Plum Village, Prancis, Mei 2014 Master Zen Thich Nhat Hanh menjawab pertanyaan (Suara genta) 1. Keluarga saya mempunyai banyak penderitaan,menyebabkan mereka jadi keras dan merusak diri mereka sendiri. Bagaimana cara saya membantu mereka? 2. Mengapa banyak diskriminasi pada wanita dalam agama Buddha bahkan sampai hari ini? Wahai Thay, wahai Sangha, Saya punya 2 pertanyaan. Jadi pertanyaan pertama saya adalah: Saya adalah anak terakhir dari garis keturunan leluhur saya. Dan ada banyak penderitaan untuk diubah, tapi saya juga sangat beruntung mempunyai kondisi cukup untuk menemukan Dharma, dan tidak berlari untuk bertahan hidup. Jadi saya bisa berlatih. Sekarang, saya baru kembali dari perjalanan jauh, dan karena saya pergi jauh, begitu saya kembali saya bisa melihat dengan jelas bagaimana penderitaan dibangun dalam keluarga kami. beberapa generasi melalui kondisi sejarah. Jadi saya mencoba berbagi dengan sesepuh saya, agar mereka bisa menemukan kelegaan. Tapi sebagian dari mereka sangat keras. Mereka mempunyai banyak kemarahan. Mereka menjadi sangat keji dan putus asa. Dan walaupun saya mempunyai pemahaman, saya tahu saya juga tidak cukup stabil dalam situasi tertentu, dan saya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk membantu mereka. Dan saya sangat cemas, karena saya telah melihat beberapa dari mereka, dari generasi orang tua saya, yang melarikan diri dari perang, menjadi benar-benar gila dan merusak diri mereka sendiri. Jadi ini adalah pertanyaan pertama saya. Dan pertanyaan kedua saya adalah: Mengapa dalam tradisi agama Buddha, bahkan sampai hari ini, masih banyak diskriminasi terhadap wanita? Terima kasih. (Sdri. Pine) Wahai Thay, teman kita menanyakan 2 pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah seperti pertanyaan seorang anak muda tentang cara membantu ayahnya. Jadi teman kita disini juga berkata bahwa dia bisa melihat banyak penderitaan. tidak hanya generasi orang tuanya, tapi juga generasi leluhurnya. Dia ingin membantu mereka, tapi dia melihat mereka sangat keras, karena penderitaan hebat yang telah mereka lalui selama perang. Dan mereka merusak diri mereka sendiri karena penderitaan di dalam diri mereka. Dia ingin tahu bagaimana dia bisa meraih mereka, bagaimana dia bisa membantu mereka ke arah yang lebih sehat. Dan pertanyaan kedua adalah: Mengapa sampai hari ini banyak diskriminasi pada wanita dlm agama Buddha? Apakah anda pikir bahwa di Plum Village, kami mendiskriminasi wanita? Para biksuni dan ... praktisi wanita di Plum Village memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur kehidupan dan latihan Sangha dan latihan dari Sangha yang lebih besar. Dan tradisi biksuni masih ada di berbagai negara. Ada negara yang telah kehilangan Sangha biksuni. Ini bukan karena agama Buddha, tapi karena para praktisi agama Buddha. Mereka mengizinkan diskriminasi seperti itu dari masyarakat menyusup dalam komunitas. Di Thailand, di Sri Lanka ... mereka tidak punya biksuni lagi. Dan banyak orang di negara-negara ini mencoba memulihkan urutan biksuni. Jadi orang beragama Buddha tidak berlatih cukup baik. Itu sebabnya kita harus berbuat lebih baik lagi dari generasi sebelumnnya. Dan Thay adalah salah satu dari mereka yang mencoba ... memulihkan ... memulihkan semangat, semangat agama Buddha yang awal, asli, sederhana, karena Sang Buddha ... menghapus segala jenis diskriminasi. Beliau menerima segala jenis orang, segala jenis ras, segala jenis kasta dalam komunitas-Nya. Dan beliau menyambut ... wanita menjadi biksuni. Beliau adalah seorang revolusioner sejati dalam zaman-Nya sendiri. Begitu sulit, tapi beliau mampu melakukannya. Jadi kita yang merupakan kelanjutan dari Sang Buddha, harus berlatih cukup baik untuk mempertahankan peninggalan-Nya, untuk melindungi peninggalan-Nya. Tidak ada diskriminasi! Penderitaan luar biasa. Dan ada di antara kita ... yang keluar dari Perang Vietnam, penuh dengan luka. Kita telah melihat abang kita, ayah kita, ibu kita, kakak kita terbunuh dan musnah selama perang. Kita telah melihat banyak dari mereka dipenjara dan disiksa selama perang. Filsafat asing, senjata asing telah dibawa masuk dari segala penjuru dunia untuk menghancurkan kita, untuk membunuh kita. Dan kita dipaksa ke dalam situasi seperti itu untuk waktu yang lama. Dan tiap dari kita, setiap orang Vietnam dari generasi baru membawa penderitaan seperti itu dalam dirinya. Dan setelah 40 tahun pengasingan, Thay telah bisa pulang beberapa kali, mengadakan retret untuk membantu menyembuhkan luka perang orang-orang, generasi yang lebih muda. Dia mencoba melakukan yang terbaik, dan dia mencoba melakukannya sebagai sebuah Sangha, bukan sebagai perorangan. Thay pulang ke Vietnam bukan sebagai perorangan, tapi sebagai sebuah komunitas. 300 orang praktisi pulang ke Vietnam dengan Thay untuk pertama kalinya setelah 40 tahun dalam pengasingan. Itu adalah pada tahun ... tahun 2005... benar bukan? 2005. Kita mempunyai beberapa ratus monastik dan praktisi awam datang bersama. Dan latihan kita sangat kuat. Bayangkan ... sebuah hotel di Hanoi, di mana kami tinggal. Polisi rahasia datang dan mengamati kami, karena mereka takut akan kami. Kemanapun kami pergi, mereka mengikuti kami. Mereka ingin tahu apa yang kami beritahu orang-orang, apa yang kami lakukan. Mereka dipaksa mengizinkan Thay untuk pulang ke rumah, tapi mereka takut ... bahwa kami mungkin mengatakan sesuatu, bahwa kami mengajak orang di Vietnam mengatakan sesuatu yang melawan mereka. Dan beberapa ratus dari kami berlatih dengan kekukuhan. Dan cara kami berjalan, cara kami bernafas, cara kami makan sarapan kami, cara kami menemui orang di hotel dan mereka yang datang menemui kami, termasuk polisi rahasia, mencerminkan latihan kami. Dan hotel tempat kami tinggal kelihatan seperti pusat latihan. Ada kesadaran. Ada kedamaian, persaudaraan. Dan mereka sangat terkesan. Dan suatu kali kami melakukan meditasi berjalan di sekitar Danau Hoan Kiem. Itu adalah pertama kalinya orang di kota itu menyaksikan sejumlah besar orang berjalan dengan damai, senang dan bahagia. Mereka sangat dikejutkan oleh pemandangan itu. Itu memngakibatkan pengaruh besar pada penduduk. Mereka melihat praktisi yang kuat. Dan kami bisa berbagi latihan dengan begitu banyak orang ... pada kotbah umum dan dalam retret kami. Dan setelah itu kami mengadakan upacara berdoa. Kami berdoa bagi jutaan orang yang meninggal selama perang. Dan ribuan orang datang dan berlatih dengan kami, dan berdoa bersama. Dan kami berjanji satu sama lain bahwa tidak akan pernah lagi kami akan menerima perang filsafat seperti itu, dan membunuh satu sama lain dengan senjata asing dan filsafat asing. Dan itu hal yang mungkin. Jadi kami berlatih untuk membantu penyembuhan seluruh negara. Jadi jawaban saya di sini adalah: Untuk berhasil dalam ... upaya anda membantu anda harus melakukannya dengan sebuah Sangha. Anda harus masuk dalam sebuah Sangha. Anda harus mempunyai saudara dan saudari dalam berlatih. Kita harus cukup kuat untuk bisa mengatasi penderitaan. Ada banyak sampah. Dan karena banyak dari kita tidak tahu cara merubah sampah menjadi bunga, menggunakan penderitaan dengan baik untuk menciptakan perdamaian dan penyembuhan, kita perlu sebuah Sangha sebagai pendukung. Jadi berlatih sendiri, perubahan diri sudah sangat sulit, apalagi perubahan orang lain. Itu sebabnya ... kita harus tahu, kita harus lihat bahwa kita harus mencoba membangun sebuah Sangha untuk bersama Sangha, membantu pembangunan Sangha, Tanpa Sangha, anda tidak bisa banyak melakukan perubahan dan penyembuhan. Bahkan Sang Buddha tidak bisa berbuat banyak tanpa sebuah Sangha. Dan itu sebabnya, setelah Penerangan Sempurna,hal pertama yang beliau pikirkan, adalah pergi mengenali elemen dari Sangha beliau. Anda harus melakukan hal yang sama. Dan Thay sangat sadar akan hal ini. Thay tahu bahwa jika dia pulang sendiri, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Jadi dia mengajukan kondisi: "Saya hanya akan pulang jika anda membiarkan saya pergi dengan Sangha saya." Jadi dengan Sangha kita akan mempunyai energi bersama yang cukup kuat untuk menjaga penderitaan kita, merubah penderitaan kita. Semoga berhasil! Terhubung, terinspirasi, terpelihara (Suara genta)