Jukung adalah perahu
tradisional Indonesia.
Jukung dalam cerita ini
tampak seperti jukung biasa.
Tidak ada warna khusus.
Tidak ada panjang
yang khusus.
Tidak ada mesin khusus,
tetapi memiliki penumpang istimewa.
Pdt. Eduard melihat jukung tiba
di pulau tempat dia tinggal.
Dia melihat petugas medis pemerintah
turun dari kapal
dan mengunjungi desanya.
Dan dia melihat para petugas medis
bersiap berangkat dengan jukung.
Dia bertanya kemana mereka pergi
dan mengetahui bahwa mereka akan
menuju pulau
yang hendak ia kunjungi.
Di pulau itu, tinggal tiga keluarga Advent
yang tidak memiliki gereja sendiri.
Mereka juga tidak memiliki perahu
untuk pergi ke pulau lain
yang ada gerejanya.
Mereka mengadakan pertemuan
di salah satu rumah
untuk beribadah pada hari Sabat.
Tapi sekarang, sudah akhir kuartal,
dan mereka ingin Pdt. Eduard
datang dan beribadah bersama mereka.
Pdt. Eduard tidak memiliki
perahunya sendiri,
jadi dia bertanya kepada
para petugas medis
jika dia bisa pergi
dengan mereka
di jukung mereka
menuju pulau itu.
Mereka setuju, dan jukung berangkat
pada Jumat sore.
Jukung melaju cepat di permukaan air.
Angin terasa nyaman di wajah
Pdt. Eduard.
Dia menantikan untuk beribadah
bersama penduduk desa,
tapi kemudian badai melanda.
Hujan turun deras.
Angin bertiup kencang,
Namun perahu itu terus melaju kencang
melewati perairan yang ganas.
Tiba-tiba, suara mesin berhenti.
Mesinnya menjadi sunyi.
Pdt. Eduard, para pekerja medis
dan kapten kapal saling memandang
satu sama lain.
Yang dapat mereka dengar hanyalah
suara dentuman hujan
dan deru angin.
Kapten kapal menarik tali
untuk mencoba menghidupkan
kembali mesin.
Tidak terjadi apa-apa.
Dia mencoba lagi.
Brrrm! Brrrm!
Tidak terjadi apa-apa.
Jukung itu berhenti melaju melintasi air.
Sekarang ia bergantung
pada angin dan ombak.
Ia terombang-ambing maju mundur
bagaikan gabus di dalam air.
Satu jam berlalu, lalu dua jam,
tiga jam,
empat jam.
Para pekerja medis ketakutan.
Semua menangis.
Mereka pernah mendengar cerita tentang
kapal yang tenggelam karena badai,
dan mereka takut bahwa mereka akan mati.
Seorang wanita yang bukan seorang Kristen
ingat bahwa Pdt. Eduard
adalah seorang Kristen
yang percaya kepada Yesus,
dan dia memintanya berdoa untuk jukung.
Pada saat itu, Pdt. Eduard
mendengar sebuah suara.
Suaranya lembut dan ramah,
namun dia dapat mendengarnya
di tengah gemuruh hujan dan angin.
Katanya, "Beritahukan kepada kapten kapal
untuk menghubungkan selang bahan bakar
ke tangki bahan bakar lainnya.
Di atas jukung ada dua
tangki bahan bakar,
tangki bahan bakar biasa
dan tangki bahan bakar cadangan
untuk keadaan darurat.
Tangki menyediakan bahan bakar
agar mesin perahu dapat beroperasi.
Pdt. Eduard terkejut
mendengar suara itu,
Namun dia tidak membantah.
Dia merasa harus mematuhinya.
Meskipun dia tidak tahu
apa pun tentang perahu,
dia pergi ke kapten dan menyuruhnya
melepas selang bahan bakar
dari tangki bahan bakar biasa
dan menghubungkannya ke tangki
bahan bakar cadangan.
Kapten sudah mencoba menghubungkan
selang ke tangki bahan bakar cadangan,
Namun dia tidak membantah.
Dia juga merasa harus patuh.
Dia segera menarik selang keluar
dari tangki bahan bakar biasa
dan menghubungkannya ke tangki cadangan.
Kemudian Pdt. Eduard
memanggil kapten dan petugas medis
untuk bergabung dengannya
berdoa kepada Yesus.
Para pekerja medis berhenti menangis
dan menajamkan telinga
untuk mendengarkan doa tersebut.
“TUHAN YESUS,
hidup kami benar-benar berada
di tangan belas kasihan-Mu,"
pendeta berdoa.
"Jadilah kehendak-MU"
Lalu dia menoleh ke kapten.
"Nyalakan mesinnya," katanya.
Kapten menarik tali untuk menghidupkan
kembali mesin tempel.
Brrrm!
Sepersekian detik berlalu
dan mesinnya pun hidup.
Semua pekerja medis,
termasuk wanita yang tidak percaya
kepada Yesus,
berseru pada saat yang sama,
"Puji TUHAN!"
Hujan tak kunjung berhenti
dan angin tak kunjung reda,
tapi mesinnya tetap menderu
dan jukung sampai di pulau dengan selamat.
Para petugas medis segera memberi tahu
semua orang di pulau itu
bahwa Yesus telah menyelamatkan
hidup mereka.
Sabat adalah hari yang sangat istimewa
bagi Pdt. Eduard.
Dia tidak hanya beribadah di pulau itu,
tetapi dia juga memiliki kisah misi
khususnya untuk diceritakan.