
pemanasan global, kesehatan masyarakat -
ada banyak tantangan
yang perlu dipecahkan
sehingga tidak ada alasan mengapa kita tidak
ingin melakukan segala hal yang kita bisa
untuk mendorong kolaborasi itu
dan untuk memungkinkannya terjadi.
Pengetahuan medis dan keahlian luar biasa
dapat ditemukan di setiap sudut dunia;
kita hanya belum terlalu sering memantaunya.
Jadi, seorang teman saya adalah seorang dokter bedah
jantung anak di Stanford.
Dia melakukan obeservasi
ketika dia mengunjungi India,
dan mengunjungi sebuah institusi
yang kini telah memberikan perlakuan 10 kali
lebih banyak pasien yang dia miliki,
dan mereka bisa mendapatkan dengan
hasil yang hampir sama baiknya
saat dia di Stanford,
dan mereka bisa melakukan ini dengan biaya
yang hanya 5 hingga 10 persen dari biaya di Stanford.
Dan, bagi saya, itu jenius!
Itu jenius!
Dan, Anda akan berpikir bahwa kita di dunia Barat
ingin memahami
apa yang terjadi di India sebagaimana
mereka juga ingin melihat
apa yang bisa kita lakukan dengan segala
keajaiban teknologi kita.
Mudah untuk menarik kesimpulan
bahwa pengetahuan harus terbuka
agar pengetahuan itu bisa terwujud
Dan karena itu ada semacam rasa penasaran
ketika itu belum juga terbuka.
Tapi ini benar-benar terkait dengan
sejarah bagaimana kita bisa sampai di sini.
Mulai sejak jurnal ilmiah
didirikan atau diciptakan pada pertengahan abad ke-17,
penulis telah menulis untuk jurnal tanpa bayaran,
dan mereka telah menulis demi dampaknya,
bukan untuk uang.
Untuk lebih memahami proses penelitian, kami
melakukan perjalanan ke tempat di mana jurnal penelitian berasal:
The Royal Society of London.
Saya Stuart Taylor, saya
direktur penerbitan di sini di The Royal Society.
The Royal Society adalah akademi sains nasional
milik Inggris.
Lembaga ini didirikan pada tahun 1660
sebagai perkumpulan ilmuwan terdahulu,
seperti Robert Hook dan Christopher Wren.
Beberapa tahun setelah itu, pada 1665,
Henry Oldenburg di sini,
yang menjadi sekretaris pertama perkumpulan,
meluncurkan jurnal sains pertama di dunia
berjudul Philosophical Transactions.
Dan itu adalah pertama kalinya
pencapaian dan penemuan ilmiah
ilmuwan terdahulu
tercatat secara resmi.
Dan jurnal itu
esensinya telah menjadi model
bagi apa yang sekarang
kita kenal saat ini dengan jurnal ilmiah.
Mewujudkan empat prinsip pengarsipan,
pendaftaran, diseminasi dan verifikasi.
Jadi itu berarti bahwa penemuan Anda
diasosiakan dengan nama Anda dan tanggal tertentu,
setelah diverifikasi oleh peninjau dari kalangan rekan Anda,
setelah itu disebarluaskan ke ilmuwan lain,
dan juga diarsipkan untuk masa depan.
Begitu ada jaringan digital,
ilmuwan mulai berbagi keilmuan di antara mereka.
Sejak itu, katakanlah awal tahun sembilan puluhan,
akademisi telah serius
mempromosikan Open Access.
Bukan hanya menggunakan jaringan untuk mendistribusikan
keilmuan dan penelitian,
tapi mempromosikannya dan mencoba
untuk membantu orang lain.
Mungkin kedengarannya saya mengada-ada, tapi
Saya benar-benar merasa pada saat itu
dan saya tidak sendirian,
bahwa jika kamu memiliki
ide tertentu yang menakjubkan
atau kamu melakukan suatu terobosan,
kamu akan berpikir ini karena
kamu memiliki inspirasi tertentu atau kamu
bekerja lebih keras dari orang lain,
tapi kamu tidak berpikir ini karena
kamu memiliki akses khusus ke informasi.
Sehingga tahun 1991, salah satu keinginan saya
adalah menyamakan level arena bermain,
yaitu, menyediakan akses ke informasi
bagi setiap orang yang sama sekaligus,
dan tidak memiliki
kesenjangan akses.
Empat puluh persen dari semua makalah yang ada
diterbitkan di New England Journal of Medicine
- dan kemudian the New England Journal
of Medicine boleh dikata
menjadi jurnal yang paling berdampak di dunia -
tapi 40 persen dari penulis
berasal dari wilayah dengan radius 150 mil dari Boston,
di mana the New England Journal
of Medicine bermarkas.
Penerbitan sungguh permainan orang dalam (insider).
Kita yang jadi orang dalam memiliki akses yang
jauh lebih besar pada penerbitan dan juga membaca,
karena kita dari kalangan yang lebih mampu dari lembaga.
Ada banyak orang
yang menderita karenanya
dari sistem mutakhir ini
di kalangan akademisi.
Kita memiliki banyak dokter yang akan mendapatkan manfaat
dari informasi yang mutakhir
tentang cara perawatan terbaik
yang dapat diberikan ke pasien.
Ada banyak sekali penelitian
yang telah dilakukan.
Kadang-kadang rasanya lucu jika kita mencoba
mengakses karya ilmiah yang ditulis di tahun 1975
lalu masih terhalang oleh paywall.
Rasanya tidak masuk akal.
Jurnal penelitian telah lama ada
sejak tahun 1665.
Sekarang kita memiliki kemampuan untuk menjangkau
berbagai wilayah di dunia, secara serentak
terasa sangat dekat, dan
ini merupakan keuntungan bagi para ilmuwan.
Banyak penulis yang berpikir bahwa
jika mereka menerbitkan di sebuah jurnal konvensional,
khususnya jurnal konvensional besar,
bergengsi tinggi, berdampak tinggi,
jurnal konvensional berkualitas tinggi,
mereka menjangkau setiap orang
yang peduli dengan karya mereka.
Ini tidak benar.
Mereka menjangkau setiap orang
yang cukup beruntung bekerja di sebuah lembaga
yang cukup makmur
untuk melanggan jurnal itu.
Dan bahkan jika jurnal itu
adalah jurnal utama yang perlu dilanggan atau yang best-seller sekali pun
sehingga semua perpustakaan semestinya melanggannya,
masih tetap ada perpustakaan lain yang tak mampu melanggannya.
dan ada banyak perpustakaan
yang sudah lama telah menghentikan langganan jurnal utama
hanya karena tidak memiliki dana.
Jadi, para penulis mendapatkan keuntungan
dari luasnya audiens,
dan dengan audiens yang lebih luas
mereka mendapatkan manfaat dari dampak (impact) yang lebih besar,
karena karyamu tidak akan berdampak,
karyamu tidak dapat dikembangkan,
atau dikutip atau diambil atau digunakan,
kecuali orang-orang mengetahuinya.
dan hampir semua ilmuwan menulis demi dampak.
Bagian dari kegiatan
akademisi adalah menggali persoalan,
mencoba mencari tahu tentang
apa yang telah mereka pelajari dari sebuah fenomena
dan membaginya dengan yang lain
sehingga orang lain itu kemudian bisa berkata,
"Ah, bagaimana dengan ini, bagaimana dengan itu,
apa kamu yakin?"
atau "Oh ya, coba saya gunakan ini
dengan cara lain."
Jadi, sungguh, pengetahuan itu adalah sebuah percakapan,
dan satu-satunya cara untuk menjalin percakapan
adalah dengan saling memahami apa yang mereka katakan
dan apa yang menjadi dasar dari apa yang mereka katakan itu.
Jadi keterbukaan itu adalah hal yang fundamental
bagi pengetahuan untuk berjalan sebagaimana mestinya.
Ada satu mitos yang beredar
tentang Akses Terbuka.
Tidak ada peer review,
kualitas rendah, dan seterusnya
dan kita tahu itu
ketika kita menempatkan barang kita secara terbuka,
orang lihat, ya kan,
jika kamu membual di luar sana,
kamu akan segera ketahuan.
Jika kamu melewatkan hal yang penting,
misalnya suatu bukti,
seseorang akan menunjukkan kamu di situ.
Jika kamu tidak hati-hati dengan argumenmu,
atau mengabaikan sebuah literatur penting,
orang akan mengatakannya padamu.
Dan oleh karena itu, Anda, sebagai seorang peneliti,
akan memperoleh manfaat dari pengamatan,
kritik, dan hal lainnya dari orang lain,
sehingga penelitian Anda akan lebih baik,
sehingga tidak lagi berkualitas rendah!
Jika Anda tidak bekerja
dalam lingkungan ini, Anda tidak memiliki koneksi,
Anda tidak memiliki konsep,
semacam, dampak dramatis
bahwa ketegangan semacam ini
akan dialami oleh setiap orang.
Ya kan, ketika Anda misalnya melihat EPA
[Badan Perlindungan Lingkungan]
menutup halaman perubahan iklim
di website-nya, ada dampak yang nyata,
dan jelas untuk tidak memberikan
informasi itu.
Ada banyak informasi gratis di luar sana,
dan kita tidak tahu seberapa besar masalah yang timbul karenanya.
Hanya karena gratis belum tentu membuat informasi itu
menjadi baik; tidak pula karena berbayar lalu informasi itu menjadi jelek,
dan saya kira ketegangan semacam inilah
yag akan selalu dihadapi masyarakat.
Tentu saja, di awal munculnya
gerakan Open Access,
dan jurnal Open Access, pemahaman bahwa
penerbitan Open Access itu tidak berkualitas tinggi
sangat dominan,
tapi sekarang sudah berubah.
Open Access, bagi kami,
sama sekali tidak mempengaruhi
tingkat penilaian sejawat (peer review), ya kan?
Kalau pun ada, ya,
peer review-nya malah semakin baik.
Sistem reward di
beberapa negara, di beberapa negara berkembang
masih mencerminkan sistem reward kita,
di UK dan di US.
Kami baru-baru ini melakukan survey yang menanyakan
tentang persepsi para peneliti kita
tentang Open Access, dan sebagian besar mereka,
tahu nggak, mengatakan
"Luar biasa, Open Access benar-benar
yang kami butuhkan, kami membutuhkannya
untuk mengabarkan kepada dunia tentang
penelitian kami. Setiap orang butuh akses. Ini luar biasa."
Namun, ketika kami menanyai para peneliti
apa yang menjadi prioritas mereka
ketika memilih jurnal, yang menjadi
pertimbangan utama adalah impact factor
level indeks, sementara prioritas terendah
adalah Open Access.
Jadi meskipun mereka memuji
kelebihan Open Access,
sayang sekali, karena pengaruh sistem penilaian,
Open Access ditempatkan di peringkat bawah,
karena mereka masih perlu
memajukan karir mereka.
Open Access telah menjadi
bagian dari kita untuk beberapa saat.
Dampaknya ternyata tidak
secepat yang saya harapkan,
dan saya agak khawatir bahwa
dalam 5 tahun mendatang bisakah kita bergerak lebih cepat?
Apa kira-kira penyebabnya
sehingga jurnal penelitian ini begitu
lambat berubah?
Well, mungkin bisa kita katakan
ia tahan banting.
Saya kira ada semacam
kelesuan. Seperti yang Anda ketahui,
para akademisi mungkin adalah orang
yang paling konservatif di muka bumi.
Anda tahu, ya kan, mereka mungkin
berinovasi dengan riset mereka,
tapi struktur akademik itu
sangat lambat berubah.
Komunitas akademik
sangat, sangat konservatif.
Sangat sulit untuk berubah,
untuk membuat perubahan sistem secara signifikan,
dalam komunitas akademik.
Proses kenaikan pangkat kita sekarang
adalah sama
keadaannya dengan masa 150 tahun yang lalu.
Para penulis sangat sadar,
bahwa kesempatan mereka maju,
untuk meneruskan jabatannya,
mendapatkan dana,
dan segala aspek karirnya tergantung pada
jurnal mana mereka melakukan publikasi.
Dan keadaan ini
menciptakan situasi semacam penjara
di mana penulis tidak memiliki
cara alternatif untuk melakukan publikasi
kecuali mereka publikasi di jurnal-jurnal
yang paling memungkinkan membantu mereka
dalam peningkatan karir.
salah satu hambatan besar
Akses Terbuka sesungguhnya adalah
penilaian kinerja
dan jabatan dan segala hal terkait.
Karena masih ada kecenderungan
untuk mengatakan, oke,
jika kamu menerbitkan empat artikel
di jurnal peringkat atas,
berarti kamu melakukan riset yang lebih baik.
Meskipun kemudian artikel-artikel itu
tidak pernah dikutip atau bahkan tidak pernah dibaca.
tapi mereka menggunakan impact factor jurnal
sebagai ukuran kualitas.
Dan kita tahu, kita semua, bahwa impact factor itu
bisa dimainkan dan dimanipulasi.
Impact factor sesungguhnya
jumlah rata-rata sitasi
yang diperoleh sebuah jurnal,
dalam rentang waktu dua tahunan.
Impact factor adalah metrik sesat
yang entah bagaimana telah berurat akar
dalam sistem evaluasi dan metode penilaian
bagi para peneliti di seluruh dunia.
Anda bisa jadi membayar sebuah tas tangan Gucci
jauh lebih mahal
dari tas tangan yang baru saja
Anda beli dari pinggir jalan.
Impact factor telah
menyesatkan keseluruhan sistem
komunikasi ilmiah secara masif.
Bahkan penemunya sendiri, Eugene Garfield,
mengatakan bahwa impact factor ini semestinya tidak digunakan seperti itu.
Lalu tentu Anda akan heran,
ya kan, pasti ada yang salah.
dan sifatnya yang ilmiah-palsu (faux-scientific),
ya kan,
bahwa angkanya akurat
hingga tiga angka desimal,
padahal jelas tidak, ini menunjukkan
adanya indikasi pseudo-ilmiah.
The Royal Society, beberapa tahun lalu,
menandatangani dokumen yang disebut
Deklarasi Penilaian Riset San Fransisco,
atau disingkat DORA
yang intinya mengajak institusi
dan penyandang dana untuk menilai ilmuwan
tanpa menggunakan impact factor.
Jadi dengan mengacu kembali pada penilaian sejawat (peer review),
dan dengan benar-benar melihat langsung karya tersebut
dibanding sekedar bersandar pada metrik
yang bagi banyak orang diyakini
sebagai metrik yang memiliki banyak kekurangan.
Tapi cara mengatasi masalahnya dengan
menghentikan penilaian terhadap seorang akademisi
berdasarkan jurnal di mana mereka melakukan publikasi.
dan jika Anda bisa mengevaluasi
seorang akademisi berdasarkan penelitian
yang mereka hasilkan sendiri, ketimbang
di mana mereka melakukan publikasi,
saya kira Anda kemudian bisa mulai membolehkan
para peneliti untuk melakukan publikasi,
di jurnal-jurnal yang menyediakan pelayanan yang lebih baik,
akses yang lebih baik, rendah biaya, dan hal semacam ini.
Jurnal yang sangat selektif menolak karya
yang sangat baik dan sangat layak diterbitkan,
tapi mereka menolaknya karena
tidak menunjukkan unsur kemajuan yang signifikan,
atau artikelnya tidak akan jadi headline, sebagaimana
artikel tentang penyakit atau stem cell.
Jadi artikel itu ditolak kemudian
masuk ke jurnal lain,
melalui serangkaian peer review yang lain,
dan anda bisa jadi mengalami siklus ini
berkali-kali.
dan sebenarnya alasan diterbitkannya
PLOS One sungguh untuk mencoba menghentikan hal semacam itu,
siklus yang berputar, berputar menghabiskan waktu
baik para ilmuwan, reviewer, maupun editor,
dan pada puncaknya, tahu kan,
merugikan sains dan masyarakat.
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
jurnal peringkat atas dan mungkin malah tidak berhasil,
dan kemudian pindah ke jurnal lain,
mengurung bagian dari siklus riset itu
dalam lingkaran waktu.
Hal ini menjadi perhatian para penyandang dana riset
yang membayar
jutaan bahkan miliaran dollar
untuk membiayai penelitian setiap tahun,
agar penelitian itu nanti
dapat diakses secara terbuka.
Ada banyak jalan lain
untuk sampai pada tahap ini,
dan sudah banyak orang
yang mengatakan, ayo lakukan secara bertahap,
pertama, kita akan menciptakan
apa yang disebut Akses Terbuka hijau (green Open Access),
di mana Anda menyediakan akses ke konten
tapi tanpa pengaturan hak guna yang melekat padanya.
The Gates Foundation mengatakan,
"Itu namanya setengah-setengah,
jika Anda ingin melakukan ini, jangan setengah-setengah,
laksanakan sepenuhnya."
Dan sungguh saya bertepuk tangan untuk mereka
karena tidak ingin mengambil langkah tengah.
Mereka memiliki pandangan ke depan yang memadai
dan, terus terang, memiliki pengaruh
untuk mendesak agar hal ini terlaksana dengan benar
sejak pertama.
Dari prospektif Gate Foundation itulah
kami dapat,
melalui pendanaan kami,
bekerja dengan penerima dana kami untuk mengatakan,
"Ya, kami akan membiayai ini
dan kami ingin Anda melakukan
penelitian teknis dan ilmiah tertentu,
dan mencapai hasil tertentu,
tapi kami ingin Anda melakukannya
dengan cara tertentu."
Dan salah satu cara yang kami ingin
orang-orang lakukan adalah memastikan
hasil-hasil penelitian itu
terbuka dan dapat diakses secara luas.
dan, selain itu, kami ingin memastikan
bahwa bukan hanya uang yang kami belanjakan
secara langsung pada modal kami,
dan sains dan teknologi baru
yang membawa manfaat bagi orang-orang,
tapi kami juga ingin melihatnya memiliki
efek ganda sehingga informasi
dan hasil-hasil penelitian yang kami danai menyebar
untuk dimanfaatkan secara luas oleh komunitas ilmiah,
komunitas akademisi untuk kemudian membangun
dan memacu
serta mengembangkan hasil-hasil penelitian
yang kami capai.
- Apa yang terlintas dalam pikiran Anda
ketika mendengar nama Elsevier?
Ya Tuhan. He-he.
Hmm, ya. Elsevier di Afrika itu
sesuatu yang menyusahkan (a pain in the neck),
karena harganya
terlalu tinggi buat kami,
mereka tidak mau turun.
Ya, saya kira kita bisa
mengatakan bahwa Elsevier itu
sebenarnya kontributor yang baik
bagi komunitas penerbitan.
- Elsevier. Apa yang terlintas di pikiranmu?
Well, memiliki tingkat laba yang
sayang sekali, menurut saya
tidak menyenangkan
dan tidak dapat didukung, karena
dalam pandangan universitas,
tentu saja, semuanya berasal dari dana publik.
Praktek lisensi mereka
telah berganti beberapa kali,
You know, jika kita lihat lisensi komersial
atau penggunaan Elsevier dalam 10 tahun terakhir,
Saya kira mereka telah banyak melakukan perubahan
yang membuat mereka
lebih ramah pada peneliti atau penulis.
Jadi, jelas ada evolusi di sana.
Para penerbit ini, ketika
kita menerbitkan sesuatu di sana,
ini dibiayai oleh departemen kita.
Ini adalah uang rakyat.
Jadi kita bayar mereka dengan uang,
tapi mereka justru menutup diri.
Saya tidak akan menyebut
mereka aktor yang buruk.
Saya kira mereka melakukan banyak hal yang baik
dalam mendukung inovasi
dan berbagai inisiatif lintas industri.
Ada banyak alasan kenapa
orang-orang menyoroti
Elsevier sebagai penjahat.
Lihatlah laporan tahunannya;
semuanya online.
laba mereka meningkat; dividen mereka naik;
mereka benar-benar sukses;
mereka meraup sekitar dua miliar
pounds laba tahun lalu.
Secara umum, apakah industri kita
memperlakukan peneliti dengan baik?
apakah kita bertindak efektif sebagai bidan
yang bertanggung jawab atas
lahirnya ide atau konsep ilmiah ini
dan membuatnya dapat diakses di seluruh dunia
serta mendistribusikan dan menginvestasikannya kembali
di masyarakat? Saya akan mengatakan ya.
Saya secara pribadi menganggap Elsevier
datang membawa
banyak penerbit buruk;
beberapa di antaranya layak
dan diterima, saya kira.
Saya kira mereka juga telah banyak menciptakan
inovasi cerdas di bidang penerbitan
dan telah kita ambil manfaat pelajaran darinya.
Saya ingat ketika saya pindah ke UC Press,
Saya telah pindah sekitar 20 tahun
dari penerbitan komersial
ke dunia penerbitan kampus yang nir-laba, dan
kelihatannya yang menjadi kekhawatiran
seorang kepala staf mengira
saya akan mengubah UC Press menjadi Elsevier.
yang tentu saja tidak terjadi.
Tapi saya... Secara serius, saya kira
kita yang berada di dunia penerbitan non-profit
sesungguhnya dapat belajar
banyak dari para kompetitor besar.
Saya bekerja di Elsevier selama setahun,
jadi saya mesti menyatakan penolakan;
Saya juga bekerja selama 15 tahun
untuk masyarakat ilmiah yang nir-laba.
dan saya adalah penerbit jurnal di
kedua lingkungan tersebut.
Keduanya lingkungan yang berbeda. Dan bagi saya,
pandangan mengenai penerbit komersial terbentuk
tapi pengalaman saya datang dari
masyarakat ilmiah.
Saya bekerja untuk the American Astronomical
Society, di mana misi utama kami
adalah mengantarkan sains
ke tangan ilmuwan
pada saat mereka membutuhkannya,
sesuai dengan keinginan mereka.
Saya pergi ke penerbit komersial.
Saya direkrut oleh mereka;
Saya kira saya akan melakukan hal yang kurang lebih
sama. tapi ternyata itu pekerjaan yang sesungguhnya.
Pekerjaan saya adalah mengelola serangkaian jurnal
untuk mendapatkan margin laba tertentu.
dan ini bukan pekerjaan yang saya suka,
ini tidak cocok dengan nilai-nilai yang saya anut.
Jadi saya kembali lagi
ke penerbitan nir-laba.
Saya kira ini bukan karena mereka
mereka makhluk jahat, tapi target mereka
adalah untuk mengembalikan laba kepada para
pemegang saham. Mereka bukan lembaga yang
berorientasi misi.
dan itu tidak masalah;
mereka perusahaan komersial.
pertanyaan saya, saat ini, di abad ke-21
ketika kita memiliki mekanisme
yang memungkinkan mengalirnya arus sains,
apakah mereka membantu atau malah menyakiti?
dan saya ingin melihat mereka
menyesuaikan modelnya
sedikit lebih membantu
ketimbang mendatangkan mudarat.
Tentu saja ada kritik
yang dapat ditujukan pada Elsevier.
Pasti ada kritik
yang dapat ditujukan pada PLOS.
Ada kritik yang dapat
ditujukan pada tiap orang dan segala sesuatu.
Saya tidak ingin menilai pembenaran
kritik berdasarkan sasarannya.
Saya mencoba membenarkan
kritik berdasarkan kontennya.
oh ya, baik, saya hanya ingin,
memastikan seseorang menyampaikan ini.
saya perlu menyampaikan seperti apa
perusahaan Elsevier itu.
Permusuhan yang sering kali mereka dapatkan,
bukan semata karena uang;
tapi tentang jenis perusahaan apa
mereka ini, kan?
Itu karena aksi yang sering mereka lakukan,
mereka anti-perguruan tinggi.
Jadi ketika mereka mengrim peringatan kepada,
academia.edu,
di mana akademisi mengunggah,
file pdf artikel hasil riset mereka,
kemudian mereka dipaksa untuk
menghapusnya.
Tentu saja ada tuntutan yang sama
ditujukan ke Sci-Hub di tahun 2015.
dan, ya, keduanya memang ilegal,
tapi kaum akademisi tidak peduli;
mereka tidak melihatnya seperti itu.
Ketika saya mendapatkan surat
teguran penarikan itu, saya tidak menerima
surat teguran itu langsung dari Elsevier,
mereka mengirimnya ke
seorang pejabat di Princeton.
Di surat teguran itu sendiri, hanya ada beberapa
artikel yan tercantum dan ditulis oleh
dua orang akademisi di Princeton.
Sekarang, jika Anda lihat di website Princeton,
mungkin ada ratusan kalau bukan ribuan,
file pdf dari Elsevier.
Lalu, kenapa mereka hanya menyorot sejumlah kecil
artikel itu dan hanya pada dua peneliti itu?
Saya tidak tahu pasti, tapi saya menduga
mereka melakukan uji coba apakah ini berhasil atau tidak .
Tak ada yang akan mencegah Elsevier
melakukan penjelajahan web (web crawl),
menemukan semua file pdf artikel mereka yg sudah terbit,
dan melayangkan surat teguran penarikan secara masif
kepada setiap orang yang melanggar perjanjian
hak cipta mereka, tapi nyatanya mereka tidak melakukannya.
Mereka bersikap seperti itu, menurut saya karena mereka
mengambil langkah hati-hati.
Mereka tidak ingin menciptakan
gelombang kemarahan yang akan menghapus
sumber tenaga kerja gratis
yang mereka butuhkan.
Jadi, ketika peristiwa itu terjadi,
Saya berterima kasih kepada Princeton
yang telah menekan balik mereka, dan
mereka akhirnya mencabut surat teguran penarikan itu.
Jadi saya kira mereka agaknya
memahami apa akibatnya jika
mereka benar-benar ingin melawan lembaga
ilmuwan secara keseluruhan.
Cara berpikir Elsevier
sebagai sebuah organisasi sangat bertentangan
dengan cara saya berpikir tentang bagaimana
menurut akademisi tentang apa yang mereka lakukan.
Kami mengajukan permintaan Freedom of Information (keterbukaan informasi) pada tiap perguruan tinggi di UK.
Ternyata, pada tahun 2016, Elsevier mendapatkan
42 juta pounds dari universitas di UK.
Penerbit terbesar berikutnya adalah
Wiley; pendapatannya sekarang mencapai 19 juta.
Elsevier, Wiley, Springer,
Taylor and Francis, dan Sage,
dia antara mereka mendapatkan sekitar
setengah dari dari anggaran, dan sisanya menyebar.
Elsevier khususnya adalah pelobi yang kuat.
Di Uni Eropa dan di Washington.
Mereka mempekerjakan staf yang
pada dasarnya menjadi pelobi full-time.
Mereka melakukan pertemuan rutin
dengan pihak pemerintah di berbagai belahan dunia
untuk menyebarkan pahamnya.
Ada paham khas
dari para penerbit itu, yaitu
bahwa penerbitan memang sewajarnya sangat mahal
karena penerbitan butuh karyawan,
copy editor, agen humas,
managing editor, dan lain-lain.
Ada banyak di antara institusi akademik,
yang berupaya menanggulangi biaya berat itu,
ditawari membeli jurnal penelitian
dengan model Big-Deal (sistem paket),
yang berbeda dengan model berlangganan jurnal tertentu saja.
Tiap institusi,
hampir semuanya melakukan negosiasi,
dengan tiap penerbit untuk mendapatkan akses
ke semua tulisan
hasil penelitian yang dimiliki penerbit
atau bagian besar dari data itu.
Ini biasa disebut dengan model Big Deal.
Jadi, paket berlangganan lah
yang banyak dipilih oleh perpustakaan
karena kita bisa
menghemat uang lebih banyak,
jadi persis seperti
berlangganan program TV kabel.
Anda mendapatkan banyak program siaran;
tapi tidak semuanya Anda suka.
Tapi bila Anda hanya mau melanggan
judul tertentu saja,
harganya jauh berlipat ganda,
dan Anda takkan mampu membayarnya.
Jadi kita terikat kontrak dengan konten
yang bisa jadi kita suka maupun tidak suka
demi mendapatkan harga rendah.
Tapi, mereka bisa saja menghilangkan konten tertentu
dari paket tanpa pemberitahuan
Jadi, kalau penerbit memutuskan itu
mereka tidak mau vendor memasukkan
judul tertentu dari paketnya,
mereka bisa tarik kapan saja.
Dan ini tidak berarti
Anda bisa membatalkan kontrak;
penarikan itu berarti Anda tidak bisa lagi mengaksesnya,
dan kita tidak punya kendali untuk membatalkannya.
Meskipun akses institusional ke hasil penelitian mutakhir
berjalan seperti berlangganan TV kabel,
kami menemukan bahwa perpustakaan
sungguh memiliki peran yang nyata.
Apa yang perlu kita temukan adalah alasan bagi kita
untuk berperan penting bagi masyarakat peneliti.
Bagaimana kita memiliki nilai tambah pada persoalan ini,
meski kita tidak mampu memberikan bantuan
atas naiknya biaya
publikasi elektronik?
Dan kami menyadari itu
kami bisa melakukan itu
dengan tetap menjadi
pepustakaan berbasis koleksi cetak.
- Anda tidak bisa menarik kabel
untuk memutuskan akses pada jurnal cetak.
- Tidak, kita tidak bisa. Tidak bisa.
Dan jika listrik mati, iya kan,
kita masih bisa mengaksesnya pakai lampu senter.
Anda tidak perlu login atau
jadi anggota untuk menggunakan perpustakaan kami.
Kami terbuka bagi semua publik; meski pun kami
dibiayai oleh swasta, kami tetap buka untuk publik.
Anda tidak perlu login; tiap orang bisa akses.
Di zaman moderen, tiba-tiba saja,
sistem berbasis cetak kelihatan lebih bagus.
Mungkin sebagian masalah kami ini terjerat
negosiasi dijital sejak awal.
Jadi, coba bayangkan pasar siaran TV kabel,
di mana Anda tidak tahu dan Anda tidak boleh tahu
apa yang dibayar oleh tetangga sebelahmu
atas paket yang sama Anda beli.
- "Berapa Anda bayar langganan HBO?"
- "Saya tidak boleh memberitahu Anda,
Saya telah menandatangani kesepakatan dengan Comcast."
Perpustakaan, perguruan tinggi selalu mengalami ini.
Penerbit komersial dapat menawan kita
dengan apa yang disebut surplus konsumen.
Mereka tidak perlu menentukan batas harga
yang memaksimalkan pendapatan
atau laba mereka dari keseluruhan pasar.
Mereka bisa menegosiasikan batas harga itu
dengan tiap institusi.
Dan itu penting, ya kan, karena ini,
seperti engkau membeli perawatan kesehatan
dokter dapat melihat bisa melihat kemampuan finansialmu,
lalu berkata misalnya, "Hmm baiklah, jika Anda menginginkan perawatan ini,"
dan, tahu kan, mereka tahu kamu orang kaya,
"jadi biayanya, 500.000 dollar."
Sementara jika Anda orang yang
tidak memiliki banyak uang,
mereka bisa membebankan biaya lebih rendah,
tapi tentu saja masih dapat untung.
Saya rasa, kurang lebih, seperti itu lah
pasar penebitan berjalan, iya kan?
Penerbit bisa melihat anggaran dana,
betapa kayanya suatu institusi,
berapa jumlah belanjanya,
iya kan, dalam dekade yang lalu,
lalu memasang harga sesuai
dengan daya maksimalkemampuan kita
berdasarkan perkiraan mereka.
Ada banyak pilihan
bagi perpustakan di sini.
Perpustakan tidak harus
menandatangani kontrak ini.
dan perguruan tinggi negeri,
seperti yang sudah dilakukan oleh University of Michigan
dengan lebih transparan membuka
apa saja yang kita beli dan berapa yang kita bayar.
dan The Big Ten Academic Alliance (Aliansi 10 Perguruan Tinggi Besar),
di mana kami jadi anggotanya,
melakukan banyak hal yang transparan
satu sama lain.
Jadi, saya mencoba menguji transparansi The Big Ten.
Sayangnya, yang saya temukan kurang lebih sama.
Saya selalu simpati dengan pustakawan.
yang berbaris melawan Elsevier,
tapi respon saya selalu kepada mereka adalah
"Batalkan." Anda tidak membatalkannya.
"Kami tidak bisa mebatalkannya." Kamu bisa membatalkannya,
tapi kamu harus melakukan pilihan itu,
tapi tak satu pun melakukannya,
sehingga mereka tetap kuat.
Yah, dan saya kira begitulah
begitulah proses negosiasi,
ini masalah tradisional
pengembangan koleksi
di perpustakaan,
ada banyak masalah.
Tapi, ini persoalan negosiasi.
Dan saya tidak melihat ada perubahan sama sekali, karena...
- Bisakah universitas, seperti Rutgers, mengatakan pada orang lain
apa yang mereka beli?
- Tidak. Kami tidak bisa.
- karena Anda terikat kontrak??
- Yah, maksud saya, begitulah cara kerjanya,
lagipula, bukan wewenang saya untuk mengatakan
tentang persoalan ini,
tapi demikianlah cara kerjanya,
dan begitulah cara kerjanya dengan semua penerbit.
Tidak sama dengan yang Anda dengar.
Tapi begitulah, saya tidak tahu dengan apa
saya bisa membandingkannya, tapi begitulah cara kerjanya,
jadi saya kira tidak akan ada
perubahan mengenai ini dalam waktu dekat.
saya memahami kenapa sebuah perpustakaan
ingin mendapatkan keuntungan yang kompetitif,
ingin menunjukkan bahwa mereka
mendapatkan keuntungan ekonomis,
mendapatkan bagian konten yang lebih besar.
dan masing-masing perpustakaan
sangat lah berbeda satu sama lain,
dan sebagian benar-benar harus menunjukkan
semacam nilai yang berbeda,
tapi itu pilihan. Perpustakaan tidak harus
menandatangani klausul rahasia.
Ini sering dilakukan sebagai akibat dari apa yang disebut
keunggulan kompetitif dalam jangka pendek,
tapi dalam jangka panjang,
ini bukan keunggulan kompetitif.
Ini justru mengurangi transparansi harga dan
meningkatkan resiko membayar lebih besar,
sekaligus potensi membayar lebih sedikit.
Ini tersembunyi secara fraktal, ya kan? Segala hal dari
perniagaan ini tersembunyi di tiap level.
Berapa harganya, siapa yang bayar,
apa persyaratannya, dan ini sengaja dilakukan.
Ini untuk mencegah penawaran kolektif, ya kan?
dan semua ini pada pokoknya mempertahankan
pasar yang benar-benar tidak adil.
Ada beberapa orang yang meyakini
bahwa ada cukup uang
saat ini dalam penerbitan ilmiah.
Hanya perlu dibagikan;
kita tidak perlu lagi cari uang. Kita hanya perlu
mengubah cara yang ada di sistem.
Ada beberapa jurnal yang sedang berkembang
menemukan bahwa meninggalkan paradigma meraih laba
adalah hal yang bermanfaat
Jadi, pada kasus Lingua/Glossa,
Apa yang terjadi adalah komunitas
peneliti ini memutuskan untuk
berhenti sampai di sini, kemudian
semua anggota dewan editor mengundurkan diri.
Dan membuat jurnal lain
yang berbasis nir-laba,
Open Access, dan lain-lain.
Tidak banyak gerakan seperti ini,
tapi apa yang ditunjukkan adalah
gerakan ini, sungguh membawa hasil, Sehingga seluruh
komunitas, atau para pimpinan komunitas
-karena seperti itulah pada dasarnya dewan editor-
pimpinan komunitas
memutuskan berhenti secara kolektif;
semua yang ada di dewan editor mengundurkan diri
kemudian mula membangun sebuah jurnal baru dengan
dengan focus yang sama dan, dengan cara,
kualitas yang persis sama, karena
apa yang membuat sebuah jurnal berkualitas?
Bukan cetakan dari penerbit.
tapi karena pimpinan redaksi.
dan dewan editor, yang membuat
semua keputusan ilmiah.
Nama saya Johan Rooryck,
Saya professor di bidang Linguistik Perancis
di Leiden University.
Dan saya juga
seorang editor jurnal.
Pertama, saya telah menjadi editor selama 16 tahun
di Lingua, Elsevier.
Pada tahun 2015, kami memutuskan untuk
meninggalkan Elsevier dan bergabung dengan
jurnal Open Access berjudul Glossa,
yang maknanya pada dasarnya sama karena Glossa adalah terjemahan bahasa Yunani dari Lingua dalam bahasa Latin,
untuk menunjukkan adanya kelanjutan.
Jadi, di organisasi Lingua dulu,
kami terdiri dari lima editor, jadi sebuah tim editiorial kecil.
Empat associate editor;
dan saya sebagai editor eksekutif.
kemudian kami memiliki dewan editor
sekitar 30 orang.
Saya telah menyiapkan ini
dua tahun sebelumnya,
Jai maksud saya, Elsevier tidak tahu
sama sekali hingga kami kemudian membelot.
jadi selama dua tahun, antara 2013-2015, saya sudah
berbicara dengan beberapa orang
di dewan editor, tapi, tentu saja,
semuanya berada di bawah radar.
Dan saya sudah sampaikan ke semua anggota
tim editorial saya dengan mengatakan,
"Saya sedang sibuk menyiapkan ini.
Jika kita lakukan ini, apa kamu ikut
atau tidak dengan saya,
karena saya harus tahu
Dan karena.. atau kita lakukan ini bersama,
atau tidak."
sambil saya menatap mata mereka langsung,
dan mereka semua berkata,
ya, kalau kau lakukan ini,
kami ikut.
Peralihan dewan editor Elsevier di Lingua
ke jurnal Akses Terbuka Glossa
menjadi preseden bagaimana sebuah jurnal yang sukses
dan disegani bisa mengubah
model bisninsnya tapi tetap mempertahankan
kredibilitas khusus bidang ilmu,
kualitas peer-review,
dan dampaknya secara keseluruhan.
Kita hidup dalam kultur yang memprioritaskan
kebangkitan awal, inovasi, dan kewirausahaan.
dan nyatanya, sekarang, ada
sebuah perusahaan yang bisa melakukan inovasi
di bidang literatur ilmiah,
yaitu Google.
Dan begitulah, Google hebat; Saya pakai
Google untuk segala macam seperti sebagian besar orang,
tapi saya menginginkan andai ada
seratusan perusahaan yang berkompetisi untuk itu.
Saya ingin jika institusi nir-laba
dapat bersaing dengan mereka dan mencoba
menciptakan alternatif dan mengatakan,"Tahu nggak,
ini semestinya tidak menjadi produk komersial;
mestinya menjadi utilitas."
dan kompetisi semacam itu
mustahil tanpa Open Access.
kompetisi semacam itu
diolah menjadi Open Access.
Dan Anda saksikan ini dari
penerbit komersial besar,
Anda tahu mereka memahami bahwa
hal ini merupakan argumen penting.
Mereka meletakkan pipet minuman kecil
dan menyedot serpihan-serpihan kecil konten
yang bisa Anda tambang teks-nya. Kita bisa
membuat mobil yang bisa mengemudikan dirinya sendiri.
Apakah Anda menjelaskan ke saya
bahwa kita kita tidak bisa mengolah literatur lebih baik?
Jika mobil bisa mengendalikan dirinya sendiri karena
kekuatan komputasi yang kita miliki tersedia,
dan ada banyak perusahaan yang bersaing
untuk membuat mobil yang mengemudi sendiri
maka ada pula untuk mengelola
literatur biomedis
dan membantu kita menentukan
obat mana yang cocok dikonsumsi.
Itu konsekuensi langsung
literatur yang tertutup.
Itu lah persoalan mendasar.
Kita mulai memperjuangkan di Kongres
hak akses pembayar pajak pada
hasil penelitian yang didanai pajak.
Respon yang paling umum
kita terima dalam kunjungan resmi kami yang pertama,
"Maksud Anda publik belum
memiliki akses ke hasil penelitian ini?"
Sepertinya, ada ketidakpercayaan
di kalangan pembuat kebijakan. Bagi mereka
yang terlintas di pikiran adalah 'ini persoalan sepele'.
Para peneliti ingin
karya mereka dibaca.
Mereka ingin memajukan
penemuan dan inovasi.
Dan ketika saya meluangkan
banyak waktu untuk memperjuangkan
kenapa karya ilmiah mesti
terbuka atau tertutup,
akhirnya, kasus yang sebenarnya adalah, apakah kita menginginkan
inovasi, atau tidak ingin inovasi?
Dan saya pikir ada kasus yang jelas
mengenai keterbukaan untuk membuka inovasi.
Kita menyaksikan ada banyak penolakan keras daya cipta
dari penerbit yang berkepentingan.
Tapi saya kira ada juga
faktor generasi di sini.
Saya kira bagi generasi muda ilmuwan,
mahasiswa, akademisi,
model lama
tidak masuk akal lagi.
Publik mestinya malu
membiarkan model seperti itu masih ada.
Sekarang kita memiliki, serangkaian perangkat
untuk menyebarkan pengetahuan, termasuk penelitian ilmiah,
dengan cara yang
tidak bisa kita lakukan 20 tahun lalu.
Saya melihat penanganan kita
di sektor akademik,
dan dengan itu, saya mengacu
secara khusus ke penerima dana kita,
jadi kita sediakan dana untuk institusi akademik,
dan secara tidak langsung kepada para akademisi
dan ini berhasil, sungguh berhasil.
Ada banyak apresiasi
terhadap peran Open Access bagi hasil penelitian mereka.
Mereka melihat ini sebagai
sesuatu yang bermanfaat bagi mereka
bisa mengakses
informasi, data, dan seterusnya
yang dihasilkan oleh orang lain,
dan karena itu sungguh menyenangkan
konsep informasi dengan
data terbuka dan dapat dikases.
Saya tidak pernah yakin
oakan solusi yang tepat.
sebenarnya, ketika
saya bicara dengan penerbit, saya pikir,
"Bolehkah saya lakukan ini?
Atau tidak bolehkah saya melakukan ini?"
Ada banyak sekali
pertanyaan tentang hak cipta;
Ada banyak sekali pertanyaan
tentang kekayaan intelektual;
Ada banyak sekali pertanyan
tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh penulis
jika mereka memutuskan untuk
menerbitkan tulisan dengan jurnal tertentu.
Rasanya banyak sekali pertanyaan
pada tiap interaksi.
Salah satu outlet yang efektif dan efisien
menyalurkan pengetahuan adalah Sci-Hub,
yang senantiasa menghubungkan orang
secara langsung dengan pengetahuan yang mereka butuhkan,
ketika mereka butuh, secara gratis.
Anda tahu, kita
yang bekerja di bidang komunikasi ilmiah
banyak menulis, iya kan,
sungguh perlu melihat Sci-Hub
bagai sebuah colekan
di pinggang dan seakan mengatakan,
"lakukan lebih baik."
Kita perlu melihat ke Sci-Hub sambil berkata,
"Apa lagi yang bisa kita lakukan
dengan infrastruktur
yang sudah kita bangun
untuk mendistribusikan artikel jurnal,
mendistribusikan pengetahuan?"
Karena Sci-Hub sudah memecahkan kodenya, iya kan?
Dan mereka melakukannya dengan mudah.
Dan saya kira kita perlu melihat
apa yang terjadi di Sci-Hub,
bagaimana ia berevolusi, siapa yang menggunakannya,
siapa saja yang mengaksesnya,
dan menjadikannya pelajaran bagi kita
tentang hal apa lagi yang bisa kita lakukan.
Halo, nama saya Alexandra Elbakyan
dan saya pendiri proyek Sci-hub
Saya kira pertanyaan semacam "colekan di pinggang"
atau seperti yang orang lain katakan,
sebuah gejala adanya sesuatu yang salah,
mereka mengecilkan pentingnya Sci-Hub
Sebelum Sci-Hub, sebagian besar publikasi ilmiah,
berarti puluhan juta,
terkunci
Sci-Hub menyediakan akses ke massa pengetahuan
yang luar biasa, Sci-Hub membuatnya terbuka
dan Sci-Hub menjadi proyek pertama yang
menyediakan ke publik
dan akses massal ke sumber ilmiah utama
Orang-orang menggunakan website seperti Sci-Hub,
dianggap sebagai pembajak penerbitan ilmiah.
Bagai Napster-nya penerbitan ilmiah.
Saya tahu mereka telah melalui pertikaian hukum dengan
Elsevier yang menutup mereka,
tapi mereka buka lagi dengan website yang lain. Sci-Hub
masih jalan dan aktif bahkan semakin populer dari sebelumnya.
Jadi, jika saya mesti memberi saran kepada
mahasiswa pasca, atau orang yang tidak punya afiliasi dengan institusi
yang menyediakan akses
ke jurnal, Sci-Hub adalah sumber yang sangat bagus,
menyediakan akses gratis. Banyak orang tidak merasa
bersalah menggunakan sumber ini
persis seperti saat Napster muncul, karena
industri saat ini berbuat kelewatan
terhadap orang-orang yang membaktikan dirinya
dan melakukan penelitian yang hebat,
lalu mereka dimanfaatkan.
Jadi, mengambil manfaat dari penerbit
dan mengambil artikelnya secara gratis yang sesungguhnya
digunakan untuk mendidik dan mengembangkan segala sesuatu
untuk kepentingan publik,
merupakan balasan yang ingin dilakukan
oleh banyak orang.
Dan saya sama sekali tidak keberatan dengan ini.
Pada tahun 2017, ada sekitar 150 juta download publikasi limiah [di Sci-Hub]
Cina berada di urutan teratas dengan 25 juta download
dan berikutnya adalah India dengan 13 juta download
USA, Brasil, Iran, Perancis, masing-masing
4-10 juta download artikel ilmiah.
Saya suka aksi itu yang
saya anggap sebagai pembangkangan masyarakat.
Saya kira ini penting.
Saya kira inilah momen di mana kita bisa,
mestinya ada diskusi tentang ini,
dan saya khawatir diskusi tentang keterbukaan
tidak akan membawa perubahan.
Tetap saja, sebagaimana yang kita dengar,
Sci-Hub sama dengan iblis. Sepertinya, harus begitu.
Sci-hub pada dasarnya illegal.
Itu jelas aktivitas kriminal,
lalu kenapa semua orang menganggap wajar
mengambil hak milik intelektual orang
dan mencurinya begitu saja?
Itu yang mengganggu pikiran saya.
Ini bukan sekedar soal
kenapa orang-orang tidak memiliki akses.
Ini bahkan digunakan oleh orang-orang
yang ada di institusi yang memiliki akses,
karena Sci-Hub bekerja dengan cara yang sangat sederhana
dan efisien.
Apa yang ditunjukkan oleh Sci-Hub adalah
tingkat frustrasi di kalangan sebagian besar akademisi
terkait berapa kali
mereka terbentur paywall (pembayaran).
Kebanyakan yang saya lihat orang menyampaikan keberatannya karena Sci-Hub
melanggar hukum. Jadi, Anda lihat, mereka tidak mempersoalkan orang yang mencuri
dari penerbit ilmiah; mereka mempersoalkan pelanggaran hukum formal.
Dan menurut sebagian orang, secara umum seseorang tidak boleh melanggar hukum,
meskipun hukumnya tidak masuk akal
Saya merasa kita berada di persimpangan,
kita berada dalam periode selingan,
dan sebaliknya orang-orang menginginkan
ini berlalu dengan mengatakan,
"Tahu tidak? Tak seorang pun dari kita
yang benar-benar tahu apa yang akan terjadi
dalam 15-20 tahun mendatang."
Apa yang kita tahu adalah
bahwa kita berada di pinggir jurang
di mana industri musik tumbang oleh Napster.
Itu yang ditunjukkan Sci-Hub menurut saya.
Tidak akan ada tuntutan bagi Sci-Hub
andai kita berhasil
atau jika industri penerbitan
sukses, iya kan?
Bisa dikatakan, apa yang kita lakukan adalah menciptakan
kondisi di dua sisi, ya kan?
kita dan industri penerbitan
hingga saat ini.
Jadi, Anda tahu, sekarang Anda lihat
bagaimana potensi sebuah sistem
memungkinkan Anda menemukan artikel apa saja.
Saya telah menggunakan Sci-Hub untuk mengumpulkan artikel ayah saya.
Ayah saya meninggal tahun ini, dia salah seorang
penerima Nobel atas karyangan tentang perubahan iklim.
Saya telah mencoba mebuat arsip untuk semua karyanya
sehingga saya bisa mewariskannya ke anak saya, ya kan.
Tapi saya tidak sanggup!
Biayanya sekitar puluhan ribu dollar.
Saya kira saya bukan satu-satunya orang yang butuh artikel.
Saya bukan satu-satunya orang yang melakukan cara ini.
Saya tidak mencoba mendistribusikan ulang
artikel-artikel ini, ya kan?
Saya hanya mencetaknya. Kemudian
membundelnya untuk anak saya, ya kan?
Jadi dia bisa kenal kakeknya, apa yang dilakukan
kakeknya, karena di tidak akan ingat.
Itulah kegagalan pasar.
Kegagalan pasar yang luar biasa.
Prioritas akan berubah.
Dan saya yakin Elsevier adalah perusahaan yang penuh
dengan orang-orang pintar, yang ingin penemuan baru lahir,
tapi tidak punya ide yang lebih baik tentang
bagaimana menghasilkan uang di tengah keadaan ini.
Dan, sayang sekali bagi mereka, Internet
menjadi latar belakang runtuhnya para penjaga gerbang ini.
Mereka penjaga gerbang, dalam beberapa hal,
berdiri di antara, penelitian dan penemuan baru.
Elsevier selalu menjadi penerbit paling populer di Sci-Hub
ini berarti, sebagian besar artikel yang di-download oleh pengguna,
dari situs Elsevier, Science Direct.
Mengenai perusahaan itu sendiri, saya suka slogannya
Making Uncommon Knowledge Common
[membuat pengetahuan yang tidak umum menjadi umum], berlebihan.
Tapi setahu saya, Elsevier tidak menjalankan tugas ini dengan baik
Malah Sci-Hub yang membantu mereka, sepertinya, untuk mencapai missinya itu
Jika riset seseorang terhalang paywall,
dan menghalangi saya melakukan riset
di bidang itu sepanjang hidup saya, berapa
lama lagi kita harus menunggu
orang lain untuk dapat mengambil
langkah evolusioner itu?
Kadang-kadang, inovasi itu terkait orang yang tepat
di ruang yang tepat, dan di waktu yang tepat.
dan apa yang dilakukan paywall adalah memastikan
kecilnya kemungkinan orang yang tepat
berada pada tempat yang tepat
pada waktu yang tepat untuk menyelesaikan persoalan.
Setelah berbagai upaya dilakukan
Elsevier menolak turut serta dalam film ini
Transkrip Inggris: Elena Milova, Joshua Conway,
anggota anonim lifespan.io
Sinkronisasi: Giannis Tsakonas
Terjemahan BI: Tim Sains Terbuka Indonesia