Cuacanya bagus, ya!
Kerja hebat!
Kau atlet yang luar biasa!
Itu pujian, bukan?
Ya, bisa jadi.
Tergantung gelagat
dan nada suara di baliknya,
mungkin kalimat itu memang pujian.
Namun bisa juga,
sebuah kalimat tajam dan menyerang.
Sedikit saja perubahan gelagat
di balik kalimat tadi
adalah apa yang kita sebut ironi verbal.
Jadi saat seseorang berkata,
"Cuacanya bagus, ya,"
bisa jadi maksudnya memang begitu.
Matahari bersinar,
burung-burung berkicau,
dan angin yang tenang.
Namun jika cuacanya buruk,
awan menggantung,
dan angin bertiup kencang,
lalu seseorang berkata,
"Cuacanya bagus, ya,"
mungkin makna sesungguhnya
bukan seperti itu.
Mungkin dia ingin bilang cuacanya buruk,
tetapi dia mengatakan sebaliknya.
Inilah ironi verbal
ketika si pembicara mengatakan
kebalikan yang dia maksud.
Aku tahu pikirmu.
Bukankah ini sarkasme,
si pembicara sedang sarkastis, bukan?
Memang.
Saat pembicara mengatakan
kebalikan dari yang dimaksud,
itulah ironi verbal.
Jika pembicara melangkah lebih jauh
untuk menekankan kebalikan itu
karena ingin sedikit tajam dan kejam,
seolah mencemooh sesuatu,
itulah sarkasme.
Coba lihat contoh kedua:
"Kerja hebat!"
Seseorang mencapai cita-citanya:
hebat!
Seseorang memenangkan
kompetisi olah raga:
hebat!
Seseorang menabrak
bagian belakang mobil:
tidak hebat.
Jadi ketika si penumpang
berkata, "Kerja hebat!"
bisa jadi maksudnya sebaliknya
dengan nada bergurau.
Itu ironi verbal dan juga sarkastis.
"Kau atlet berbakat," ke seorang
atlet Olimpiade:
benar, tak ada ironi verbal.
Ke anak ceroboh yang tersandung
di kelas bahasa Inggris
dan menjatuhkan buku dan pensilnya
ke seluruh ruangan,
itu namanya kasar
dan ironis secara verbal
karena yang kau maksud
malah sebaliknya.
Itulah ironi verbal.
Mengatakan kebalikan maksud sebenarnya.
Kemudian, karena kau bermaksud
mencemooh orang malang ini,
kau tak hanya ironis secara verbal,
tetapi juga sarkastis.
Waspadalah, ini sulit.
Walau definisi sarkasme
cocok dengan ironi verbal,
tidak semua ironi verbal itu sarkastis.
Ironi verbal adalah saat yang dimaksud
adalah kebalikan yang diucapkan,
sementara sarkasme menambah
sedikit sentilan di dalamnya.
Namun, ada kalanya,
ada arti lain yang timbul
tanpa nada sarkastis.
Baik, sekarang pergilah
dan cari contoh ironi verbal
serta sarkasme.
Semoga beruntung!
Aku serius, semoga beruntung.
Tidak, tidak, serius,
aku benar-benar berharap
kau berhasil melakukan tugas sulit ini.
Oke, semoga beruntung.
Kau pasti bisa!
Tidak ada ironi verbal di sini.