Liz Magor: Semua Harus Punya Studio Jika aku tak di sini, aku ingin di sini. Dan aku ingin berkarya. Tempat ini cukup hening. Pencahayaannya cukup bagus. Cahaya ada dari timur. Banyak tidak tahu aku di sini. Aku tak pasang namaku di pintu. Aku bertemu temanku di luar studio. Ini benar-benar tempat kesukaanku. Bekerja mungkin saat-saat yang menentramkan atau menenangkan karena aku tak dapat gangguan. Aku ingin bilang seperti meditasi, tapi aku tahu apa tentang meditasi? Tidak terlalu. Ini caraku untuk tetap fokus dalam satu hal dan terdapat pula yang menyenangkan saat melakukannya. Jadi aku melakukan ini untuk kepuasan, bisa dibilang. meski tidak menyenangkan. Saat aku bentuk bahanku menjadi cetakan kantung plastik, Aku jadi yakin. Warna kuning itu akan muncul keluar. Dan sudah jadi tujuanku membuat objek ini memiliki gairah atau semangat. Yang ada di dalamnya akan menjadi menarik untuk dilihat. Warna kuning membuat kantung itu menjadi hidup. Aku buat studioku tetap dalam keadaan seadanya dalam hal teknologi dan sistem yang aku gunakan. Aku tidak membeli peralatan. Aku bukan di pabrik. Itu karena aku ingin dapat berhenti kapan pun aku mau dan pindah ke dalam hal yang sangat berbeda. Aku mulai berpikir, kalau aku harus cekatan. Ini mungkin terdengar berlebihan, tapi ini seperti tempat untuk filosofi jasmani. Aku sering bicara tentang "jarang diperhatikan." atau "ada tapi tak dianggap". Dan menurutku, ini salah satunya. Karena ini bagus sekali. Ini bagus sekali. Dan aku ingin bentuk seperti itu. Meski ada.. ada gelembung udaranya. Jadi ini yang depan dan itu di belakang. Bagian depan punya bagian lemahnya yang keluar. Aku butuh studio yang tenang. karena pekerjaan dimulai dengan menyadari aktivitas yang hening di sekitar kita. Mereka selalu ada. Tapi tidak pernah diperhatikan. Inilah yang membuatku tertarik untuk berkarya. Semua harus punya studio. Mereka sebaiknya diberikan BPJS oleh pemerintah. Karena ini tempat berkumpulnya semua ketidaksesuaian Dan hal itu dapat dilihat.