Return to Video

Saya melangkah keluar dari kesedihan dengan menari bersama api

  • 0:01 - 0:03
    Ketika saya berusia enam tahun,
  • 0:03 - 0:05
    rumah kami terbakar,
  • 0:05 - 0:06
    dan ibu saya meninggal.
  • 0:07 - 0:09
    Saat itu Februari malam
    yang dingin di Michigan.
  • 0:09 - 0:11
    Cerobong asap kami
    baru saja diperbaiki,
  • 0:11 - 0:14
    jadi kami membuat perapian
    yang hangat di tempatnya.
  • 0:14 - 0:17
    Saya dan adik perempuan saya
    duduk di sebelah anjing kami
  • 0:17 - 0:20
    dan sedang mewarnai
    dengan pensil warna baru
  • 0:20 - 0:22
    ketika ibu berkata saatnya untuk tidur.
  • 0:22 - 0:24
    Kami berencana ke arah utara malam itu
  • 0:24 - 0:26
    untuk akhir pekan bermain
    mobil salju dan kereta luncur,
  • 0:26 - 0:28
    tapi saat itu sudah malam
    dan bersalju,
  • 0:28 - 0:31
    jadi kami memutuskan
    untuk pergi keesokan paginya.
  • 0:31 - 0:34
    Kami ke lantai atas, menyikat gigi,
    naik ke atas kasur,
  • 0:34 - 0:37
    kamar adik saya tepat di sebelah tangga,
  • 0:37 - 0:38
    dan kamar saya di ujung lorong.
  • 0:39 - 0:41
    Orang tua kami menyelimuti
    dan mengecup selamat malam,
  • 0:41 - 0:44
    lalu membiarkan pintu sedikit terbuka,
  • 0:44 - 0:46
    dan lampu lorong menyala,
    seperti biasanya.
  • 0:47 - 0:50
    Tengah malam,
    saya terbangun dengan berkeringat,
  • 0:50 - 0:53
    kebingungan karena saya
    tidak bisa melihat lampu lorong.
  • 0:53 - 0:55
    Saya mulai berteriak
    memanggil orang tua
  • 0:55 - 0:58
    sampai akhirnya, saya mendengar sesuatu
    yang tidak bisa saya lupakan:
  • 0:58 - 1:00
    "Dave, Api!"
  • 1:00 - 1:03
    Kami lalu sadar
    bahwa perapian yang tadi
  • 1:03 - 1:06
    telah membakar retakan
    di cerobong asap yang belum diperbaiki,
  • 1:06 - 1:08
    menyebabkan pintu perapian meledak
  • 1:08 - 1:10
    dan api mulai merambat
    ke ruang tamu kami.
  • 1:11 - 1:14
    Saya ingat ibu saya berlari
    ke kamar adik saya,
  • 1:14 - 1:16
    mencarinya dengan panik
  • 1:16 - 1:18
    dan akhirnya menemukan dirinya di lantai.
  • 1:19 - 1:21
    Saya merangkak ke arahnya
    dengan tangan dan lutut,
  • 1:21 - 1:23
    mencoba untuk tidak menghirup asap.
  • 1:24 - 1:26
    Saya ingat berdiri
    di samping kamar adik saya,
  • 1:26 - 1:29
    mencoba menyalakan lampu di lorong,
  • 1:29 - 1:30
    tapi sebenarnya sudah menyala;
  • 1:30 - 1:33
    saya tidak bisa melihatnya
    karena asapnya begitu tebal.
  • 1:35 - 1:38
    Saya ingat rasa panas
    dari apinya di kulit saya
  • 1:38 - 1:42
    dan mendengar suara apinya
    saat menjalar menaiki tangga.
  • 1:44 - 1:47
    Ayah saya berlari ke jendela kamar saya
    untuk rute kabur,
  • 1:47 - 1:50
    tapi saat itu Februari
    dan jendelanya membeku.
  • 1:50 - 1:54
    Akhirnya, dia memecahkan jendelanya
    dan membukanya,
  • 1:54 - 1:57
    lengan dan tangannya terluka
    dari pecahan kaca.
  • 1:58 - 2:01
    Dia mengangkat saya dan adik
    ke kanopi di bawah jendela
  • 2:01 - 2:03
    dan menyuruh kami
    untuk teriak minta tolong.
  • 2:03 - 2:05
    Karena tidak melihat ibu saya,
  • 2:05 - 2:08
    dia berpikir untuk kembali ke dalam
    untuk mencarinya,
  • 2:08 - 2:11
    tapi setelah melihat adik dan saya
    meringkuk di atap
  • 2:11 - 2:14
    dan menyadari bahwa
    tidak satu pun dari mereka akan berhasil,
  • 2:14 - 2:16
    dia memilih bersama dengan kami,
  • 2:16 - 2:18
    sambil memanggil namanya
    melalui jendela.
  • 2:20 - 2:21
    Setelah beberapa menit,
  • 2:21 - 2:25
    seorang pria yang berkendara di jalan
    melihat asap dan api,
  • 2:25 - 2:26
    menuju ke halaman rumah kami,
  • 2:26 - 2:28
    memanjat ke atap mobilnya
  • 2:28 - 2:30
    dan berkata ke kami
    untuk lompat ke pelukannya.
  • 2:30 - 2:32
    Kami belum pernah melihatnya,
  • 2:32 - 2:33
    dan meski dia menyelamatkan kami,
  • 2:33 - 2:35
    kami tidak pernah bertemu lagi.
  • 2:35 - 2:37
    Kami dibawa ke rumah tetangga kami
  • 2:37 - 2:40
    sementara ayah menunggu ibu saya di atap,
  • 2:40 - 2:43
    mengulurkan lengan dan tangannya
    melalui jendela
  • 2:43 - 2:44
    ke dalam kobaran api,
  • 2:44 - 2:47
    memanggil namanya terus-menerus.
  • 2:49 - 2:51
    Dia lalu berkata bahwa
    ketika pemadam kebakaran datang,
  • 2:51 - 2:55
    mereka membawanya menuruni tangga
    saat jendela di lantai bawah pecah
  • 2:55 - 2:57
    dan terbakar.
  • 2:57 - 3:00
    Ini menghambat pemadam kebakaran
    yang mencari ibu saya.
  • 3:00 - 3:03
    Ibu saya berada di lantai
    kamar saya selama itu,
  • 3:03 - 3:06
    tertimpa lemari
    yang jatuh di atas kakinya.
  • 3:07 - 3:09
    Kami pikir dia kembali
    untuk mencari anjing kami,
  • 3:09 - 3:13
    tapi saat pemadam kebakaran
    menemukan mereka, itu sudah terlambat.
  • 3:13 - 3:16
    Dia meninggal dalam perjalanan
    ke rumah sakit.
  • 3:17 - 3:19
    Ayah dalam kondisi yang kritis
  • 3:19 - 3:23
    dengan menghirup asap dan luka bakar
    serta sayatan di sepertiga badannya.
  • 3:23 - 3:26
    Dia dirawat hampir sebulan di rumah sakit,
  • 3:26 - 3:28
    tidak bisa menghadiri pemakaman ibu
  • 3:28 - 3:32
    dan menjalani banyak
    operasi cangkok kulit yang menyiksa.
  • 3:32 - 3:35
    Saya dan adik tinggal
    dengan tetangga kami di seberang jalan,
  • 3:35 - 3:39
    tapi kami akan duduk di depan
    jendela ruang tamu mereka berjam-jam,
  • 3:39 - 3:41
    melihat sisa rumah kami yang terbakar.
  • 3:42 - 3:44
    Setelah beberapa hari, menjadi jelas
  • 3:44 - 3:47
    bahwa kami harus tinggal dengan
    beberapa teman keluarga yang berbeda.
  • 3:49 - 3:51
    Beberapa tahun kemudian menjadi sulit.
  • 3:51 - 3:53
    Sebagai ayah tunggal
    dari dua anak perempuan,
  • 3:53 - 3:55
    ayah bekerja keras untuk menghidupi kami
  • 3:55 - 3:59
    seiring kami mencoba berkabung dan pulih.
  • 4:00 - 4:03
    Kami mulai terbiasa dengan realita ini.
  • 4:03 - 4:06
    Ayah membeli rumah baru di ujung jalan,
    tanpa perapian,
  • 4:06 - 4:08
    dan akhirnya menikah lagi.
  • 4:08 - 4:10
    Saya dan adik berprestasi di sekolah.
  • 4:10 - 4:11
    Saya adalah pemandu sorak,
  • 4:11 - 4:14
    dan dia menunggang kuda
    dan bermain di orkes.
  • 4:14 - 4:18
    Tapi tidak ada yang bisa menghentikan
    mimpi buruk yang menghantui saya.
  • 4:19 - 4:21
    Saya akan bermimpi tentang api,
  • 4:21 - 4:23
    terperangkap di api tanpa jalan keluar.
  • 4:24 - 4:26
    Saya ingat, dan bahkan
    sekarang bisa merasakan
  • 4:26 - 4:29
    kepanikan dan tekanan luar biasa
    di dalam dada saya.
  • 4:29 - 4:34
    Atau buruknya, mimpi saat saya
    di luar kebakaran dan menyaksikannya,
  • 4:34 - 4:36
    mencoba menolong orang di dalamnya.
  • 4:37 - 4:40
    Saya akan terbangun terengah-engah,
  • 4:40 - 4:43
    air mata menetes di wajah
    dan teresak-esak.
  • 4:47 - 4:49
    Ketika saya berusia 15 tahun,
  • 4:49 - 4:51
    teman saya
    dan seorang seniman bertalenta,
  • 4:51 - 4:53
    melukis dua lukisan potret abstrak
    untuk saya.
  • 4:53 - 4:55
    Salah satunya hitam dan putih
  • 4:55 - 4:58
    dan ada seorang gadis ketakutan
    meringkuk di sudut ruangan
  • 4:58 - 5:00
    dengan bayangan mengelilinginya.
  • 5:00 - 5:03
    Satunya lagi berwarna-warni;
  • 5:03 - 5:05
    seorang gadis berada di tengah lukisan,
  • 5:05 - 5:06
    lengannya terbuka dan terulur,
  • 5:06 - 5:09
    jelas dipenuhi
    kegembiraan dan kebahagiaan.
  • 5:10 - 5:11
    Dia tahu masa lalu saya,
  • 5:11 - 5:14
    dan dia tahu bahwa saya
    bimbang dan kebingungan,
  • 5:14 - 5:16
    tapi dia juga tahu potensi saya
  • 5:16 - 5:19
    dan ingin menunjukan pada saya
    apa yang telah dia lihat.
  • 5:19 - 5:22
    Setelah beberapa tahun,
    saya menyadari bahwa kedua lukisan itu
  • 5:22 - 5:25
    memperlihatkan saya
    dua jalan yang sangat berbeda:
  • 5:25 - 5:27
    hidup penuh ketakutan
  • 5:27 - 5:29
    atau keyakinan dan kemungkinan pulih.
  • 5:30 - 5:33
    Saya selalu tertarik ke lukisan
    yang cerah dan penuh warna,
  • 5:33 - 5:35
    tapi saya tidak yakin
    apa artinya untuk saya
  • 5:35 - 5:40
    atau cara mengubah mentalitas saat ini
    menjadi kegembiraan dan kebahagiaan.
  • 5:40 - 5:43
    Jadi, dari luar,
    saya melanjutkan hidup --
  • 5:43 - 5:45
    lulus SMA,
    pergi ke perguruan tinggi --
  • 5:45 - 5:47
    sementara di dalam hati,
  • 5:47 - 5:52
    perasaan saya masih campur aduk
    antara sangat bahagia dan sangat sedih
  • 5:52 - 5:55
    seperti bola ping pong
    di antara kedua lukisan tesebut.
  • 5:56 - 6:00
    Pada tahun 2004, saya pergi ke
    sepanjang Amerika Tengah bersama teman.
  • 6:00 - 6:02
    Kami menghabiskan satu minggu
    di pulau Roatán
  • 6:02 - 6:04
    di lepas pantai Honduras.
  • 6:04 - 6:06
    Setelah beberapa hari di sana,
    saya dan teman sadar
  • 6:06 - 6:10
    bahwa salah seorang
    teman lokal baru kami adalah penari api.
  • 6:10 - 6:13
    Kami berdua tidak pernah
    melihat tari api sebelumnya,
  • 6:13 - 6:15
    jadi suatu malam,
    kami memutuskan untuk melihatnya.
  • 6:17 - 6:20
    Kami menontonnya, terpesona,
  • 6:20 - 6:24
    saat dia dan dua temannya
    menyalakan alatnya dengan api,
  • 6:24 - 6:25
    melemparnya ke udara
  • 6:25 - 6:27
    dan memutarnya di sekitar badan mereka.
  • 6:29 - 6:33
    Gerakan mereka
    tenang dan terkendali,
  • 6:33 - 6:36
    tapi tetap anggun
    dan menyatu dengan musik.
  • 6:39 - 6:41
    Saya sangat terpesona.
  • 6:42 - 6:45
    Besoknya, dia menawari kami belajar
    cara menari api, atau "memutar" --
  • 6:45 - 6:47
    tanpa api, tentu saja.
  • 6:47 - 6:49
    Dia menunjukkan
    perbedaan antara tongkat api,
  • 6:49 - 6:53
    yaitu kayu panjang atau aluminium
    dengan dua sumbu kevlar,
  • 6:53 - 6:57
    dan poi api, yaitu sumbu kevlar
    dengan rantai dan lubang jari.
  • 6:58 - 7:01
    Setelah pertama kali memutar poi,
  • 7:01 - 7:04
    saya tahu bahwa ini adalah hobi
    yang saya ingin terus pelajari
  • 7:04 - 7:07
    dengan harapan mungkin suatu hari,
  • 7:07 - 7:11
    saya mungkin cukup berani
    mencobanya dengan api.
  • 7:12 - 7:14
    Sekarang, saya bisa tebak
    yang dipikirkan orang lain:
  • 7:14 - 7:18
    Mengapa saya tidak ketakutan
    dan berlari ke arah berlawanan?
  • 7:18 - 7:20
    Dan jujur saja, saya tidak tahu.
  • 7:21 - 7:24
    Saya kira menjadi pemandu sorak
    dan melakukan senam dan piano
  • 7:24 - 7:26
    ketika bertumbuh dewasa,
  • 7:26 - 7:29
    aktivitas ini
    sangat terstruktur dan stabil,
  • 7:29 - 7:33
    sedangkan jenis seni mengalir ini
    seperti sebuah bentuk dari meditasi,
  • 7:33 - 7:34
    tapi dengan fokus pada api,
  • 7:34 - 7:38
    hal yang sangat menakutkan saya
    selama hidup.
  • 7:39 - 7:40
    Setelah pertama kali berlatih,
  • 7:40 - 7:43
    saya dan teman
    merakit poi buatan sendiri
  • 7:43 - 7:46
    menggunakan kaos kaki, tali sepatu,
    dan bola tenis.
  • 7:46 - 7:48
    Kami tidak membakar tali sepatu
    dan kaos kakinya,
  • 7:48 - 7:50
    kami hanya menggunakannya untuk berlatih.
  • 7:50 - 7:52
    Tapi setelah kembali ke Michigan,
  • 7:52 - 7:56
    kami memutuskan untuk membeli
    perangkat poi api yang sesungguhnya.
  • 7:56 - 7:57
    Dan setelah beberapa bulan,
  • 7:57 - 8:00
    kami memutuskan bahwa kami siap
    untuk membakarnya.
  • 8:01 - 8:03
    Kami melapisi diri dengan lapisan katun,
  • 8:03 - 8:05
    menyediakan alat pemadam api,
  • 8:05 - 8:06
    handuk basah untuk jaga-jaga,
  • 8:06 - 8:08
    menyiapkan bahan bakarnya,
  • 8:08 - 8:12
    memberikan satu sama lain penyemangat
    yang sangat energik dan tos
  • 8:12 - 8:14
    dan menyalakan poi-nya dengan api.
  • 8:16 - 8:18
    Ini sangat menakutkan.
  • 8:19 - 8:21
    Separuh otak saya ketakutan
  • 8:21 - 8:24
    dan berpikir, "OK, tunggu --
    mungkin kita perlu memikirkannya lagi.
  • 8:24 - 8:26
    Kita mungkin seharusnya berhenti."
  • 8:26 - 8:29
    Suara apinya saat mendesing
    di dekat kepala saya
  • 8:29 - 8:30
    amat keras
  • 8:30 - 8:32
    dan membawa saya kembali ke masa kecil.
  • 8:33 - 8:36
    Tapi, hal itu juga sangat menyenangkan.
  • 8:38 - 8:41
    Separuh otak saya,
    bagian kreativitas, berpikir,
  • 8:41 - 8:45
    "Saya tak percaya ini!
    Saya seorang penari api."
  • 8:46 - 8:47
    Untuk siapa pun yang menari,
  • 8:47 - 8:48
    ada suatu level adrenalin
  • 8:48 - 8:51
    atau ada perasaan tersendiri
    dari tarian api.
  • 8:51 - 8:55
    Tapi untuk seseorang yang hidupnya
    sangat dipengaruhi oleh api,
  • 8:55 - 8:58
    saya juga merasakan
    kekuatan yang luar biasa
  • 8:58 - 9:01
    karena bisa
    mengontrol dan mengarahkan api.
  • 9:02 - 9:06
    Saya membuat keputusan secara sadar
    untuk keluar dari kesedihan.
  • 9:06 - 9:08
    Hal itu tidak mudah.
  • 9:08 - 9:11
    Ada lirik dari Nirvana,
    "Saya rindu kenyamanan saat bersedih,"
  • 9:11 - 9:13
    dan hal itu memang benar.
  • 9:13 - 9:15
    Saya dikuasai oleh kesedihan.
  • 9:15 - 9:18
    Saya tahu apa yang akan terjadi pada saya,
    dan tahu apa harapannya,
  • 9:18 - 9:20
    tapi saya juga tahu
    di lubuk hati bahwa akhirnya,
  • 9:20 - 9:25
    saya harus bekerja keras
    agar sembuh dari masa lalu saya.
  • 9:25 - 9:28
    Jadi, saya terus berlatih.
  • 9:28 - 9:31
    Saya mengambil tas belanja,
    memotongnya menjadi potongan,
  • 9:31 - 9:32
    mengikatnya di ujung poi-nya
  • 9:32 - 9:37
    dan menggunakannya untuk meniru
    suara apinya saat melewati kepala saya.
  • 9:37 - 9:39
    Dan saya tetap menyalakan poi dengan api.
  • 9:40 - 9:42
    Pada satu titik, sesuatu berubah.
  • 9:42 - 9:44
    Perspektif saya pada tarian api berubah
  • 9:44 - 9:47
    dari sesuatu yang saya khawatirkan
  • 9:47 - 9:50
    menjadi sesuatu
    yang memberi saya semacam kedamaian.
  • 9:52 - 9:53
    Tanpa menyadarinya,
  • 9:53 - 9:56
    saya telah memulai terapi paparan
    bagi saya sendiri,
  • 9:56 - 9:58
    jenis psikoterapi nyata
  • 9:58 - 10:00
    di mana Anda
    dengan sengaja memaparkan diri
  • 10:00 - 10:04
    kepada hal yang membuat Anda
    trauma atau takut.
  • 10:04 - 10:07
    Saya telah mengekspos diri saya
    pada api dengan cara yang unik
  • 10:07 - 10:10
    dan telah mengubah
    artinya bagi saya.
  • 10:11 - 10:12
    Mimpi buruk saya perlahan berhenti
  • 10:12 - 10:15
    dan sekarang, bertahun-tahun kemudian,
    telah berhenti sepenuhnya.
  • 10:16 - 10:20
    Saya memulai tarian api tidak hanya
    untuk saya, tapi untuk acara dan performa.
  • 10:20 - 10:24
    Saya merintis pasukan api
    dengan teman-teman saat di Dubai,
  • 10:24 - 10:28
    menciptakan seni yang indah
    dengan adik saya, seorang fotografer,
  • 10:28 - 10:30
    mengajari cara memutar
    ke anak-anak di acara ulang tahun,
  • 10:30 - 10:33
    tampil di atas panggung dan di festival
  • 10:33 - 10:36
    dan bahkan mengajari anak saya
    dasar dari berputar.
  • 10:37 - 10:38
    Dan hal itu tidak berarti
  • 10:38 - 10:41
    bahwa saya tidak punya
    ketakutan pada api secara umum.
  • 10:41 - 10:44
    Saya bisa berlatih gerakannya
    berkali-kali,
  • 10:44 - 10:45
    tapi saat mencobanya dengan api,
  • 10:45 - 10:49
    saya merasakan panik yang familiar
    dan menyesakkan dalam dada saya.
  • 10:50 - 10:53
    Saya masih resah untuk tinggal
    di rumah dengan dua lantai
  • 10:53 - 10:55
    atau mempunyai tempat perapian.
  • 10:56 - 10:58
    Setiap malam, sebelum saya tidur,
  • 10:58 - 11:01
    saya membersihkan jalan
    antara pintu kamar tidur anak saya,
  • 11:01 - 11:02
    kamar tidur kami,
  • 11:02 - 11:03
    dan semua pintu keluar,
  • 11:03 - 11:05
    jika kami harus cepat keluar.
  • 11:05 - 11:06
    Dan membutuhkan waktu lama
  • 11:06 - 11:12
    untuk mulai menutup pintu kamar tidur
    saat malam untuk memperlambat api
  • 11:12 - 11:15
    karena saya selalu berpikir
    jika pintu kamar tidur anak saya ditutup,
  • 11:15 - 11:18
    saya mungkin tidak bisa mendengar mereka
    layaknya ibu mendengar saya.
  • 11:19 - 11:21
    Dan tentu saja, ini adalah cerita saya.
  • 11:21 - 11:24
    Saya tidak bisa katakan
    bahwa saya punya jawabannya
  • 11:24 - 11:26
    untuk seseorang dengan
    jenis trauma yang berbeda.
  • 11:26 - 11:28
    Jika situasinya dibalik
  • 11:28 - 11:30
    dan saya kehilangan anak karena api,
  • 11:30 - 11:33
    saya tidak yakin jika tarian api
    adalah jawabannya,
  • 11:33 - 11:36
    atau jika saya punya kemampuan
    untuk dekat dengan api lagi.
  • 11:36 - 11:39
    Tapi yang bisa saya katakan
    dari pengalaman saya
  • 11:39 - 11:42
    adalah bahwa setelah mengalami
    trauma atau kesulitan,
  • 11:42 - 11:45
    Anda punya pilihan antara dua jalan.
  • 11:45 - 11:46
    Jalan pertama akan membuat Anda
  • 11:46 - 11:49
    hidup dalam ketakutan
    dan meringkuk dalam kegelapan
  • 11:49 - 11:52
    seperti lukisan hitam-putih
    yang saya deskripsikan tadi.
  • 11:52 - 11:53
    Anda mungkin melanjutkan hidup,
  • 11:53 - 11:57
    tapi Anda masih memegang
    kesedihan yang memberi rasa nyaman.
  • 11:58 - 12:01
    Jalan lainnya, keluar dari kesedihan,
  • 12:01 - 12:03
    tidak akan mengubah
    atau menghapus apa pun.
  • 12:04 - 12:05
    Itu akan sulit.
  • 12:05 - 12:07
    Itu akan selalu sulit,
  • 12:07 - 12:12
    dengan pegunungan tinggi
    dan lembah yang dalam dan gelap.
  • 12:13 - 12:16
    Tapi jalan ini
    melihat dan bergerak ke depan.
  • 12:17 - 12:19
    Ketika saya belajar
    untuk menari dengan api,
  • 12:19 - 12:22
    saya belajar untuk berdamai
    dengan bagian hidup saya yang traumatis
  • 12:22 - 12:26
    dengan totalitas hidup saya
    karena hal itu masih berlangsung.
  • 12:27 - 12:29
    Api menjadi lebih dari trauma,
  • 12:29 - 12:31
    namun juga menjadi kecantikan dan seni,
  • 12:31 - 12:34
    semua, tiba-tiba, seperti hidup,
  • 12:34 - 12:36
    berkedip dan membara
  • 12:36 - 12:39
    dan membakar dan mempesona,
  • 12:40 - 12:45
    dan entah bagaimana, di tengah itu semua,
    saya temukan cara untuk menari ...
  • 12:45 - 12:46
    saya.
  • 12:46 - 12:48
    Terima kasih.
Title:
Saya melangkah keluar dari kesedihan dengan menari bersama api
Speaker:
Danielle Torley
Description:

Setelah kehilangan ibunya di rumah yang terbakar ketika dia berusia enam tahun, Danielle Torley melihat dua jalan di depannya: hidup penuh dengan ketakutan, atau jalan lainnya yang menjanjikan penyembuhan dan pemulihan. Di pembicaraan yang menginspirasi ini, dia menjelaskan bahwa dia mengubah kesedihannya menjadi keindahan dengan cara yang paling tidak terduga -- yaitu menari dengan api.

more » « less
Video Language:
English
Team:
closed TED
Project:
TEDTalks
Duration:
13:02

Indonesian subtitles

Revisions