Kamera adalah sebuah instrumen yang
unik
Yang paling penting kamu dituntut
untuk bisa melihat secara jelas.
memungkinkan kamu untuk menjelajahi
berbagai belahan dunia, tempat, dan perkumpulan.
atau justru sebaliknya menjadi
sulit untuk melakukannya.
Menjadi seorang fotografer itu
begitu luar biasa, sungguh.
Saya tidak terikat di manapun.
Saya bisa datang dan pergi
sesuka hati.
Luar biasa.
Masa kecil saya di Johannesburg
sangat menyenangkan.
Kami sangat menikmati begitu banyak
kebebasan.
Kami berkeliling mengenderai sepeda di Perumahan Randfontein, tambang emas berada di sekeliling kota,
dan kami dapat mengeksplor tambangnya
dari jarak yang sangat dekat.
pemandangannya menyeramkan, gundul, suram,
kami tidak memiliki laut dan sungai besar.
yang kami punya hanya lahan yang gundul
dan membosankan.
Saya merasa seperti ada sesuatu dalam diri saya,
Saya menjadi begitu
menyatu dengan tempat itu.
di satu sisi, saya ingin
memotret tanah itu
Tanah, dalam artiannya yang begitu luas.
di sisi lainnya, saya sangat terpukau
dengan nilai-nilai sturkturnya.
Saya sudah telat untuk memotretnya,
pohon-pohonnya sudah berdaun
Saya akan mencobanya.
Mari kita lihat.
Bagi saya gaya arsitektur yang ada
di utara Johannesburg,
adalah jenis bangunan dengan
energi yang benar-benar nyata.
Pagi Bapak-bapak
[suara brisik]
Apa kabar?
Baik, baik Pak
Di negara ini, karena kepolosannya,
hampir sulit untuk memotret
gambar hitam dan putih,
strukturnya benar-benar menggambarkan
nilai dari sistemnya dengan menakjubkan.
Gereja-gereja Protestan Afrikaner yang
menurutku sangat unik.
gerejanya memiliki jendela yang
sangat besar dan struktur megafonik,
ketika tahun 1970 saat gerakan pembebasan tiba di Afrika Selatan,
memberikan dampak pada para Afrikaner.
Sehingga, geraja baru mereka terancam.
Beberapa gereja mereka dibangun
dengan membobol tembok lain.
Struktur publik terlihat jelas
sebagai menifestasi gambaran diri.
Lihat, lihat, gedungnya sangat besar, tapi
setidaknya gedungnya cukup menggambarkan
adanya sebuah perubahan.
Ini adalah sebuah Hasselblad.
Terkenal, sangat mahal, kamera
yang diciptakan dengan indah
Jika saudara saya Dan pulang dari manapun
dia akan membawa miniatur kecil kamera.
Sepulangi dari salah satu tripnya
dia membawa sebuah kamera Contax.
Kamera Contax dari Zeiss
setara dengan Leica.
Kameranya sangat bagus, tapi kameranya
sudah rusak parah.
Saya tidak tahu bagaimana ceritanya
selama perang, tapi saat sampai di Randfontein,
kameranya sangat luar biasa, saya coba
memotret menggunakan kamera itu.
Ketika saya matrikulasi di tahun 48, saya
sangat ingin menjadi fotografer majalah.
majalah "Life" dan “Look" from America,
“Picture Post” dari Inggris yang merupakan
jendela dunia bagi jutaan orang.
Di 1952, menurut saya, pemerintahan aparteid
mulai menyebarkan ideologinya dan
salah satu langkah pertamnya adalah dengan
memisahkan ras dalam komunitas publik.
Saya merekam seorang pria kulit hitam,
menaiki tangga lalu di usir oleh seorang polisi kulit hitam.
Dia biasanya melewati rute tersebut untuk
pergi ke stasiun Johannesburg dan
tiba-tiba dia tidak diizinkan lagi.
Jadi saya mengirim potongan foto-foto itu
ke "Picture Post" pada editor nya.
Saya tentunya di tolak.
Saya coba membuat cerita majalah tentang
orang yang bekerja di tailing di sekitar
kota kecil kami.
Orang-orang ini kerja bertahun-tahun,
siang dan malam,
apapun kondisinya, berhadapan dengan
operasi pembuangan limbah.
Kami melihat orang-orang ini
dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.
Suhu yang sangat dingin di atas
tumpukan limbah itu ketika musim dingin.
Itu tumpukan limbah tuanya.
Yang telah tertutup rumput
untuk menahan debu-debu.
Para penambang kulit hitam tidak bisa
mencapai kedudukan sebagai boss boy (bocah) atau ketua tim.
Tentu saja, mereka bukan bocah,
merekakan pria.
Untuk bisa mencapai kedudukan itu,
kamu harus memiliki sertifikat blasting (peledakan)
dan ini adalah metode yang digunakan oleh
serikat pekerja kulit putih untuk memastikan
hanya orang kulit putih yang ada pada
jabatan tertinggi dihirarki pertambangan.
Jika ingin mengetahui tentang
masyarakat ini,
kalian harus memahami betul esensi
kehidupan dan ideologi Afrikaner kulit putih.
Para Afrikaner adalah keturunan Hugenot Belanda
dan Prancis, dan Jerman, Skotlandia, yang pertama,
pertama sekali bermukim di negara ini.
Kelompok kecil tersebutlah, yang menentukan
apa yang telah terjadi di sini.
Bagi mereka, penaklukan suku-suku yang
mereka lakukan adalah petunjuk Tuhan, Yang Tak Terlihat.
Ini adalah hal yang harus saya hadapi
yang tidak pernah saya alami sebelumnya.
Selama 1930, gerakan sayap kiri Afrikaner
dikenal dengan Ossewabrandwag anti Yahudi.
Sama halnya dengan teman-teman Yahudi saya,
Saya memiliki ketakutan pada para Afrikaner
dimasa kecil dan saya harus tahu lebih dalam kenapa.
Orang-orang ini sangat menghantui saya.
Ketakutan saya pada mereka sama dalamnya
seperti ketakutan mereka pada orang-orang kulit hitam
dan kebaikan mereka disaat yang bersamaan.
Saya akan memotret pasangan tua
dalam cerita ini.
dan seorang gadis kecil berkulit hitam
masuk ke ruang tamu, mengisap jempolnya
dan berdiri di sana melihat saya bekerja
lalu mereka membiarkan anak itu.
Mereka tidak menyuruh anak itu keluar.
Anak tersebut dibiarkan masuk
dan ada di sana.
Respon yang biasa dari para penerbit
adalah "di mana letak aparteid nya"?
Bagi saya, hal itu tertanam sangat, sangat
sangat, dalam pada barik-barik foto-foto itu.
Orang-orang di luar sana tidak merasakan
adanya ketimpangan dalam kehidupan kami.
Saya tidak berminat untuk menjelaskannya
pada mereka.
Kita menuju pusat Boksburg.
Aku memotret di sini ketika musim dingin
pada tahun 79 dan juga di tahun 80.
Alih-alih berkeliling dan memotret
orang-orang kulit putih pada umumnya,
Aku malah memusatkan perhatian pada
suatu komunitas yang merupakan inti dari
kehidupan orang-orang kulit putih
kelas menengah di Afrika Selatan
dan itulah yang saya lakukan.
Seluruh kota kecil ini dibangun
untuk orang-orang kulit putih.
Orang-orang kulit hitam boleh datang
hanya jika mereka memenuhi syarat, sebuah tiket.
Saya mulai memperhatikan kerumunan
menunggu lampu merah untuk menyebrang jalan
dan mereka sungguh nyata bagi kita.
Sudut Commissioner and Eloff.
Oh, kita harus maju satu blok.
Gambar ini diambil dari tempat saya berdiri
sekarang, sebuah toko yang di sana,
dan kemungkinan saya berdiri di sini
saat saya mengambil gambar ini.
Saya sangat antusias dengan cahaya
musim dingin saat itu, tajam dan low angled.
Gedung rendah ini bagi saya, merupakan
jantung dari tempat di mana saya tumbuh.
Memang tidak ada yang spesial dari
gedung-gedung itu.
Saya pikir tidak ada satu gambarpun dari
keseluruhan koleksi yang mana subjeknya
melihat ke arah kamera ataupun saya.
Saya tidak ingin terlihat ada di situ.
Di Soweto dan Hillbrow, potretnya terlihat
antara saya dan subjek saling menatap.
Ketimbang memotret proses kehidupan
yang sedang berlangsung.
Saya memilih untuk memotret orang-orang
secara personal dengan sengaja.
Saya selalu mengarahkan subjek agar
melihat ke arah saya, bukan kamera.
Saat melakukan pemotretan itu,
Saya menjadi sadar akan bagian tubuh manusia
dengan sangat jelas.
Lengan, dan anggota badan, dada, panggul,
sangat khas.
Ini dia rak ke empat dari kelima laciku.
Jika saya tiada, klise-klise, contact print, dan
hasil cetakan saya, akan dibawa ke
Universitas Cape Town
di mana mereka mendirikan sebuah fasilitas
pengarsipan untuk hal ini.
Tapi setelah pembakaran lukisan
dan beberapa potret oleh para pelajar
dijurusan art collection,
universitas menunjuk panitia dari akademik
dan pelajar untuk menilai setiap potongan karya
yang berarti untuk ditentukan
apakah bisa diterima atau tidak untuk
karya-karya yang mereka anggap berpotensi
menyinggung para pelajar berkulit hitam.
Ya, saya tidak bisa menerima penilaian dan interferensi semacam itu dalam kebebasan berekspresi.
Jika ada potongan karya di pengarsipan seni
yang mungkin membuat orang lain terganggu,
ya pamerkan saja, berikan argumen.
Saya menganggap karya saya adalah sesuatu
yang tidak bisa dikompromikan,
dan saya mengkompromikannya setiap hari,
hanya untuk tetap hidup di negara ini.
Tapi hari ini atas nama demokrasi, saya
menolak untuk terlibat.
Saya membatalkan kontraknya.
Dan karya-karya saya tidak akan disimpan
di Universitas Cape Town.
Saya tidak pernah merasa bosan
dengan fotografi.
Terkadang saya merasa sangat frustasi.
Ahh [biiip]
Marah.
Lihat ini.
Lihat ini.
tapi itulah proses peleburan dalam kehidupan.
Saya benar-benar melebur.
Saya merubah pandangan saya terhadap potret
selama 25, 30 tahun setelah memotretnya.
Masalahnya sekarang saya tidak memiliki 25 atau
30 tahun itu lagi untuk menyadarinya.
Saya harus memikirkannya lebih awal.
Saya memotret tambang emas,
dan saya seperti melihat gambaran diri saya,
jadi saya memotretnyanya.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang art21
dan sumber-sumber belajar seni
Silahkan kunjungi secara online
di pbs.org/art21