Ada banyak alasan kuat bagi kita untuk sepenuhnya beralih ke tanaga surya. Pada umumnya lebih murah, dan tentunya lebih berkelanjutan daripada pembangkit listrik tradisional yang memakai sumber daya batu bara, yang akhirnya akan habis. Jadi, mengapa kita tidak menggantinya dengan tenaga surya? Karena ada satu faktor yang membuat tenaga surya sangat tak dapat diprediksi: naungan awan. Saat sinar matahari merambat menuju bumi, sebagian diserap oleh atmosfer bumi, sebagian dipantulkan kembali ke luar angkasa, sisanya bisa sampai ke permukaan Bumi. Bagian yang tidak dibiaskan disebut radiasi langsung. Bagian yang terhalangi oleh awan disebut radiasi difusi. Sinar yang dipantulkan oleh permukaan, oleh bangunan di dekatnya, sebelum mencapai sistem tenaga surya, disebut radiasi pantulan. Tetapi sebelum kita menelaah cara awan memengaruhi sinar matahari dan produksi listrik, mari lihat bagaimana sistem tenaga surya ini bekerja. Pertama-tama, terdapat menara tenaga surya. Sistem ini meliputi satu menara pusat dikelilingi oleh bidang cermin yang sangat besar yang memantulkan sinar dan memfokuskan radiasi langsung ke satu titik pada menara, mirip seperti pengunjung pantai yang bersemangat. Panas yang dihasilkan oleh sinar ini begitu besar hingga dapat digunakan untuk memasak air dan menghasilkan uap yang menggerakkan turbin tradisional, yang menghasilkan listrik. Tetapi saat kita membahas sistem tenaga surya, kita biasanya berbicara tentang fotovoltaik, atau panel surya, sistem yang paling umum digunakan untuk menghasilkan tenaga surya. Pada panel surya, foton dari sinar matahari menerpa permukaan panel, elektron-elektron dilepaskan sehingga menimbulkan aliran listrik. Panel surya dapat menggunakan semua jenis radiasi, sedangkan menara surya hanya dapat menggunakan radiasi langsung, dan inilah yang membuat awan menjadi penting karena tergantung pada jenis dan posisinya terhadap matahari, awan dapat meningkatkan atau menurunkan daya listrik yang diproduksi. Misalnya, sedikit saja ada awan kumulus menghalangi matahari produksi listrik pada menara surya akan berkurang sampai hampir nol karena sistem ini tergantung pada sinar langsung. Pada panel surya awan juga dapat mengurangi produksi energi, walaupun tidak banyak karena panel surya dapat menggunakan semua jenis radiasi. Namun, semua ini tergantung pada posisi awan. Karena refleksi atau fenomena khusus yang disebut Mie scattering, sinar matahari dapat diteruskan dan difokuskan oleh awan sehingga ada peningkatan lebih dari 50% radiasi matahari yang dapat mencapai panel surya. Jika potensi kenaikan ini tidak diperhitungkan, hal ini dapat merusak panel surya. Mengapa hal ini penting? Tentu, kamu tak ingin pelajaran ini terhenti hanya karena ada awan melewati panel di atas atapmu. Pada menara surya, tanki besar berisi garam cair atau minyak dapat digunakan untuk menyimpan kelebihan panas yang dipakai jika diperlukan, jadi begitulah cara sistem itu mengatasi masalah fluktuasi radiasi matahari untuk melancarkan produksi listrik. Tetapi pada kasus panel surya, saat ini tidak ada cara untuk dapat menyimpan energi ekstra. Di sinilah pembangkit listrik tradisional berperan. Sebab, untuk mengatasi fluktuasi pada pembangkit listrik tenaga surya, listrik tambahan dari sumber daya tradisional harus selalu tersedia. Lalu, kenapa pembangkit listrik tradisional ini tidak digunakan sebagai cadangan saja, alih-alih kita terus bergantung padanya sebagai sumber energi utama kita? Karena mustahil pada pembangkit listrik berbahan bakar batu-bara atau nuklir terdapat tombol yang mengatur banyak-sedikitnya produksi listrik tergantung pada banyaknya awan di langit. Waktu responsnya akan terlalu lambat. Kenyataannya, untuk mengatasi fluktuasi ini, listrik tambahan dari pembangkit listrik tradisional harus selalu diproduksi. Pada saat langit cerah, listrik tambahan itu akan terbuang, tetapi ketika langit mendung, listrik tambahan itu akan mencukupinya. Sistem inilah yang kita andalkan agar pasokan energi tak terputus Karena itulah, banyak peneliti tertarik untuk meramal pergerakan dan pembentukan awan melalui citra satelit atau kamera yang menghadap ke langit untuk memaksimalkan energi dari PLTS dan menekan pemborosan energi. Jika kita dapat mewujudkannya, kamu akan dapat menikmati video ini hanya dengan daya dari sinar matahari bagaimanapun cuacanya, meski jika cuaca cerah, kamu mungkin memilih untuk pergi keluar dan menjajal berbagai cara memandangi awan.