Plum Village, Prancis, Mei 2014 Master Zen Thich Nhat Hanh menjawab pertanyaan (Bunyi genta) Dalam tradisi saya sendiri -Jepang-, kami tidak tersenyum, tapi di Plum Village kami banyak tersenyum. Saya suka keduanya. Bagaimana cara menggabungkannya? Thay terkasih, Sangha terkasih, (Bahasa Jepang) Saya datang dari Jepang. Thay terkasih, Sangha terkasih, saya datang dari Jepang. (Bahasa Jepang)Saya pendeta agama Shinto di kuil yang berada di kaki gunung Fuji. Saya pendeta agama Shinto di kuil yang berada di kaki gunung Fuji. (B.Jepang) Pada saat yang sama, saya juga berlatih meditasi Zen dari sekolah Rinzai. Pada saat yang sama, saya juga berlatih meditasi Zen dari sekolah Rinzai. (B.Jepang) Orang Jepang jarang tertawa. Orang Jepang jarang tertawa. (B.Jepang) Khususnya pada sekolah RInzai, kami diajarkan bahwa kami tidak diizinkan untuk menampakkan gigi kami dalam tiga tahun pertama sejak kami ditahbiskan. Khususnya pada sekolah RInzai, dalam tiga tahun pertama sejak kami ditahbiskan kami tidak diizinkan menampakkan gigi kami ... artinya kami tidak boleh tertawa. (B.Jepang) Kami diajarkan melakukan cara tradisional dalam berlatih meditasi Zen, tidak ada ekspresi wajah, tubuh kaku dan tegang. Jadi cara yang diajarkan di sekolah adalah saat saya berlatih meditasi Zen, Saya harus menjaga agar wajah dan tubuh saya kaku dan tegang. (B.Jepang) Saya mempunyai ketegangan ini, yang merupakan ciri dari budaya Jepang. Dan ketegangan ini, saya rasa juga merupakan ciri dari budaya Jepang. (B.Jepang) Tapi saya suka ajaran Thay tentang senyum dan santai di Plum Village. Tapi saya suka latihan dan ajaran dari Plum Village. Saya sangat suka akan senyuman dari Plum Village. (B.Jepang) Lusa, saya harus pulang ke tanah tak tersenyum itu. (B.Jepang) Lusa. Lusa, saya harus pulang ke tanah tak tersenyum itu. (B.Jepang) Meskipun saya suka tradisi dari tanah air saya, saya juga suka ajaran Thay di Plum Village. Dalam hati saya, kedua ajaran ini tercampur aduk. Setelah saya pulang ke Jepang, saya ingin menggabungkan kedua ajaran ini, bagaimana saya bisa melakukannya? Jadi, saya suka ajaran dari Plum Village. Saya suka tersenyum. Tapi pada saat yang sama, saya sangat menghargai tradisi dari Jepang sendiri yang tanpa tersenyum. Jadi lusa, saat saya harus pulang ke Jepang, saya tidak tahu bagaimana saya bisa meneruskan latihan di mana saya bisa menggabungkan kedua ajaran yang berbeda ini. (B. Jepang) Saya ingin menggabungkan. Saya harap bisa menggabungkannya. Bagaimana cara menggabungkannya, Thay? (Suara tertawa) Saya pikir itu sangat memungkinkan. Dalam sejarah agama Buddha Zen di Jepang, banyak guru-guru Zen yang mampu tersenyum. Mereka sangat menikmati keindahan alam. Dalam tulisan mereka, dalam ucapan mereka, mereka telah mengekspresikan berbagai kecintaan dan penghargaan tentang alam. Ketika anda sangat menikmatinya, anda tidak bisa menahan diri untuk tersenyum walaupun tidak ada yang melihat anda tersenyum. Anda bisa tersenyum pada malam hari, tidak ada yang melihat anda. (Suara tertawa) Dan anda tahu bahwa senyum seperti itu bukanlah senyuman diplomatik. Tersenyum, bahkan tertawa. Saya pikir banyak teman kita di Jepang, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka berlatih dengan serius. Tentu saja, perhatian mereka terpusat untuk berhasil dalam latihan. Anda tidak bisa berlatih setengah-setengah. Anda harus berlatih sepenuhhati,anda harus menunjukkan keseriusan anda dalam latihan. Dan jika anda terlalu serius, anda menjadi terlalu suram bagi saya. Dan beberapa dari kita melakukannya secara berlebihan. Berlatih dengan serius adalah hal baik, kami setuju dengan mereka. Kami memberitahu mereka bahwa kami setuju kita harus berlatih dengan serius. Tapi kita harusnya tidak berlatih secara berlebihan sehingga menjadi suram, tegang. Karena patung Sang Buddha yang indah selalu tersenyum ringan. Jadi anda bisa pulang dan memberitahu rekan berlatih anda: Ada dua jenis senyum, dua jenis tawa. Dan saat anda tersenyum dengan sadar, itu bagus. Bahkan jika anda tertawa keras, anda melakukannya dengan sadar, itu bagus. Apapun yang dilakukan secara sadar, itu bagus. Apapun yang dilakukan secara tidak sadar, itu tidak bagus. Jadi anda harusnya menerima tawa dan senyuman yang baik. Jadilah guru yang baik dan bawalah senyuman sadar, tawa sadar pulang dalam tradisi anda dan tingkatkan mutunya. Khususnya, nasehati mereka untuk makan perlahan. Karena dalam tradisi Soto, mereka makan dengan sangat cepat. (Suara tertawa) Kita seharusnya bisa menikmati makan. Beritahu mereka untuk mengunyah setidaknya 30 kali. Lebih baik lagi kalau dilakukan 50 kali. Terima kasih. Terhubung, terinspirasi, terpelihara. (Bunyi genta)