Return to Video

Ali Carr-Chellman: Permainan untuk Melibatkan Kembali Siswa Laki-laki dalam Belajar

  • 0:00 - 0:02
    Pada kesempatan ini saya akan menyajikan kepada anda
  • 0:02 - 0:04
    masalah yang berkaitan dengan siswa laki-laki
  • 0:04 - 0:06
    dan ini merupakan masalah yang serius.
  • 0:06 - 0:09
    Kultur siswa laki-laki tidak berfungsi di sekolah.
  • 0:09 - 0:11
    Dan saya akan berbagi dengan anda tentang
  • 0:11 - 0:14
    cara-cara yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
  • 0:14 - 0:17
    Pertama-tama, saya akan menunjukkan bahwa, ini adalah anak laki-laki
  • 0:17 - 0:19
    dan ini adalah anak perempuan.
  • 0:19 - 0:21
    Dan mungkin ada semacam stereotipe
  • 0:21 - 0:23
    dalam pemahaman anda tentang siswa laki-laki dan perempuan.
  • 0:23 - 0:25
    Jika saya menekankan aspek gender pada anda saat ini,
  • 0:25 - 0:27
    maka mungkin anda akan mengabaikan apa yang akan saya sampaikan.
  • 0:27 - 0:29
    Saya tidak akan melakukannya; saya tidak tertarik dengan masalah gender.
  • 0:29 - 0:32
    Ini adalah jenis anak laki-laki dan perempuan yang berbeda.
  • 0:33 - 0:35
    Intinya adalah tidak semua anak laki-laki
  • 0:35 - 0:37
    berada pada batasan kaku dalam pemahaman kita
  • 0:37 - 0:40
    tentang anak laki-laki dan anak perempuan.
  • 0:40 - 0:42
    Dan tidak semua anak perempuan berada pada batasan kaku
  • 0:42 - 0:44
    pemahaman kita tentang anak perempuan.
  • 0:44 - 0:47
    Tapi, faktanya, kebanyakan anak laki-laki cenderung memiliki perilaku tertentu,
  • 0:47 - 0:49
    dan kebanyakan anak perempuan juga cenderung memiliki perilaku tertentu.
  • 0:49 - 0:52
    Intinya adalah, bagi anak laki-laki,
  • 0:52 - 0:55
    cara mereka eksis dan kultur yang mereka miliki
  • 0:55 - 0:57
    tidak berfungsi dengan baik di sekolah saat ini.
  • 0:57 - 0:59
    Bagaimana kita mengetahui hal itu?
  • 0:59 - 1:01
    Proyek 100 Anak Perempuan
  • 1:01 - 1:04
    menunjukan kepada kita statistik yang menarik.
  • 1:04 - 1:07
    Misalnya: Untuk setiap 100 anak perempuan yang di-skors dari sekolah,
  • 1:07 - 1:10
    terdapat 250 anak laki-laki yang di-skors dari sekolah.
  • 1:10 - 1:13
    Untuk setiap 100 anak perempuan yang dikeluarkan dari sekolah,
  • 1:13 - 1:16
    ada 335 anak laki-laki yang dikeluarkan dari sekolah.
  • 1:16 - 1:18
    Untuk setiap 100 anak perempuan yang membutuhkan pendidikan khusus,
  • 1:18 - 1:20
    ada 217 anak laki-laki dengan kebutuhan yang sama.
  • 1:20 - 1:22
    Untuk setiap 100 anak perempuan yang memiliki kesulitan belajar,
  • 1:22 - 1:25
    ada 276 anak laki-laki.
  • 1:25 - 1:27
    Untuk setiap 100 anak perempuan
  • 1:27 - 1:29
    yang didiagnosa memiliki gangguan emosi,
  • 1:29 - 1:31
    terdapat 324 anak laki-laki didiagnosa dengan kelainan yang sama.
  • 1:31 - 1:34
    Dan angka ini akan semakin tinggi,
  • 1:34 - 1:36
    di kalangan orang kulit hitam,
  • 1:36 - 1:38
    pada masyarakat miskin,
  • 1:38 - 1:41
    atau jika anda bersekolah di sekolah melebihi kapasitas.
  • 1:42 - 1:44
    Jika anda anak laki-laki,
  • 1:44 - 1:46
    maka anda memiliki kemungkinan empat kali lebih besar
  • 1:46 - 1:48
    didiagnosa memiliki ADHD --
  • 1:48 - 1:51
    kelainan hiperaktif karena kurangnya perhatian.
  • 1:51 - 1:54
    Terdapat sisi lain dari masalah ini.
  • 1:54 - 1:57
    Dan penting bagi kita untuk mengakui bahwa
  • 1:57 - 1:59
    perempuan masih membutuhkan bantuan di sekolah,
  • 1:59 - 2:01
    gaji guru masih terlalu rendah,
  • 2:01 - 2:04
    bahkan meski untuk jenis pekerjaan yang terkontrol,
  • 2:04 - 2:06
    dan anak perempuan masih harus terus belajar keras
  • 2:06 - 2:08
    dalam matematika dan sains selama bertahun-tahun.
  • 2:08 - 2:10
    Hal ini semuanya enar.
  • 2:10 - 2:12
    Tak ada yang dapat mencegah kita
  • 2:12 - 2:14
    untuk menaruh perhatian pada kebutuhan kemampuan membaca
  • 2:14 - 2:16
    pada anak laki-laki berusia antara 3 hingga 13 tahun.
  • 2:16 - 2:18
    Dan karena itu kita harus menaruh perhatian pada hal tersebut.
  • 2:18 - 2:21
    Faktanya, apa yang harus kita lakukan adalah mengambil satu bagian dari buku mainan mereka
  • 2:21 - 2:23
    sebab inisiatif dan program
  • 2:23 - 2:25
    yang dirancang untuk kaum perempuan
  • 2:25 - 2:27
    dalam bidang sains, engineering, dan matematika
  • 2:27 - 2:29
    sangat luar biasa.
  • 2:29 - 2:31
    Banyak hal yang hebat telah dilakukan
  • 2:31 - 2:33
    untuk anak perempuan pada situasi tersebut.
  • 2:33 - 2:35
    Dan kita harus mulai berpikir tentang
  • 2:35 - 2:37
    bagaimana hal tersebut juga bisa berlaku bagi anak laki-laki
  • 2:37 - 2:39
    ketika usia mereka masih muda.
  • 2:39 - 2:41
    Bahkan ketika usia mereka beranjak dewasa,
  • 2:41 - 2:43
    masalah tersebut tetaplah muncul.
  • 2:43 - 2:45
    Ketika kita melihat apa yang terjadi di Perguruan Tinggi,
  • 2:45 - 2:48
    60% mahasiswa adalah perempuan,
  • 2:48 - 2:50
    hal ini merupakan sebuah pergeseran yang signifikan.
  • 2:50 - 2:52
    Dan faktanya, pengelola Perguruan Tinggi
  • 2:52 - 2:54
    merasa sedikit tidak nyaman dengan kondisi dimana
  • 2:54 - 2:56
    hampir 70% populasi kampus
  • 2:56 - 2:58
    adalah perempuan.
  • 2:58 - 3:01
    Hal ini membuat pengelola kampus merasa khawatir,
  • 3:01 - 3:04
    sebab mahasiswi tidak mau kuliah di kampus yang tak memiliki mahasiswa.
  • 3:06 - 3:09
    Lalu, kita mulai melihat adanya
  • 3:09 - 3:11
    pusat-pusat studi kaum laki-laki
  • 3:11 - 3:13
    yang bertujuan untuk menelaah bagaimana mengaktifkan mereka
  • 3:13 - 3:15
    dalam pembelajaran di Perguruan Tinggi.
  • 3:15 - 3:17
    Jika anda bicara kepada dosen, mereka akan berkata,
  • 3:17 - 3:20
    "Hm. Yah, anak laki-laki hanya suka bermain video games,
  • 3:20 - 3:23
    atau mereka berjudi online semalaman,
  • 3:23 - 3:25
    atau bermain World of Warcraft
  • 3:25 - 3:27
    Hal itulah yang mempengaruhi
  • 3:27 - 3:30
    prestasi akademik mereka."
  • 3:30 - 3:32
    Coba kenapa?
  • 3:32 - 3:34
    Video games bukanlah penyebab.
  • 3:34 - 3:36
    Video games hanyalah sebuah gejala.
  • 3:36 - 3:38
    Kondisi siswa lelaki sudah seperti itu
  • 3:38 - 3:41
    sebelum Video games hadir.
  • 3:41 - 3:43
    Mari kita bahas tentang kenapa siswa laki-laki kurang antusias belajar
  • 3:43 - 3:46
    ketika mereka memasuki usia antara 3 hingga 13 tahun.
  • 3:46 - 3:48
    Terdapat tiga alasan yang saya yakini menjadi penyebab
  • 3:48 - 3:50
    kenapa siswa laki-laki sulit untuk menyatu
  • 3:50 - 3:52
    dengan kultur sekolah saat ini.
  • 3:52 - 3:55
    Yang pertama adalah "nol toleransi"
  • 3:55 - 3:57
    Guru Taman Kanak-kanak yang saya kenal,
  • 3:57 - 4:00
    anak laki-lakinya menyerahkan semua mainanya ke dia,
  • 4:00 - 4:03
    dan ketika anaknya melakukan itu, maka dia harus mengumpulkan
  • 4:03 - 4:06
    mainan yang semuanya berupa senjata mainan dari plastik.
  • 4:07 - 4:09
    Anda tidak boleh menyediakan pisau, pedang, atau kampak
  • 4:09 - 4:11
    yang terbuat dari plastik, dan segala jenis mainan seperti itu
  • 4:11 - 4:13
    di lingkungan sekolah Taman Kanak-kanak.
  • 4:13 - 4:16
    Apa sih yang kita khawatirkan akan dilakukan anak laki-laki dengan mainan seperti itu?
  • 4:16 - 4:18
    Benar sekali adanya.
  • 4:18 - 4:21
    Anak laki-laki merasakan adanya fakta bahwa
  • 4:21 - 4:24
    dia tidak boleh main perang-perangan di halaman bermain.
  • 4:24 - 4:26
    Saya tidak bermaksud mendukung kekerasan.
  • 4:26 - 4:28
    Saya tidak menyarankan agar kita membolehkan pisau dan senjata
  • 4:28 - 4:31
    masuk ke lingkungan sekolah.
  • 4:31 - 4:33
    Namun, ketika saya mengatakan bahwa
  • 4:33 - 4:35
    seorang anak Pramuka pada sebuah SMA
  • 4:35 - 4:37
    yang mobilnya di parkir terkunci dan
  • 4:37 - 4:39
    terdapat pisau lipat didalamnya
  • 4:39 - 4:41
    harus kemudian di-skor dari sekolah,
  • 4:41 - 4:44
    Saya pikir, "nol toleransi' yang kita terapkan sudah terlalu jauh.
  • 4:44 - 4:47
    Cara lain dimana "nol toleransi" terlalu berpengaruh dalam dalam hal tulisan siswa laki-laki.
  • 4:47 - 4:49
    Pada kebanyakan kelas saat ini,
  • 4:49 - 4:51
    anak tidak diperbolehkan menulis dengan topik kekerasan.
  • 4:51 - 4:53
    Anak tidak diperbolehkan menulis tentang segala hal
  • 4:53 - 4:56
    yang berkaitan dengan video games - topik-topik seperti ini dilarang.
  • 4:56 - 4:58
    Sepulang sekolah, di rumahnya, anak laki-laki biasa berkata,
  • 4:58 - 5:00
    "Saya benci pelajaran mengarang."
  • 5:00 - 5:02
    "Kenapa kamu benci mengarang, nak? Apa yang salah dengan belajar mengarang?"
  • 5:02 - 5:05
    "Sebab aku harus menulis seperti apa yang guru perintahkan."
  • 5:05 - 5:08
    "Baiklah, apa yang gurumu suruh untuk ditulis?"
  • 5:08 - 5:10
    "Puisi. Aku harus nulis puisi.
  • 5:10 - 5:12
    Dan momen-monen kecil dalam hidup aku.
  • 5:12 - 5:14
    Aku tidak suka menulis hal-hal seperti itu."
  • 5:14 - 5:17
    "Baiklah. Apa yang sebenarnya ingin kamu tulis? Tentang apa?
  • 5:17 - 5:20
    "Aku ingin menulis tentang Video games. Tentang bagaimana aku bisa melewati tiap level permainan.
  • 5:20 - 5:22
    Aku ingin menulis tentang dunia yang paling menarik bagiku.
  • 5:22 - 5:25
    Aku ingin menulis tentang Tornado yang menghempas rumah kami,
  • 5:25 - 5:27
    menghancurkan jendela, perabotan rumah, dan
  • 5:27 - 5:29
    membunuh semua orang."
  • 5:29 - 5:31
    "Baiklah."
  • 5:31 - 5:33
    Ketika anda mengatakan hal seperti ini kepada guru,
  • 5:33 - 5:36
    maka respon guru, dengan sangat serius, berkata,
  • 5:36 - 5:39
    "Apakah kita harus mengirim anak ini ke psikolog?"
  • 5:39 - 5:42
    Jawabannya tentu saja tidak, dia hanyalah anak laki-laki.
  • 5:42 - 5:45
    Dia anak laki-laki.
  • 5:45 - 5:47
    Menulis topik-topik seperti itu sangat dilarang
  • 5:47 - 5:49
    di sekolah-sekolah saat ini.
  • 5:49 - 5:51
    Ya, itulah alasan pertama:
  • 5:51 - 5:53
    kebijakan "nol toleransi" dan bagaimana kita menerapkan kebijakan itu.
  • 5:53 - 5:56
    Alasan kedua anak laki-laki sulit untuk menyatu dengan kultur sekolah adalah:
  • 5:56 - 5:58
    Sedikitnya jumlah guru laki-laki.
  • 5:58 - 6:01
    Siapapun yang berusia diatas 15 tahun tidak mengetahui apa arti semua ini,
  • 6:01 - 6:03
    sebab pada 10 tahun terakhir,
  • 6:03 - 6:05
    jumlah guru sekolah dasar menurun
  • 6:05 - 6:07
    hingga setengahnya.
  • 6:07 - 6:09
    Menurun dari 14 persen
  • 6:09 - 6:11
    menjadi tujuh persen.
  • 6:11 - 6:13
    Artinya bahwa 93% guru yang mengajar
  • 6:13 - 6:15
    anak laki-laki di Sekolah Dasar
  • 6:15 - 6:17
    adalah perempuan.
  • 6:17 - 6:19
    Lalu apa masalahnya dengan semua ini?
  • 6:19 - 6:21
    Perempuan memang hebat. Betul sekali.
  • 6:21 - 6:24
    Tapi contoh dan figur bagi anak laki-laki
  • 6:24 - 6:26
    juga harus cerdas --
  • 6:26 - 6:28
    memang ada ayah, guru agama,
  • 6:28 - 6:30
    pembina Pramuka,
  • 6:30 - 6:33
    dan yang paling utama, enam jam sehari, 5 hari seminggu,
  • 6:33 - 6:35
    anak laki-laki menghabiskan waktunya di sekolah.
  • 6:35 - 6:37
    Dan pada kebanyakan sekolah
  • 6:37 - 6:39
    jarang terdapat guru laki-laki.
  • 6:39 - 6:42
    Hingga, anak laki-laki bisa saja beranggapan sepertinya sekolah ini bukan untuk anak laki-laki.
  • 6:42 - 6:44
    Sekolah ini hanya untuk anak perempuan.
  • 6:44 - 6:46
    Dan saya sangat tidak nyaman di kelas,
  • 6:46 - 6:48
    sepertinya lebih baik saya
  • 6:48 - 6:51
    bermain video games atau bermain olahraga, atau permainan laiinya
  • 6:51 - 6:53
    sebab jelas tempat saya bukan disini, di sekolah ini.
  • 6:53 - 6:55
    Laki-laki tak memiliki tempat disini, hal itu sangat jelas.
  • 6:55 - 6:57
    Mungkin ini cara yang sangat blak-blakan
  • 6:57 - 6:59
    dalam melihat kondisi seperti itu.
  • 6:59 - 7:01
    Namun, jika dilihat secara tidak langsung,
  • 7:01 - 7:04
    kurangnya kehadiran guru laki-laki dalam kultur sekolah --
  • 7:04 - 7:06
    misalnya di ruang guru,
  • 7:06 - 7:08
    guru-guru sedang membicarakan tentang
  • 7:08 - 7:11
    Joey dan Johnny yang berkelahi di tempat bermain.
  • 7:11 - 7:13
    "Apa yang akan kita lakukan kepada kedua anak (laki-laki) ini?"
  • 7:13 - 7:16
    Jawaban atas pertanyaan tersebut akan berbeda-beda tergantung pada siapa yang ikut berdiskusi disitu.
  • 7:16 - 7:18
    Apakah ada guru laki-laki disitu?
  • 7:18 - 7:21
    Apakah disitu ada ibu guru yang mempunyai anak laki-laki?
  • 7:21 - 7:23
    Anda akan melihat bahwa perbincangan tersebut berubah-ubah
  • 7:23 - 7:25
    tergantung pada siapa yang terlibat dalam perbincangan itu.
  • 7:25 - 7:28
    Alasan ketiga kenapa anak laki-laki sulit menyatu dengan kultur sekolah saat ini adalah:
  • 7:28 - 7:31
    Taman kanak-kanak merupakan pada dasarnya Kelas 2 model lama.
  • 7:31 - 7:34
    Kita menerpakan kurikulum ketat pada sekolah tersebut.
  • 7:35 - 7:37
    Ketika anda berusia tiga tahun, anda seharusnya sudah bisa menuliskan nama sendiri dengan benar,
  • 7:37 - 7:40
    jika tidak, maka anda akan dianggap mengalami keterbelakangan perkembangan.
  • 7:40 - 7:42
    Ketika masuk kelas 1 SD,
  • 7:42 - 7:45
    anda harus mampu membaca satu paragraf teks
  • 7:45 - 7:47
    baik yang bergambar atau tidak,
  • 7:47 - 7:49
    pada sebuah buku dengan tebal 25 hingga 30 halaman.
  • 7:49 - 7:51
    Jika anda tidak mampu, maka sekolah akan menempatkan anda pada
  • 7:51 - 7:53
    Title 1 program khusus membaca.
  • 7:53 - 7:55
    Dan jika anda bertanya pada guru yang mengajar di Title 1, mereka akan menjawab:
  • 7:55 - 7:58
    terdapat empat atau lima banding satu antara siswa laki-laki dan siswa perempuan
  • 7:58 - 8:00
    pada program tersebut di Sekolah Dasar.
  • 8:00 - 8:03
    Alasan kenapa hal ini menjadi masalah adalah bahwa
  • 8:03 - 8:06
    pesan yang diterima oleh anak laki-laki adalah
  • 8:06 - 8:08
    "kamu harus melakukan apapun yang
  • 8:08 - 8:11
    guru kamu suruh lakukan, setiap saat."
  • 8:11 - 8:14
    Gaji guru tergantung pada
  • 8:14 - 8:16
    Undang-undang No Child Left Behind dan Race to the Top
  • 8:16 - 8:18
    serta pada akuntabilias dan ujian,
  • 8:18 - 8:20
    dan semua hal semacam itu.
  • 8:20 - 8:22
    Jadi, guru harus mencari cara bagaimana agar
  • 8:22 - 8:25
    semua anak laki-laki mampu mencapai kurikulum --
  • 8:25 - 8:27
    dan anak perempuan juga.
  • 8:27 - 8:29
    Model kurikulum yang ditekankan seperti ini sangat buruk
  • 8:29 - 8:32
    bagi anak yang aktif.
  • 8:32 - 8:34
    Dan yang terjadi adalah,
  • 8:34 - 8:37
    guru berkata, "Duduk, diam, dengarkan apa yang saya katakan,
  • 8:37 - 8:40
    taati peraturan, perhatikan waktu belajar,
  • 8:40 - 8:42
    fokus, dan
  • 8:42 - 8:44
    bertingkahlah seperti seorang anak perempuan.
  • 8:44 - 8:46
    Itulah yang biasanya guru katakan ke siswa.
  • 8:46 - 8:49
    Secara tidak langsung, itulah yang guru katakan ke siswa laki-laki.
  • 8:49 - 8:51
    Ini merupakan masalah yang sangat serius. Dari mana masalah ini berasal?
  • 8:51 - 8:53
    Masalah ini berasal dari kita sendiri.
  • 8:53 - 8:56
    (Tertawa)
  • 8:56 - 8:59
    Kita ingin agar anak kita sudah bisa membaca sejak usia enam bulan.
  • 8:59 - 9:01
    Pernah lihat iklan seperti ini?
  • 9:01 - 9:03
    Kita ingin hidup seperti di Lake Wobegon,
  • 9:03 - 9:06
    dimana tiapa anak mampu memiliki kemampuan diatas rata-rata.
  • 9:06 - 9:09
    Namun dampak dari semua itu terhadap anak kita sangat tidak baik.
  • 9:09 - 9:11
    Hal itu bukanlah sebuah perkembangan yang layak,
  • 9:11 - 9:13
    dan sangat tidak baik, khususnya pada anak laki-laki.
  • 9:13 - 9:15
    Lalu apa yang harus kita lakukan?
  • 9:15 - 9:17
    Kita harus menemui mereka di tempat mereka berada.
  • 9:17 - 9:20
    Kita harus mampu masuk ke kultur anak laki-laki.
  • 9:20 - 9:23
    Kita harus merubah midnset tentang
  • 9:23 - 9:26
    penerimaan anak laki-laki di Sekolah Dasar.
  • 9:27 - 9:30
    Lebih spesifik lagi, kita dapat melakukan beberapa hal spesifik.
  • 9:30 - 9:32
    Kita bisa mengembangkan permainan yang lebih baik.
  • 9:32 - 9:34
    Kebanyakan games pendidikan yang ada saat ini
  • 9:34 - 9:36
    hanya berupa permainan kartu.
  • 9:36 - 9:38
    Permainan itu digunakan dan dipraktikan.
  • 9:38 - 9:41
    Namun kartu permainan tersebut tak memiliki naratif yang kaya dan mendalam
  • 9:41 - 9:43
    seperti yang dimiliki video gamaes,
  • 9:43 - 9:45
    dimana anak laki-laki sangat menyukainya.
  • 9:45 - 9:47
    Jadi, kita harus merancang games yang lebih baik.
  • 9:47 - 9:49
    Kita harus berbicara dengan guru dan orang tua
  • 9:49 - 9:51
    anggota dewan sekolah, serta politisi.
  • 9:51 - 9:54
    Kita harus menyadarkan orang bahwa kita butuh lebih banyak guru laki-laki.
  • 9:54 - 9:56
    Kita harus menelaah kembali kebijakan "zero tolerance".
  • 9:56 - 9:58
    Apakah kebijakan tersebut masuk akal?
  • 9:58 - 10:00
    Kita harus merenungkan bagaimana
  • 10:00 - 10:03
    meringankan beban kurikulum jika kita mampu,
  • 10:03 - 10:05
    mencoba menempatkan kembali anak laki-laki
  • 10:05 - 10:07
    pada ruang yang nyaman bagi mereka.
  • 10:07 - 10:09
    Semua perbincangan tentang hal tersebut harus terjadi.
  • 10:09 - 10:11
    Terdapat banyak contoh hebat tentang sekolah yang berhasil mengakomodasi
  • 10:11 - 10:13
    kultur siswa laki-laki di luar sana --
  • 10:13 - 10:15
    New York Times baru saja membahas tentang sebuah sekolah seperti itu.
  • 10:15 - 10:18
    Seorang perancang permainan dari the New School
  • 10:18 - 10:21
    mampu merancang video games yang sangat bagus bagi siswa di sekolah.
  • 10:21 - 10:24
    Namun permainan itu hanya mampu menjangkau sedikit siswa.
  • 10:24 - 10:26
    Permainan tersebut sulit untuk dikembangkan lebih luas lagi.
  • 10:26 - 10:28
    KIta harus merubah kultur dan perasaan
  • 10:28 - 10:31
    para politisi, anggota dewan sekolah, dan orang tua,
  • 10:31 - 10:33
    berkaitan dengan cara kita menerima dan apa yang kita terima
  • 10:33 - 10:35
    dari sekolah saat ini.
  • 10:36 - 10:38
    Kita harus menyediakan lebih banyak dana untuk merancang permainan.
  • 10:38 - 10:40
    Sebab, permainan yang bagus, yang sangat bagus, membutuhkan biaya,
  • 10:40 - 10:42
    dan permaian World of Warcraft membutuhkan pendanaan tersendiri.
  • 10:42 - 10:44
    Kebanyakan games pendidikan saat ini tak memiliki pendanaan.
  • 10:44 - 10:46
    Darimana kita harus mulai:
  • 10:46 - 10:49
    kolega saya -- Mike Petner, Shawn Vashaw, dan saya sendiri --
  • 10:49 - 10:51
    kami memulainya dengan mencoba menelaah sikap guru
  • 10:51 - 10:53
    dan mencari tahu bagaimana sikap mereka tentang permainan,
  • 10:53 - 10:55
    apa pendapat mereka tentang itu.
  • 10:55 - 10:57
    Dan kami menemukan bahwa
  • 10:57 - 10:59
    mereka berbicara tentang siswa mereka di sekolah,
  • 10:59 - 11:01
    yang suka berdiskusi tentang games,
  • 11:01 - 11:03
    dan menganggap siswa mereka itu rendah, meremehkannya.
  • 11:03 - 11:06
    Guru-guru berkata, "Oh iya, siswa-siswa itu selalu membicarakan games.
  • 11:06 - 11:08
    Mereka membicarakan tokoh jagoan mereka
  • 11:08 - 11:11
    pencapaian dan gelar mereka dalam permainan,
  • 11:11 - 11:13
    atau apapun yang mereka mampu raih dari permainan itu.
  • 11:13 - 11:15
    Mereka selalu membicarakan hal itu."
  • 11:15 - 11:17
    Guru-guru berkata seperti itu seolah mereka merasa benar dengan itu.
  • 11:17 - 11:19
    Namun jika anda berada pada kultur seperti itu,
  • 11:19 - 11:21
    bayangkan bagaimana rasanya.
  • 11:21 - 11:23
    Sangat tidak nyaman sekali menjadi bahan perbincangan
  • 11:23 - 11:25
    seperti itu.
  • 11:25 - 11:27
    Guru-guru sangat gugup dengan segala hal
  • 11:27 - 11:29
    yang berkaitan dengan kekerasan
  • 11:29 - 11:31
    sebab adanya kebijakan "nol toleransi".
  • 11:31 - 11:34
    Mereka yakin bahwa orang tua dan administratur sekolah tidak akan pernah menerima apapun tentang itu.
  • 11:34 - 11:37
    Jadi, kita harus melihat pada bagaimana sikap guru
  • 11:37 - 11:40
    dan menemukan cara untuk merubah sikap itu
  • 11:40 - 11:42
    hingga guru semakin lebih terbuka
  • 11:42 - 11:45
    dan menerima kultur anak laki-laki di kelas.
  • 11:45 - 11:47
    Sebab, jika tidak,
  • 11:47 - 11:50
    maka akan ada anak laki-laki yang keluar dari Sekolah Dasar dan berkata,
  • 11:50 - 11:52
    "Sepertinya sekolah itu hanya untuk anak perempuan;
  • 11:52 - 11:54
    bukan untuk aku.
  • 11:54 - 11:57
    Lebih baik bermain games, atau bermain olahraga."
  • 11:57 - 12:00
    Jika kita bisa mengubah kondisi itu, jika kita menaruh perhatian pada hal itu,
  • 12:00 - 12:02
    dan kita mampu menarik kembali anak laki-laki agar aktif dalam belajar,
  • 12:02 - 12:05
    maka anak laki-laki, ketika lulus dari sekolah akan berkata, "Saya pintar."
  • 12:05 - 12:07
    Terima kasih.
  • 12:07 - 12:09
    (Tepuk tangan)
Title:
Ali Carr-Chellman: Permainan untuk Melibatkan Kembali Siswa Laki-laki dalam Belajar
Speaker:
Ali Carr-Chellman
Description:

Di TEDxPSU, Ali Carr-Chellman mengemukakan tiga alasan kenapa siswa laki-laki sulit untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, dan dia juga mengemukakan rencananya untuk kembali mengaktifkan dan melibatkan siswa laki-laki dalam pembelajaran: yakni dengan menyajikan pembelajaran di kelas yang sesuai dengan karakter siswa laki-laki, dengan aturan yang menjadikan siswa laki-laki berperilaku layaknya seorang siswa laki-laki, dan dengan menggunakan video games untuk mengajar sekaligus bermain.

more » « less
Video Language:
English
Team:
closed TED
Project:
TEDTalks
Duration:
12:09
Usep Syaripudin added a translation

Indonesian subtitles

Revisions