Return to Video

Kakenya Ntaiya: Anak perempuan yang menuntut bersekolah

  • 0:00 - 0:05
    Ada sekelompok orang di Kenya.
  • 0:05 - 0:09
    Banyak orang dari jauh ingin bertemu mereka.
  • 0:09 - 0:11
    Orang-orang ini berbadan tinggi.
  • 0:11 - 0:16
    Mereka bisa melompat tinggi. Mereka selalu pakai baju merah
  • 0:16 - 0:18
    Dan mereka bisa membunuh singa
  • 0:18 - 0:21
    Mungkin anda berpikir, siapakah orang-orang ini?
  • 0:21 - 0:23
    Mereka adalah sukubangsa Maasais.
  • 0:23 - 0:29
    Dan sebenarnya saya adalah salah satu dari mereka.
  • 0:29 - 0:34
    Anak laki-laki bangsa Maasais dibesarkan untuk menjadi pejuang.
  • 0:34 - 0:37
    Anak perempuan dibesarkan untuk menjadi ibu.
  • 0:37 - 0:39
    Waktu saya berumur 5 tahun
  • 0:39 - 0:42
    Saya diberi tahu bahwa saya telah ditunangkan
  • 0:42 - 0:45
    dan akan dinikahkan segera sesudah akil balik.
  • 0:45 - 0:48
    Ibu, nenek, bibi saya
  • 0:48 - 0:50
    berulang-ulang mengingatkan manakala
  • 0:50 - 0:53
    suami saya baru saja lewat.
  • 0:53 - 0:58
    (Tawa) Seru ya?
  • 0:58 - 1:01
    Sesudah itu segala sesuatu yang saya lakukan
  • 1:01 - 1:06
    adalah mempersiapkan diri saya sendiri menjadi wanita yang sempurna di usia 12 tahun.
  • 1:06 - 1:09
    Hari-hari saya dimulai dari pukul 5 pagi,
  • 1:09 - 1:11
    memerah susu, menyapu rumah,
  • 1:11 - 1:16
    memasak untuk saudara-saudara saya, mencari air, kayu bakar.
  • 1:16 - 1:19
    Saya melakukan semua hal yang perlu
  • 1:19 - 1:23
    untuk menjadi istri yang sempurna.
  • 1:23 - 1:26
    Saya bersekolah bukan karena
  • 1:26 - 1:29
    semua wanita atau gadis Maasais bersekolah.
  • 1:29 - 1:32
    Tapi karena ibu saya dilarang menempuh pendidikan,
  • 1:32 - 1:35
    dan beliau selalu mengingatkan kami bahwa
  • 1:35 - 1:39
    ia tidak menginginkan kami hidup seperti dirinya.
  • 1:39 - 1:42
    Mengapa ia berkata demikian?
  • 1:42 - 1:45
    Ayah saya bekerja sebagai polisi di kota.
  • 1:45 - 1:47
    Dia pulang sekali setahun,
  • 1:47 - 1:50
    Kadang kami tidak bertemu dia sampai 2 tahun.
  • 1:50 - 1:54
    Dan acapkali beliau pulang, masalahnya berbeda lagi.
  • 1:54 - 1:56
    Ibu saya bekerja keras bertani
  • 1:56 - 1:58
    dan menanam tanaman supaya kami bisa makan.
  • 1:58 - 2:00
    Dia memelihara sapi dan kambing
  • 2:00 - 2:02
    untuk membesarkan kami.
  • 2:02 - 2:05
    Tapi kalau ayah pulang, dia akan menjual sapi,
  • 2:05 - 2:07
    dia akan jual semua barang yang kami punya
  • 2:07 - 2:11
    lalu dia akan pergi minum-minum bersama teman-temannya.
  • 2:11 - 2:13
    Karena ibu saya perempuan,
  • 2:13 - 2:16
    beliau tidak diijinkan memiliki properti apapun,
  • 2:16 - 2:18
    dan secara hukum, semua posesi milik keluarga
  • 2:18 - 2:21
    menjadi hak milik ayah saya.
  • 2:21 - 2:23
    Dan kalau ibu saya sesekali mempertanyakan hal ini,
  • 2:23 - 2:30
    ayah saya akan memukul dan menyiksanya. Keadaannya sangatlah sulit waktu itu.
  • 2:30 - 2:33
    Waktu saya mulai sekolah, saya bermimpi.
  • 2:33 - 2:35
    Saya ingin menjadi guru.
  • 2:35 - 2:37
    Menjadi guru sepertinnya nyaman.
  • 2:37 - 2:39
    Pakaian mereka bagus-bagus, dan mereka mengenakan sepatu hak tinggi.
  • 2:39 - 2:42
    Belakangan saya baru tahu kalau mereka sama sekali tidak merasa demikian, tapi kekaguman saya tidak berkurang.
  • 2:42 - 2:46
    (Tawa)
  • 2:46 - 2:49
    Tapi yang paling hebat, guru cuma menulis di papan tulis --
  • 2:49 - 2:52
    kerjanya tidak berat, pikir saya,
  • 2:52 - 2:55
    berbeda dengan pekerjaan saya di lahan pertanian.
  • 2:55 - 2:57
    Jadi saya ingin sekali menjadi guru.
  • 2:57 - 3:01
    Saya belajar keras di sekolah, tapi di kelas delapan,
  • 3:01 - 3:03
    terjadi sesuatu yang akan menentukan masa depan saya.
  • 3:03 - 3:06
    Menurut tradisi kami, ada satu upacara
  • 3:06 - 3:09
    yang harus dilalui orang para anak gadis untuk menjadi wanita,
  • 3:09 - 3:11
    dan ini merupakan ritual untuk masuk ke dunia wanita.
  • 3:11 - 3:15
    Tapi saat itu saya baru menyelesaikan kelas delapan,
  • 3:15 - 3:18
    dan ini merupakan transisi bagi saya untuk memasuki sekolah menengah atas.
  • 3:18 - 3:19
    Saya ada di persimpangan jalan.
  • 3:19 - 3:25
    Sekali saya lakukan tradisi ini, saya akan menjadi seorang istri.
  • 3:25 - 3:29
    Tentunya, impian saya untuk menjadi guru tidak akan terjadi.
  • 3:29 - 3:31
    Jadi, saya membuat rencana
  • 3:31 - 3:34
    untuk mengatasi hal ini.
  • 3:34 - 3:38
    Saya bicara ke ayah saya. Saya melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan kebanyakan gadis.
  • 3:38 - 3:41
    Saya bilang, "Saya hanya mau melalui upacara ini
  • 3:41 - 3:44
    kalau ayah mengijinkan saya kembali ke sekolah."
  • 3:44 - 3:46
    Karena, kalau saya melarikan diri,
  • 3:46 - 3:50
    ayah saya akan dipermalukan. Orang-orang akan menganggap beliau
  • 3:50 - 3:53
    sebagai ayah dari gadis yang tidak ikut upacara.
  • 3:53 - 3:57
    Hal itu akan menjadi hinaan seumur hidup baginya.
  • 3:57 - 4:00
    Jadi terpaksa dia bilang, "Baiklah,
  • 4:00 - 4:03
    kamu boleh balik ke sekolah sesudah upacara."
  • 4:03 - 4:06
    Maka saya melalui upacara tersebut.
  • 4:06 - 4:09
    Satu minggu dipenuhi keceriaan.
  • 4:09 - 4:12
    Semua orang menikmati upacara tersebut.
  • 4:12 - 4:14
    Dan sehari sebelum upacara yang sesungguhnya,
  • 4:14 - 4:17
    kami semua menari, bergembira,
  • 4:17 - 4:21
    dan tidak tidur sepanjang malam.
  • 4:21 - 4:24
    Hari yang dinanti tiba, dan kami keluar dari rumah
  • 4:24 - 4:26
    dimana kami menari. Ya betul, kami menari dan menari.
  • 4:26 - 4:30
    Kami berjalan melalui lapangan dan segerombolan orang menunggu.
  • 4:30 - 4:33
    Mereka membentuk sebuah lingkaran.
  • 4:33 - 4:35
    Dan sambil terus menari
  • 4:35 - 4:37
    kami mendekati lingkaran itu.
  • 4:37 - 4:41
    Wanita, laki2, anak2, semuanya disana.
  • 4:41 - 4:43
    Ada seorang wanita yang duduk di tengah lingkaran,
  • 4:43 - 4:48
    dan dia menunggu untuk meraih kami.
  • 4:48 - 4:51
    Saya yang pertama. Ada juga kakak saya dan dua anak gadis lain.
  • 4:51 - 4:54
    Waktu saya mendekati dia,
  • 4:54 - 4:57
    dia memandang saya dan menyuruh saya duduk.
  • 4:57 - 5:01
    Jadi saya duduk, dan merentangkan kaki saya.
  • 5:01 - 5:04
    Kemudian, seorang wanita lain datang,
  • 5:04 - 5:07
    sambil membawa pisau.
  • 5:07 - 5:11
    Ia berjalan ke arah saya
  • 5:11 - 5:15
    dan memotong klitoris saya.
  • 5:15 - 5:21
    Dan seperti yang anda harapkan, saya berdarah-darah.
  • 5:21 - 5:26
    Saya pingsan setelah beberapa saat setelahnya.
  • 5:26 - 5:28
    Ini terjadi di hampir semua anak2 gadis itu --
  • 5:28 - 5:32
    Saya beruntung saya masih hidup - tapi banyak yang meninggal.
  • 5:32 - 5:38
    Namun ini merupakan kebiasaan kami, tanpa bius, dengan pisau yang sudah berkarat,
  • 5:38 - 5:41
    dan sangatlah sakit.
  • 5:41 - 5:44
    Saya beruntung, karena ibu saya melakukan
  • 5:44 - 5:47
    hal yang jarang dilakukan wanita lain.
  • 5:47 - 5:50
    3 hari kemudian, sesudah semua orang pergi dari rumah,
  • 5:50 - 5:51
    ibu saya memanggil perawat.
  • 5:51 - 5:53
    Kami dirawat dengan baik.
  • 5:53 - 5:58
    3 minggu kemudiann, saya sembuh dan kembali ke sekolah.
  • 5:58 - 6:01
    Saya semakin ingin menjadi seorang guru,
  • 6:01 - 6:05
    supaya saya bisa membawa perubahan di keluarga saya.
  • 6:05 - 6:09
    Tapi, ketika saya SMA, terjadi sesuatu.
  • 6:09 - 6:12
    Saya bertemu seorang pemuda dari desa kami
  • 6:12 - 6:14
    yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Oregon.
  • 6:14 - 6:20
    Pemuda ini memakai kaos putih, jeans, kamera,
  • 6:20 - 6:23
    sepatu karet putih -- ya, benar-benar sepatu karet putih.
  • 6:23 - 6:27
    Ada sesuatu yang ajaib tentang bajunya, dan sepatunya.
  • 6:27 - 6:30
    Dia pakai sepatu karet disini di desa
  • 6:30 - 6:34
    dimana jalan beraspal pun tidak ada. Ini cukup menarik perhatian.
  • 6:34 - 6:39
    Saya bilang kepadanya, "Saya ingin pergi ke tempat kamu pergi,"
  • 6:39 - 6:44
    karena pemuda ini kelihatan begitu bahagia, dan saya mengaguminya.
  • 6:44 - 6:46
    Dan dia berkata,
  • 6:46 - 6:47
    "Apa maksudmu, 'kamu mau pergi'?"
  • 6:47 - 6:49
    Bukankah ada suamimu menunggu di desa?
  • 6:49 - 6:52
    Saya berkata,"Jangan khawatir.
  • 6:52 - 6:55
    Beritahu saja bagaimana caranya untuk kesana."
  • 6:55 - 6:58
    Pemuda ini mau membantu saya
  • 6:58 - 7:01
    Pada saat yang bersamaan saat saya SMA, ayah saya jatuh sakit.
  • 7:01 - 7:04
    Beliau terkena stroke, dan cukup parah,
  • 7:04 - 7:07
    jadi dia tidak mampu memaksa saya melakukan apapun.
  • 7:07 - 7:11
    Masalahnya, beliau bukanlah satu-satunya ayah saya.
  • 7:11 - 7:15
    Semua pria yang sama tuanya dengan ayah saya di desa tersebut,
  • 7:15 - 7:16
    secara otomatis menjadi ayah saya --
  • 7:16 - 7:20
    mereka semua paman saya - dan mereka bisa mendikte masa depan saya.
  • 7:20 - 7:23
    Saya mendaftar ke sekolah tinggi,
  • 7:23 - 7:28
    dan diterima di Randolph-Macon Woman's College di Lynchburg, Virginia.
  • 7:28 - 7:32
    Tapi saya tidak bisa kesana tanpa restu dari desa
  • 7:32 - 7:34
    karena saya membutuhkan dana untuk membeli tiket pesawat.
  • 7:34 - 7:37
    Saya mendapatkan beasiswa tapi saya harus berangkat kesana.
  • 7:37 - 7:40
    Dan saya butuh sokongan dari desa.
  • 7:40 - 7:44
    Dan di desa itu juga, saat para lelaki di sana mendengar,
  • 7:44 - 7:48
    dan semua orang mendengar bahwa seorang wanita mendapat kesempatan untuk bersekolah,
  • 7:48 - 7:50
    mereka berkata, "Sayang sekali."
  • 7:50 - 7:54
    Kesempatan semacam ini seharusnya diberikan ke anak laki-laki. Kita tidak bisa mendukung hal ini."
  • 7:54 - 7:58
    Jadi saya pulang dan harus kembali menuruti tradisi.
  • 7:58 - 8:00
    Ada kepercayaan di kalangan kami,
  • 8:00 - 8:04
    bahwa pagi hari selalu membawa kabar baik.
  • 8:04 - 8:07
    Jadi saya merencanakan sesuatu di pagi hari,
  • 8:07 - 8:09
    karena itu artinya kabar baik.
  • 8:09 - 8:13
    Ada seorang tua, kepala desa,
  • 8:13 - 8:17
    yang perkataannya selalu ditaati orang lain.
  • 8:17 - 8:21
    Jadi saya ke rumahnya pagi-pagi sekali, waktu matahari terbit.
  • 8:21 - 8:24
    Hal pertama yang beliau lihat saat membuka pintu rumahnya adalah saya.
  • 8:24 - 8:27
    "Anakku, apa yang kamu lakukan disini?"
  • 8:27 - 8:31
    "Ayah, saya perlu bantuan. Bisakah mendukung saya untuk pergi ke Amerika?"
  • 8:31 - 8:33
    Saya berjanji kepadanya bahwa saya akan jadi yang terbaik,
  • 8:33 - 8:37
    saya akan kembali, dan melakukan apa pun yang mereka ingin saya lakukan sesudahnya,
  • 8:37 - 8:39
    akan saya turuti.
  • 8:39 - 8:41
    Dia bilang, "Baiklah, tapi saya tidak bisa melakukan ini sendirian."
  • 8:41 - 8:44
    Dia memberikan daftar berisi 15, eh 16 orang
  • 8:44 - 8:47
    yang harus saya temui setiap pagi.
  • 8:47 - 8:49
    Jadi saya mengunjungi mereka satu persatu.
  • 8:49 - 8:50
    Mereka semua akhirnya sepakat.
  • 8:50 - 8:53
    Semua orang di desa, wanita dan pria, sepakat
  • 8:53 - 8:57
    untuk mendukung saya bersekolah.
  • 8:57 - 9:01
    Saya tiba di Amerika. Coba tebak apa yang saya dapatkan?
  • 9:01 - 9:05
    Salju!
  • 9:05 - 9:08
    Saya melihat Wal-Marts, penyedot debu,
  • 9:08 - 9:11
    dan banyak sekali makanan di kafetaria.
  • 9:11 - 9:14
    Saya berada di tanah yang berkelimpahan.
  • 9:14 - 9:19
    Saya berpuas diri, tapi selama saya disini,
  • 9:19 - 9:22
    saya juga menemukan banyak hal.
  • 9:22 - 9:25
    Saya belajar bahwa upacara yang saya lalui
  • 9:25 - 9:30
    waktu berumur 13 tahun, disebut mutilasi alat kelamin wanita.
  • 9:30 - 9:34
    Saya baru tahu bahwa hal tersebut ilegal di Kenya.
  • 9:34 - 9:38
    Saya belajar bahwa saya tidak perlu menukar organ tubuh saya
  • 9:38 - 9:42
    untuk mendapat pendidikan. Saya punya hak.
  • 9:42 - 9:45
    Selagi saya bicara sekarang ini, 3 juta anak gadis
  • 9:45 - 9:51
    di Afrika terancam mengalami mutilasi ini.
  • 9:51 - 9:54
    Saya belajar bahwa ibu saya berhak memiliki properti.
  • 9:54 - 9:57
    Saya belajar bahwa dia tidak harus disiksa
  • 9:57 - 9:59
    hanya karena dia perempuan.
  • 9:59 - 10:02
    Semua hal itu membuat saya marah.
  • 10:02 - 10:04
    Saya ingin berbuat sesuatu.
  • 10:04 - 10:07
    Saat saya kembali, setiap saat
  • 10:07 - 10:10
    saya melihat anak gadis tetangga saya menikah.
  • 10:10 - 10:12
    Mereka mengalami mutiilasi, sedangkan disini,
  • 10:12 - 10:15
    sesudah lulus, saya bisa bekerja di PBB.
  • 10:15 - 10:18
    Saya bisa kembali bersekolah untuk mendapat gelar doktor.
  • 10:18 - 10:22
    Tapi tangisan anak-anak perempuan itu selalu menghantui saya.
  • 10:22 - 10:25
    Saya harus melakukan sesuatu.
  • 10:25 - 10:28
    Ketika pulang, saya memulai dialog dengan para pria
  • 10:28 - 10:29
    seluruh desa, dan para ibu. Saya berkata,
  • 10:29 - 10:31
    "Saya ingin membalas budi seperti janji saya dulu,
  • 10:31 - 10:34
    bahwa saya akan kembali dan membantu kalian. Apa yang kalian butuhkan?"
  • 10:34 - 10:36
    Waktu saya berbicara dengan para wanita, mereka berkata,
  • 10:36 - 10:38
    "Kamu tahu apa yang kami butuhkan? Kami perlu sekolah untuk anak perempuan."
  • 10:38 - 10:41
    Sebab belum ada sekolah untuk anak-anak perempuan.
  • 10:41 - 10:43
    Dan anda tau kenapa?
  • 10:43 - 10:46
    Karena kalau ada anak gadis yang diperkosa dalam perjalanannya ke sekolah,
  • 10:46 - 10:48
    Ibunya lah yang disalahkan.
  • 10:48 - 10:52
    Kalau dia hamil sebelum menikah,
  • 10:52 - 10:54
    ibunya juga yang disalahkan dan dihukum.
  • 10:54 - 10:56
    Ia dipukuli.
  • 10:56 - 11:00
    Mereka bilang, "Kami ingin menempatkan anak-anak gadis kami di tempat yang aman."
  • 11:00 - 11:02
    Waktu saya bicara dengan para ayah,
  • 11:02 - 11:05
    anda bisa tebak, mereka berkata,
  • 11:05 - 11:07
    "Kami ingin sekolah untuk anak laki-laki."
  • 11:07 - 11:10
    Jadi saya bilang, "Ada beberapa pria dari desa saya
  • 11:10 - 11:13
    yang sudah pergi keluar dan mengenyam pendidikan.
  • 11:13 - 11:15
    Mengapa bukan mereka yang membangun sekolah buat anak laki-laki,
  • 11:15 - 11:17
    dan saya membangun sekolah buat anak perempuan?"
  • 11:17 - 11:21
    Itu masuk akal. Dan mereka setuju.
  • 11:21 - 11:25
    Dan saya utarakan bahwa saya ingin menunjukkan komitmen saya terhadap mereka.
  • 11:25 - 11:30
    Mereka setuju. Mereka menyumbangkan tanah untuk membangun sekolah anak perempuan.
  • 11:30 - 11:32
    Sekarang kami sudah memiliki sekolah tersebut.
  • 11:32 - 11:35
    Saya ingin Anda menemui salah satu gadis di sekolah tersebut.
  • 11:35 - 11:37
    Angeline datang mendaftar di sekolah tersebut,
  • 11:37 - 11:41
    dan dia tidak memenuhi kriteria kami.
  • 11:41 - 11:44
    Dia seorang anak yatim piatu. Tentu, kami bisa saja menerimanya dengan alasan tersebut.
  • 11:44 - 11:46
    Tapi dia terlalu besar. Umurnya 12 tahun.
  • 11:46 - 11:50
    Sedangkan kami hanya mengambil anak-anak yang duduk di kelas 4.
  • 11:50 - 11:51
    Angeline sudah pindah kemana-mana --
  • 11:51 - 11:54
    karena dia anak yatim-piatu, tanpa ibu dan ayah --
  • 11:54 - 11:56
    ia berpindah-pindah dari rumah nenek yang satu ke rumah yang lain,
  • 11:56 - 12:00
    dari rumah bibi yang satu ke bibi yang lain. Tidak ada kestabilan dalam hidupnya.
  • 12:00 - 12:02
    Dan saya memandangnya hari itu, dan saya teringat saya sendiri.
  • 12:02 - 12:07
    Saya melihat sesuatu di dalam Angeline.
  • 12:07 - 12:10
    Memang dia terlalu tua untuk kelas 4.
  • 12:10 - 12:13
    Akhirnya kami memberinya kesempatan untuk mengikuti kelas.
  • 12:13 - 12:16
    Lima bulan kemudian, inilah Angeline.
  • 12:16 - 12:19
    Terjadi transformasi dalam hidupnya.
  • 12:19 - 12:21
    Angeline ingin menjadi pilot supaya bisa keliling dunia
  • 12:21 - 12:23
    dan membuat perubahan.
  • 12:23 - 12:25
    Dia bukanlah siswi yang paling pintar saat kami pertama menerimanya.
  • 12:25 - 12:27
    Sekarang dia adalah siswi terbaik, bukan cuma di sekolah kami,
  • 12:27 - 12:31
    tapi di seluruh divisi yang kami bentuk.
  • 12:31 - 12:35
    Ini Sharon. Yang ini ia lima tahun mendatang.
  • 12:35 - 12:42
    Ini Evelyn. Lima bulan kemudian, inilah perbedaan yang kami buat.
  • 12:42 - 12:45
    Bagaikan matahari terbit di sekolah saya,
  • 12:45 - 12:48
    suatu awal yang baru terjadi.
  • 12:48 - 12:53
    Saat ini, 125 anak perempuan tidak akan pernah dimutilasi.
  • 12:53 - 12:58
    125 anak perempuan tidak akan menikah di umur 12.
  • 12:58 - 13:04
    125 anak perempuan menciptakan dan menggapai impiannya.
  • 13:04 - 13:06
    Inilah yang sedang kami lakukan,
  • 13:06 - 13:09
    memberi kesempatan untuk mereka bangkit.
  • 13:09 - 13:13
    Saat ini, wanita tidak akan dipukuli lagi
  • 13:13 - 13:16
    karena revolusi yang telah kami mulai di komunitas kami.
  • 13:16 - 13:24
    (Tepuk tangan)
  • 13:24 - 13:27
    Saya ingin menantang anda hari ini.
  • 13:27 - 13:30
    Anda duduk disini memperhatikan saya karena
  • 13:30 - 13:32
    anda orang yang sangat optimis.
  • 13:32 - 13:36
    Anda adalah orang-orang yang terbeban
  • 13:36 - 13:40
    untuk melihat dunia yang lebih indah.
  • 13:40 - 13:44
    Anda adalah orang-orang yang ingin agar perang dihentikan dan kemiskinan dibasmi.
  • 13:44 - 13:47
    Anda adalah orang-orang yang ingin membuat perubahan.
  • 13:47 - 13:50
    Anda adalah orang-orang yang ingin membuat hari esok yang lebih baik.
  • 13:50 - 13:54
    Saya ingin menantang anda hari ini untuk menjadi pemula,
  • 13:54 - 13:57
    karena orang lain akan mengikuti langkah anda.
  • 13:57 - 13:59
    Jadilah yang pertama. Orang lain akan mengikuti Anda.
  • 13:59 - 14:04
    Jadilah berani. Berdirilah tegak. Tanpa takut dan percaya diri.
  • 14:04 - 14:08
    Melangkahlah keluar, karena di saat anda merubah dunia anda,
  • 14:08 - 14:10
    saat anda merubah komunitas anda,
  • 14:10 - 14:15
    saat kita percaya bahwa kita telah mempengaruhi satu anak perempuan, satu keluarga,
  • 14:15 - 14:18
    satu desa, satu negara -- satu per satu dari mereka,
  • 14:18 - 14:21
    kita telah membuat perubahan. Jadi saat anda merubah dunia anda sendiri,
  • 14:21 - 14:23
    anda akan merubah komunitas anda,
  • 14:23 - 14:25
    anda akan merubah negara anda,
  • 14:25 - 14:28
    dan coba pikirkan. Jika anda melakukan hal ini, dan saya juga,
  • 14:28 - 14:31
    tentu kita akan menciptakan masa depan lebih baik untuk anak-anak kita,
  • 14:31 - 14:34
    untuk anak-anak anda, untuk anak cucu kita.
  • 14:34 - 14:38
    Kita akan hidup di dunia yang damai. Terima kasih banyak.
  • 14:38 - 14:55
    (Tepuk tangan)
Title:
Kakenya Ntaiya: Anak perempuan yang menuntut bersekolah
Speaker:
Kakenya Ntaiya
Description:

Kakenya Ntaiya membuat perjanjian dengan ayahnya: Dia akan menjalani ritual tradisional Maasai untuk disunat hanya jika dia dibolehkan melanjutkan sekolahnya. Ntaiya bercerita tentang tekadnya untuk lanjut ke sekolah tinggi, dan bekerja dengan para orangtua di desa untuk membangun sekolah untuk anak-anak perempuan di komunitasnya. Inilah perjalanan edukasi seseorang yang telah merubah nasib 125 anak perempuan. (Difilmkan di TEDxMidAtlantic.)

more » « less
Video Language:
English
Team:
closed TED
Project:
TEDTalks
Duration:
15:16
Dimitra Papageorgiou approved Indonesian subtitles for A girl who demanded school
Laksmi Wijayanti accepted Indonesian subtitles for A girl who demanded school
Laksmi Wijayanti edited Indonesian subtitles for A girl who demanded school
Cokro Tjakranegara edited Indonesian subtitles for A girl who demanded school
Cokro Tjakranegara edited Indonesian subtitles for A girl who demanded school
Cokro Tjakranegara edited Indonesian subtitles for A girl who demanded school
Cokro Tjakranegara edited Indonesian subtitles for A girl who demanded school
Cokro Tjakranegara edited Indonesian subtitles for A girl who demanded school
Show all

Indonesian subtitles

Revisions