Vaksin COVID-19 mana yang paling bagus? | DW News
-
0:01 - 0:02Hanya Pfizer.
-
0:02 - 0:05Kalau saya diberi Johnson & Johnson,
mending saya kena COVID saja. -
0:05 - 0:09Internet sepertinya
tahu persis vaksin mana yang terbaik -
0:09 - 0:11dan yang terburuk.
-
0:11 - 0:12Moderna?
-
0:12 - 0:13lebih ke medioker, biasa saja.
-
0:13 - 0:15Biasa bukan untuk kita.
-
0:15 - 0:16Manusia suka membandingkan.
-
0:16 - 0:19Tak heran kita pun
membandingkan vaksin COVID-19. -
0:20 - 0:23Masalahnya, vaksin tidak bisa
dibandingkan begitu saja. -
0:23 - 0:27Tindakan ini bahkan bisa
berbahaya dalam pandemi. -
0:29 - 0:30Kita cenderung melihat angka ini
-
0:30 - 0:32tingkat efikasi--
-
0:32 - 0:35karena efikasi mengukur
kemungkinan kita terkena COVID-19 -
0:35 - 0:37setelah kita divaksin.
-
0:38 - 0:41Masalahnya, angka ini tidak sama persis.
-
0:41 - 0:46Tetapi, angka ini ditentukan oleh waktu
dan lokasi uji efikasi dilakukan. -
0:46 - 0:47Menurut saya
-
0:47 - 0:49perbandingan efikasi vaksin
di luar konteksnya -
0:49 - 0:52bisa berujung pada kesimpulan yang keliru.
-
0:52 - 0:57Ada perbedaan penting
dalam populasi studi, misalnya, -
0:57 - 1:02usia, gender, faktor genetik
dan lingkungan, kondisi sebelumnya. -
1:03 - 1:05Bagaimana uji efikasi dilakukan?
-
1:05 - 1:07Peserta dibagi menjadi dua kelompok.
-
1:07 - 1:10Satu kelompok diberi vaksin;
kelompok lain diberi plasebo. -
1:11 - 1:13Lantas mereka beraktivitas seperti biasa.
-
1:14 - 1:15Setelah periode waktu tertentu,
-
1:15 - 1:19peneliti menghitung
jumlah orang yang terkena COVID-19. -
1:19 - 1:23Jika semua peserta yang sakit
berasal dari kelompok plasebo, -
1:23 - 1:25dan tidak ada pasien dari kelompok vaksin,
-
1:25 - 1:28vaksin itu berarti 100% efektif.
-
1:28 - 1:32Jika jumlah orang yang terkena virus
di kedua kelompok sama persis, -
1:32 - 1:34efikasi vaksin itu berarti nol
-
1:34 - 1:38karena risiko terinfeksi
tidak berubah dengan adanya vaksin. -
1:39 - 1:43Tetapi kemungkinan peserta
terkena penyakit selama uji coba -
1:43 - 1:46bergantung pada tingkat infeksi
keseluruhan di lingkungan mereka. -
1:46 - 1:51Terdapat juga perbedaan dari segi
ada atau tidaknya varian virus -
1:52 - 1:57yang bisa dinetralkan
dengan efisien oleh antibodi -
1:57 - 2:01yang distimulasi oleh protein spike
dari virus SARS-CoV-2 asli -
2:01 - 2:04menjadi bagian dari vaksin saat ini.
-
2:05 - 2:09Kita seolah-olah tahu
vaksin mana yang paling bagus, -
2:09 - 2:13padahal pendapat kita terpengaruh
oleh faktor tidak langsung. -
2:13 - 2:15Kita lihat sebuah contoh.
-
2:15 - 2:19Uji coba Moderna dan Pfizer
umumnya dilakukan di AS -
2:19 - 2:22dan sebelum munculnya
varian yang lebih menular, -
2:22 - 2:25seperti varian dari Inggris
atau Afrika Selatan. -
2:27 - 2:31Di pihak lain, uji coba
AstraZeneca or Johnson & Johnson -
2:31 - 2:33dilakukan setelahnya
-
2:33 - 2:36atau di negara tempat varian
yang lebih menular muncul -
2:36 - 2:38dan mendominasi infeksi.
-
2:40 - 2:43Jadi, tingkat efikasi
tidak akan pernah sama -
2:43 - 2:45dalam situasi sebenarnya,
-
2:45 - 2:47dan itu bisa berubah seiring waktu.
-
2:47 - 2:50Misalnya, baru-baru ini
ada laporan dari Qatar, -
2:50 - 2:54yang 50% dan 45% infeksinya
-
2:54 - 2:57disebabkan oleh varian
Afrika Selatan dan Inggris. -
2:58 - 3:03Studi ini menunjukkan
bahwa efikasi vaksin BioNTech/Pfizer -
3:03 - 3:10turun menjadi 89% dan 75% untuk infeksi
dari varian Inggris dan Afrika Selatan. -
3:10 - 3:15Tapi mungkin selama ini
kita terlalu mementingkan keefektifan. -
3:15 - 3:19Keefektifan biasanya ukuran
untuk hasil yang paling baik: -
3:19 - 3:20Tanpa gejala sama sekali.
-
3:21 - 3:22Sebaliknya, kita bisa lihat
-
3:22 - 3:27kemampuan vaksin mencegah perawatan inap
dan kematian akibat COVID-19, -
3:27 - 3:30karena semua vaksin ini sama bagusnya.
-
3:33 - 3:38Ada aspek lain yang memengaruhi
pendapat kita tentang vaksin: -
3:38 - 3:39efek samping.
-
3:39 - 3:42Berita tentang kasus
pembekuan darah mencuat -
3:42 - 3:44dan membuat orang khawatir.
-
3:44 - 3:46Uni Eropa juga tidak memperpanjang kontrak
-
3:46 - 3:49dengan AstraZeneca dan Johnson & Johnson.
-
3:49 - 3:53Semua ini dapat memberi kesan
bahwa sebagian vaksin kurang efektif. -
3:54 - 3:56Kembali lagi, tidak sesederhana itu
-
3:56 - 3:59karena risiko tiap-tiap orang
terkena infeksi -
3:59 - 4:03memengaruhi penilaian
tentang keampuhan setiap vaksin. -
4:04 - 4:07Kita ambil contoh vaksin AstraZeneca
-
4:07 - 4:11dan kita asumsikan tingkat infeksi sedang,
55 kasus per seratus ribu. -
4:12 - 4:15Dari 100.000 orang berusia
di bawah 29 tahun, -
4:15 - 4:20sekitar dua orang akan mengalami
pembekuan darah setelah vaksin AstraZeneca -
4:20 - 4:24tapi tak ada yang perlu perawatan intensif
karena infeksi COVID-19. -
4:24 - 4:26Tapi orang berusia di atas 60 tahun
-
4:26 - 4:29justru lebih mungkin masuk
perawatan intensif karena COVID-19 -
4:29 - 4:32daripada mengalami pembekuan darah.
-
4:32 - 4:35Itulah mengapa ada pemerintah
yang mengajurkan vaksin AstraZeneca -
4:35 - 4:37khusus untuk orang berusia 60 ke atas.
-
4:37 - 4:40Tapi penilaian ini berubah
jika tingkat infeksi lebih tinggi. -
4:41 - 4:45Kita lihat perhitungan yang sama
tapi dengan tingkat infeksi lebih tinggi. -
4:45 - 4:47Di sini, 401 kasus per seratus ribu.
-
4:48 - 4:52Kini semua orang lebih mungkin
masuk perawatan intensif karena COVID-19 -
4:52 - 4:55daripada mengalami pembekuan darah
setelah divaksin. -
4:55 - 4:59Dalam skenario ini,
manfaat pemberian vaksin AstraZeneca -
4:59 - 5:03melampaui risiko pembekuan darah
untuk semua kelompok usia. -
5:07 - 5:08Tentu saja,
-
5:08 - 5:13untuk intervensi pencegahan
bagi orang yang sehat, seperti vaksin, -
5:13 - 5:16seharusnya rasio risiko-manfaat
-
5:16 - 5:20bisa diterima oleh berbagai populasi,
kelompok, bahkan individu. -
5:20 - 5:23Jadi, apakah sebagian vaksin lebih buruk?
-
5:23 - 5:24Jika kita hanya melihat efek samping,
-
5:25 - 5:27sebagian vaksin sedikit lebih baik,
-
5:27 - 5:29berdasarkan pengetahuan kita sejauh ini.
-
5:29 - 5:31Tapi itu hanya satu aspek
-
5:31 - 5:33dan bukan satu-satunya pertimbangan.
-
5:34 - 5:35Menurut saya, isu utamanya
-
5:35 - 5:38adalah vaksin terbaik atau
program vaksinasi yang paling bagus -
5:38 - 5:41adalah vaksin yang dapat mencegah
penyakit dan kematian. -
5:42 - 5:46Dan tentunya, mengurangi
konsekuensi langsung dan tidak langsung-- -
5:46 - 5:47konsekuensi negatif--
-
5:47 - 5:49dari pandemi.
-
5:49 - 5:52Setiap vaksin yang mendapat
persetujuan darurat dari WHO -
5:52 - 5:55melindungi dari kasus COVID-19 berat.
-
5:55 - 5:57Vaksin mencegah kematian
dan bantu akhiri pandemi. -
5:59 - 6:01Selama vaksin masih langka,
-
6:01 - 6:04ada alasan cukup kuat
untuk menerima vaksin apa pun yang ada, -
6:04 - 6:08karena jika kita bersikeras
mendapat vaksin tertentu, -
6:08 - 6:10kita bisa memperpanjang
seluruh pandemi ini, -
6:10 - 6:12dan nyawa bisa jadi korbannya.
-
6:13 - 6:15Takarir oleh Taufiq Al Jufri
- Title:
- Vaksin COVID-19 mana yang paling bagus? | DW News
- Description:
-
Internet sepertinya tahu persis vaksin mana yang paling bagus - dan paling buruk.
Tetapi kita tidak bisa membandingkan vaksin begitu saja. Tindakan ini bahkan bisa berbahaya dalam pandemi.
Kita cenderung melihat tingkat efikasi karena angka ini mengukur kemungkinan kita terkena COVID-19 setelah divaksin. Masalahnya adalah angka ini berbeda-beda. Angka ini ditentukan oleh waktu dan lokasi pelaksanaan uji efikasi dan pesertanya.
Jadi, bagaimana cara menentukan vaksin yang terbaik untuk Anda?Subscribe: https://www.youtube.com/user/deutschewelleenglish?sub_confirmation=1
Untuk berita lainnya, buka: http://www.dw.com/en/
Ikuti DW di media sosial:
►Facebook: https://www.facebook.com/deutschewellenews/
►Twitter: https://twitter.com/dwnews
►Instagram: https://www.instagram.com/dwnews
Für Videos in deutscher Sprache besuchen Sie: https://www.youtube.com/dwdeutsch#Coronavirus #Vaccine #Pandemic
- Video Language:
- English
- Team:
- Amplifying Voices
- Project:
- Misinformation and Disinformation
- Duration:
- 06:23
ary nuansa edited Indonesian subtitles for Which COVID-19 vaccine is the best? | DW News | ||
Taufiq A edited Indonesian subtitles for Which COVID-19 vaccine is the best? | DW News |