Kita tidak bisa menipu Dia yang dariNya kita berharap untuk menerima.
Kasih karunia dan kedamaian bagi Anda semua, umat Tuhan, dalam nama Yesus Kristus yang agung.
Oleh kemurahan Tuhan, saya disini akan membagikan pesan Firman Tuhan yang hidup,
Firman yang membawa kita ke dalam hubungan sejati dengan Tuhan.
Dan ketika saya mengatakn sejati, maksud saya hubungan tanpa kebohongan,
hubungan tanpa kepura-puraan,
hubungan tanpa kosmetik.
Dan sebenarnya, saya ingin memulai pesan ini hari ini dengan berbicara tentang
budaya makeup masa kini.
Saya tahu semua orang di sini tahu apa itu makeup
Saya mengacu pada produk kosmetik yang sering kita gunakan di wajah kita.
untuk meningkatkan atau mengubah penampilan fisik kita.
Ada banyak sekali video yang bisa kita temukan di internet
tentang bagaimana riasan dapat mengubah dan mentransformasi penampilan seseorang.
Bagi banyak orang, riasan adalah seni untuk mempercantik
wajah dan bahkan cara untuk memperkuat harga diri seseorang.
Namun sayangnya bagi banyak orang lainnya,
riasan digunakan untuk menyembunyikan, menyamarkan, sifat asli mereka.
Agar lebih memahami apa yang ingin saya ucapkan, kita akan menonton
video pendek tentang kekuatan makeup
Jadi dalam video ini, kita melihat seorang penata rias yang mengambil batu,
hanya batu biasa, dan dia melakukan sesi tata rias lengkap untuk itu.
Dan kita bisa melihat bagaimana dia mengaplikasikan begitu banyak produk kosmetik pada sebuah batu.
Dan sekarang dia sedang mememakaikan krim fondasi, concealer.
She really means it! And she's now putting on the powder,
dan sekarang dia akan membuat alis dan dia akan memasang bulu mata.
Waw, sangat menarik untuk melihat apa yang dilakukan seniman itu.
Bahkan dia menggambar hidung.
Dan sekarang dia akan memakai lipstik untuk merias bibirnya.
Dan kemudian, voila! Sebuah objek biasa
telah diubah menjadi wajah cantik dengan kekuatan makeup.
Namun, umat Tuhan, kekuatan riasan bisa berbahaya karena menunjukkan kepada kita
kepalsuan yang nyata akan seseorang,
dalam hal ini, sebuah objek, akan wujud aslinya.
makeup dapat menyembunyikan kebenarannya dari kita.
Dan masalahnya adalah banyak orang saat ini
membawa budaya makeup sampai diluar hal fisik.
Sebelum saya melanjutkan, saya ingin memperjelas bahwa saya sama sekali tidak menentang riasan wajah.
Faktanya, hari ini saya telah menggunakan riasan sederhana untuk mempercantik fitur wajah saya sendiri.
Dan pesan hari ini bukan untuk menentukan apakah makeup itu bagus atau tidak.
Tapi yang ingin saya sampaikan kepada Anda adalah untuk berhati-hati terhadap budaya tata rias yang
telah sering menjatuhkan bahkan anak Tuhan seklipun.
Orang ingin hidup berdasarkan penampilan dan bukan kebenaran.
Ada budaya kepalsuan.
Ada budaya di mana kita tidak lagi jujur,
yang dimana kita tidak lagi asli.
Dan banyak orang mencoba untuk ‘me-makeup’ hatinya
dengan menipu orang lain, menipu diri sendiri, dan berperilaku seolah-olah mereka dapat menipu Tuhan.
Namun motif hati yang sebenarnya tidak dapat disembunyikan di hadapan-Nya.
Hal ini membawa saya pada judul pesan ini,
“Anda Tidak bisa ‘Merias’ Hatimu.”
Jadi saya ingin Anda, di mana pun Anda berada, untuk mengatakannya dengan lantang,
“Kamu tidak bisa ‘me-makeup’ hatimu.”
Dan sekarang katakan pada dirimu sendiri,
“Aku tidak bisa ‘me-makeup’ hatiku.”
Di seluruh Alkitab, pentingnya motivasi kita
di balik tindakan kita ditekankan pada kita.
Dalam Yeremia 17:10, Alkitab mengatakan bahwa Tuhan menguji hati kita.
untuk mengetahui motif kita, untuk melihat apakah motif tersebut murni atau tidak.
Dalam 1 Tawarikh 28:9, Alkitab mengatakan bahwa Dia, Tuhan, yang menyelidik segala hati.
Dan Tuhanlah yang menghakimi hal-hal yang tak terlihat,
hal-hal rahasia, seperti dikatakan Pengkhotbah 12:13-14.
Motif kita sama pentingnya dengan tindakan kita.
Manusia melihat apa yang kelihatan dari luar, tetapi Tuhan melihat hati.
Itulah yang dikatakan Alkitab dalam 1 Samuel 16:7.
Saudara, Dengan bibir kita mengaku sebagai orang Kristen, tetapi benarkah demikian di dalam hati kita?
Banyak dari kita menganggap diri kita orang Kristen karena kita pergi ke gereja,
karena kita membawa Alkitab di tangan kita, karena kita menyapa orang lain, “Tuhan memberkatimu,”
karena kita berlutut untuk berdoa atau kita beribadah dengan suara keras.
Tetapi apakah seperti itu juga di dalam hatimu?
Apakah Anda benar-benar bermaksud melakukannya?
Tuhan menghargai niat dan motif kita, karena Dia mencari penyembah sejati.
Tuhan mencari pengikut yang tulus.
Yohanes 4:23 mengatakan demikian.
Sebagaimana Nabi TB Joshua sering mengatakan kepada kita, kekristenan sejati terletak di dalam hati.
Saya tahu setiap dari Anda yang terhubung di sini, memiliki permintaan doa.
Anda mencari campur tangan Tuhan dalam hidup Anda.
Tetapi saya ingin Anda bertanya pada diri Anda sendiri
apa motif di balik permohonan doa tersebut?
Saya tidak menanyakan apa permintaan doa Anda.
Saya bertanya, apa motif dibalik permintaan itu?
Karena tidak mungkin untuk menipu
Dia yang dari-Nya kita berharap untuk menerima.
Saya akan memberi beberapa contoh tentang ketulusan dan kepalsuan.
Contoh dari motif yang salah dan motif yang benar
yang dapat kita temukan dalam Alkitab untuk kita renungkan
Beberapa ciri yang akan membantu kita mengidentifikasi
di kategori yang manakah permohonan doa kita, tindakan kita, tergolongkan
Dan saya ingin memulai dengan membaca 1 Samuel 8.
Kita akan membaca ayat 4 dan 5 dan kemudian kita akan
melompat ke beberapa ayat dalam bab yang sama.
Dan Alkitab berkata, “Lalu berkumpullah semua tua-tua Israel
dan sampailah mereka kepada Samuel di Ramah,
dan berkata kepadanya, ‘Lihat, engkau sudah tua, dan anak-anakmu tidak berjalan seperti engkau.
Maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada bangsa-bangsa lain."
Dan sekarang mari kita
lompat ayat ke-7.
'TUHAN berfirman kepada Samuel: "Dengarkanlah perkataan bangsa itu,
dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu;
sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak,
supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka."'
Dan sekarang mari kita lompat ke ayat 19 dan 20.
'Tetapi bangsa itu menolak t mendengarkan perkataan Samuel;
dan mereka berkata: "Tidak, harus ada raja atas kami.
maka kamipun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami
dan memimpin kami dalam perang."'
Di sini, hai umat Tuhan, kita membaca tentang ketika bangsa Israel bertanya kepada Samuel
nabi, yang juga menjadi hakim Israel pada waktu itu, untuk melantik seorang raja bagi mereka.
Seperti yang bisa kita lihat, meskipun alasan petisi mereka tampaknya sah –
Samuel sudah sangat tua dan anak-anaknya tidak mengikuti jejaknya.
permohonan mereka lahir dari perbandingan
Dalam ayat 5 dan ayat 20,
mereka berkata, “Maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada bangsa-bangsa lain.".”
Bangsa Israel membandingkan dirinya dengan bangsa lain
dan ingin menjadi seperti mereka.
Permohonan mereka ‘tidak tulus’ dengan terlebih dahulu mengatakan sesuatu yang terkesan benar dan dapat dibenarkan.
Umat Tuhan, ketahuilah bahwa ketika motif-motifmu lahir karena membandingkan,
doamu, tindakanmu, tidak tulus di hadapan Tuhan.
Sebagai orang Kristen, kita perlu berhati-hati untuk menghindari jebakan membandingkan.
Ketika doa atau tindakan kita lahir dari perbandingan, itu karena
hati kita lebih terfokus pada pendapat manusia dibandingkan pendapat Tuhan.
Permohonan yang lahir dari membandingkan datangnya dari hati
yang lebih tertarik untuk menyenangkan manusia daripada menyenangkan Tuhan.
Pada waktu ini. Waktu Anda menginginkan berkat Tuhan, atau terobosan itu,
di bidang apa pun dalam hidup Anda,
penting bagimu, hai umat Tuhan, untuk memeriksa dirimu sendiri,
agar Anda memeriksa motif Anda.
Apakah motivasi dari permohonan doa itu oleh karena Anda membandingkan diri sendiri
dengan orang lain, karena Anda menginginkan keinginan duniawi, keinginan daging,
menjadi seperti orang lain atau memiliki apa yang dimiliki orang lain?
dan Apakah Anda membiarkan perbandingan ini menentukan arah doa Anda?
Umat Tuhan, mari kita periksa diri kita sendiri.
Mari kita periksa dari mana doa dan tindakan kita berasal.
Banyak di antara Anda, saat melanjutkan membaca cerita ini, Anda mungkin berkata,
‘Tetapi Tuhan akhirnya mengabulkan permohonan mereka ketika Dia mengurapi Saul sebagai raja!’
Ya, umat Tuhan.
Namun Alkitab juga mengatakan bahwa Tuhan tidak berkenan
dan Tuhan memberi mereka peringatan yang jelas tentang apa yang akan terjadi jika mereka memiliki seorang raja.
Alkitab mengatakan bahwa mereka akan menjadi pelayannya.
Versi Alkitab lainnya mengatakan bahwa mereka akan menjadi budak raja.
Umat Tuhan, janganlah kita menjadi budak
akan hal yang kita mintakan ke Tuhan karena motif yang salah.
Contoh lain dari ketidaktulusan dapat diambil
dari kehidupan Raja Saul dan tindakan ibadahnya yang tidak berkenan kepada Tuhan.
Kita dapat menemukannya dalam 1 Samuel 15.
Dengan menyisakan nyawa Raja Amalek, musuh Israel pada waktu itu,
Raja Saul mendapat teguran dari Nabi Samuel.
Namun Saul membenarkan dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa ia tetap hidup
ternak yang terbaik akan dipersembahkan sebagai kurban kepada Tuhan.
Dan rupanya, Saul mengakui dosanya,
Saul mengakui kesalahannya, namun perkataan pertobatannya sia-sia
tidak lebih dari ‘kosmetik’ untuk menyembunyikan niat sebenarnya,
motif dari hati yang sesungguhnya: kesombongan dan bergantung pada diri sendiri
Dia hanya ingin mempertahankan ketenarannya, reputasinya.
Raja Saul tidak bermaksud menyembah Tuhan dari dalam hatinya.
Mempersembahkan korban, menyembah Tuhan, adalah tindakan yang benar, tetapi Raja Saul
ditolak oleh Tuhan karena motif yang salah dalam hatinya.
Mari kita renungkan contoh-contoh ini.
Marilah kita datang pada Tuhan dengan hati yang tulus.
Dan saya tahu tidak ada
seorang pun di sini
yang terhubung dengan kebaktian ini dan ingin menjadi
seperti orang yang Yesus bicarakan dalam Markus 7:6,
ketika Dia berkata, “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya,
tetapi hati mereka jauh dari Ku.”
Dan umat Tuhan,
Anda juga dapat mengatakan bahwa contoh-contoh ini adalah kasus ekstrim dari ketidakjujuran.
Mungkin Anda berpikir bahwa kita semua tahu bahwa Raja Saul memiliki hati yang jahat.
Dan kita juga dapat mengatakan bahwa pada waktu itu bangsa Israel memiliki moral yang buruk,
mereka tidak tulus.
Namun berdasarkan pesan ini, saya ingin berbagi dengan Anda
sesuatu yang terjadi di tahun pertama pernikahan saya
jadi kita semua bisa melihat betapa mudahnya kita jatuh ke dalam ketidakjujuran
jika kita tidak terus-menerus memeriksa motif kita.
Bagi Anda yang belum tahu; atas Anugerah Tuhan yang ajaib,
Saya menikah dengan seorang pria yang luar biasa, penuh kasih, perhatian, namun yang terpenting takut akan Tuhan,
seorang pria beriman. Saya menikah dengan Saudara Chris.
Dan suatu hari kami berada di rumah
dan tibalah saatnya untuk melakukan salah satu kegiatan yang sangat saya sukai, memasak.
Jadi saya pergi ke dapur dan membuka kulkas.
ada ayam dan daging sapi, jadi saya perlu memutuskan apa yang akan dimasak hari itu.
Jadi saya berkata pada diri sendiri,
“Oke, saya tidak punya banyak waktu.
Mungkin memasak ayam lebih cepat dan saya merasa ingin makan ayam. Tetapi,
"Saya akan bertanya pada Chris, apa yang dia inginkan."
Jadi saya pergi menemuinya dan saya bertanya kepadanya dengan cara yang sangat menawan,
“Sayang, apa yang kamu inginkan untuk makan siang: daging ayam atau sapi?”
Dia berkata, “Oh, terima kasih. Saya ingin makan daging sapi hari ini.”
Jadi saat itu juga, tanpa berpikir panjang, saya berkata kepadanya, “Oh, kalau begitu?
Saya akan memasak ayam saja. Lebih cepat. Saya lebih suka ayam.”
Jadi Saudara Chris mengoreksi saya dan berkata, “Mengapa kamu menanyakan pendapatku?
Jika kamu sudah menyimpulkan apa yang ingin kamu masak?”
Umat Tuhan, pada kenyataannya,
Pada saat itu, saya menyadari bahwa motif di balik pertanyaan saya tidak tulus.
Biasanya, dia menikmati makanan saya, apa pun yang saya masak.
Dia tidak pernah meminta saya untuk memakan jenis makanan tertentu.
Tapi ketika sampai pada pertanyaan ini, saya sudah menyimpulkan
tentang apa yang ingin saya masak hari itu.
Dan ini menunjukkan bahwa saya belum siap menerima sesuatu yang berbeda dari apa yang saya inginkan.
Dan pertanyaan saya memprovokasi karena
itu adalah 'riasan' dengan motif yang palsu
untuk memasukkan pendapat suami saya dalam keputusan yang sangat sederhana,
padahal motivasi saya yang sebenarnya adalah memasak ayam.
Umat Tuhan, hal ini bisa terjadi antara kita dengan Tuhan.
Hal ini dapat terjadi dalam hubungan kita dengan Tuhan.
Terkadang, saat kita datang ke Tuhan dan saat kita memohonkan suatu permohonan,
Tidak tulus, karena kita telah menempatkan keinginan kita sendiri di atas keinginan-Nya.
Terkadang kita menyampaikan permohonan kita kepada Tuhan dengan kata-kata yang indah dan tutur kata yang halus,
tetapi kita tidak siap menerima sesuatu yang berbeda dari apa yang sebenarnya kita inginkan.
Dan saya bertanya lagi, apa motif di balik permintaan doa Anda,
di balik permohonan doa, di balik tindakan Anda?
Tidak peduli sepintar apa Anda, Anda tidak bisa ‘merias’ hati Anda.
Dan saya ingin menanyakan pertanyaan yang tulus ini kepada Anda semua:
Seberapa tuluskah doamu?
Sekarang saya ingin menyoroti beberapa contoh doa yang tulus dalam Alkitab.
agar kita dapat terinspirasi dari mereka.
Ketika kita datang pada Tuhan, kita tidak perlu menjadi sempurna untuk mendekati Tuhan.
Kita hanya perlu tulus.
Dalam 1 Samuel 1, kita membaca kisah tentang Hana, ibu Nabi Samuel.
Dia bersumpah kepada Tuhan saat dia meminta seorang anak.
Permohonan Hannah adalah agar Tuhan melepaskannya dari
kesusahan dan penderitaan karena mandul
Dan mungkin permohonannya dipengaruhi oleh provokasi istri kedua
dari Elkana, suami Hannah.
Namun motif sebenarnya di balik permohonan Hannah adalah untuk memuliakan Tuhan,
karena hal itu tidak masuk akal secara jasmani, dari sudut pandang manusia,
untuk meminta sesuatu yang nantinya akan dia berikan.
Permohonan Hannah dimotivasi oleh keinginannya untuk memuliakan Tuhan.
Motifnya bukan untuk memuliakan dirinya sendiri
atau agar kelihatan lebih baik dari pesaingnya.
Dia ingin memuliakan Tuhan.
Permohonannya bukanlah ‘makeup’ yang berisi pengakuan kosong dan air mata.
Permohonannya bukanlah 'riasan' yang dibalut sentimentalisme dan drama.
Hannah sangat serius dengan apa yang ia doakan, dan Tuhan melihat hatinya dan memberkatinya.
Dan ujian waktu, umat Tuhan,
menunjukkan keaslian doa itu, karena ketika saatnya tiba,
Hannah menyerahkan anaknya untuk melayani Tuhan
Bagaimana saya bisa tahu apakah doa saya tulus?
Ketika motif doa itu adalah untuk memuliakan Tuhan,
ketika motif doaku adalah untuk melakukan kehendakNya,
ketika apa yang kuminta bertujuan untuk membawaku lebih dekat kepada Tuhan,
ketika apa yang kuminta adalah demi keselamatan jiwaku.
umat Tuhan, motivasi yang benar sangatlah penting.
agar kita memiliki hubungan yang baik dengan Bapa.
Dan itulah sebabnya saya ingin Anda pergi bersama saya dalam Alkitab, ke dalam Mazmur 145,
dan kita akan membaca ayat 18 dan 19.