Setiap saat, triliunan sel melewati pembuluh darahmu, terkadang mengelilingi tubuh hanya dalam satu menit. Setiap sel memiliki asal muasal dari dalam tulangmu. Tulang kelihatannya padat, tetapi sebetulnya berpori di bagian dalam. Pembuluh darah, besar dan kecil, masuk lewat lubang-lubang ini. Di dalam tulang-tulang yang besar pada rangkamu terdapat rongga tengah yang berisi sumsum yang lembut. Sumsum mengandung lemak dan jaringan penyokong lainnya, tetapi elemen terpenting adalah sel punca darah. Sel punca ini selalu membelah diri. Mereka dapat berdiferensiasi menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah, dan mengirimkan ratusan miliar sel darah baru itu ke peredaran darah setiap hari. Sel darah baru ini memasuki aliran darah melalui lubang-lubang pada pembuluh kapiler kecil di sumsum. Melalui pembuluh kapiler, sel mencapai pembuluh yang lebih besar dan keluar dari tulang. Jika ada masalah dengan darahmu, kemungkinan besar penyebabnya terkait dengan sumsum tulang. Kanker darah sering berawal dari mutasi genetik pada sel punca. Sel punca sebetulnya tidak bersifat kanker, tetapi mutasi ini dapat mengganggu proses diferensiasi dan menghasilkan sel darah yang ganas. Pada pasien kanker darah stadium lanjut, seperti leukemia dan limfoma, harapan terbaik untuk sembuh adalah transplantasi alogenik sumsum tulang, yaitu mengganti sumsum pasien dengan sumsum dari donor. Begini cara kerjanya. Awalnya, sel punca darah diambil dari donor. Umumnya, sel punca darah disaring dari aliran darah donor dengan mengalirkan darahnya melalui mesin yang memisahkannya ke dalam komponen yang berbeda. Cara lainnya, sumsum diambil langsung dari tulang di panggul, yaitu puncak iliaka, dengan jarum. Sementara itu, penerima bersiap untuk transplantasi. Kemoterapi atau radiasi dosis tinggi membunuh sumsum pasien, menghancurkan sel ganas dan sel punca darah. Perlakuan ini juga melemahkan sistem imun, memperkecil kemungkinan ia menyerang sel yang ditransplantasi. Lalu, sel donor dimasukkan ke tubuh pasien melalui kateter vena sentral. Sel itu awalnya beredar di aliran darah perifer, tetapi molekul pada sel punca, yaitu kemokin, menjadi alat pengatur dan segera mengarahkannya kembali ke sumsum. Selama beberapa minggu, mereka mulai berlipat ganda dan menghasilkan sel darah baru yang sehat. Hanya perlu sedikit sel punca darah untuk menghasilkan sumsum yang sehat di seluruh tubuh. Transplantasi sumsum tulang juga dapat mendorong terjadinya aktivitas graft-versus-tumor, ketika sel imun baru yang dihasilkan dari sumsum baru dapat membasmi sel kanker, padahal sistem kekebalan lama tidak bisa. Fenomena ini dapat menyembuhkan kanker darah. Tetapi, ada risiko dalam transplantasi sumsum tulang, termasuk penyakit graft-versus-host. Ini terjadi ketika sistem kekebalan dari sel darah donor menyerang organ pasien. Kondisi yang mengancam hidup ini terjadi pada 30-50% pasien yang menerima sel darah dari donor yang bukan saudara kembarnya, terutama ketika sel punca diambil dari darah, bukannya dari sumsum tulang. Pasien bisa mengonsumsi obat imunosupresan atau sel imun tertentu bisa dihilangkan dari sampel donor untuk mengurangi risiko penyakit graft-versus-host. Walaupun pasien terhindar dari graft-versus-host, sistem imun mereka mungkin menolak sel donor. Jadi, penting untuk menemukan kecocokan sedari awal. Region tertentu pada kode genetik menentukan bagaimana sistem imun mengenali sel asing. Jika region ini mirip antara donor dan penerima, sistem imun penerima lebih mungkin menerima sel donor. Karena gen ini diwariskan, sering kali donor paling cocok adalah saudara kandung. Tetapi, banyak dari pasien yang perlu transplantasi sumsum tidak punya kecocokan dengan anggota keluarganya. Pasien ini mencari dari daftar relawan donor yang bersedia mendonorkan sumsum mereka. Untuk itu, hanya perlu sampel usap pipi yang akan dites kecocokan genetiknya. Pada umumnya, proses donasinya tidak lebih rumit dari donor darah biasa. Transplantasi menyelamatkan hidup orang lain dengan sumber yang sudah pasti terbarukan.