Hai, saya Chris Anderson.
Selamat datang di TED Interview.
Kita mempersiapkan musim empat
dengan beberapa tamu luar biasa,
tetapi saya tidak akan menunggunya
untuk episode hari ini,
karena kita sedang di tengah pandemi,
dan saya tidak sabar ingin berbicara
dengan seorang tamu.
Beliau adalah Adam Kucharski,
ilmuwan penyakit menular
yang fokus pada pemodelan
pandemi matematis.
Beliau asisten profesor
di London School of Hygiene
and Tropical Medicine
dan seorang TED Fellow.
(Musik)
(TED Talk) Adam Kucharski:
Perilaku seperti apa
yang penting saat epidemi?
Percakapan, kontak fisik langsung?
Data seperti apa yang harus dikumpulkan
sebelum wabah terjadi
jika kita ingin meramalkan
penyebaran penularan?
Untuk mencari tahu, tim kami
membangun model matematis ...
Chris Anderson:
Dalam mencari tahu tentang pandemi
yang secara teknis
dikenal sebagai COVID-19,
dan secara umum
disebut virus corona,
menurut saya, idenya
sangat bermanfaat.
Saya tidak sabar
untuk membahasnya bersama.
Terima kasih teman-teman
di Twitter
yang memberikan
beberapa pertanyaan.
Saya tahu topik ini ada dalam
pikiran setiap orang sekarang.
Saya harap episode ini
bisa memberi nuansa lebih
dalam memikirkan apa yang telah
terungkap dari pandemi sejauh ini,
apa yang mungkin terjadi,
dan apa yang bisa
kita lakukan bersama.
Mari kita mulai.
(Musik)
Adam, selamat datang di TED Interview.
Adam Kucharski: Terima kasih.
CA: Mari kita mulai
dengan hal mendasar.
Banyak respons dari
orang-orang skeptis...
dalam beberapa pekan terakhir,
mungkin sudah berkurang...
yang bilang, "Oh, ayolah,
ini bukan masalah besar,
jumlah kasusnya sedikit.
Dibandingkan flu atau yang lain.
Banyak masalah yang lebih besar di dunia.
Mengapa kita meributkan hal ini?"
Saya rasa solusi keributan itu
adalah matematika.
Kita membicarakan perhitungan
pertumbuhan eksponensial,
pada dasarnya, benar?
AK: Benar.
Ada angka yang kami gunakan untuk
menaksir seberapa mudah penularannya
dan tingkat penularan
yang kita hadapi sekarang.
Kami menyebutnya angka reproduksi,
dan secara konsep,
adalah seberapa
banyak penularan
dari rata-rata setiap kasus.
Hal tersebut menggambarkan
skala masalah ini,
seperti apa perkembangannya.
Untuk virus corona, kami melihat,
di beberapa negara,
setiap orang rata-rata menulari
dua atau tiga orang lain.
CA: Untuk angka reproduksi,
hal pertama yang perlu dipahami
adalah angka apa pun di atas satu
berarti virus ini akan berkembang.
Angka di bawah satu
berarti berkurang.
AK: Benar. Jika angkanya di atas satu,
maka sekelompok orang
yang terjangkit
akan menulari lebih banyak
orang dari sebelumnya.
Kita akan melihat
efek eksponensial,
jika dua, kita menggandakan
setiap penularannya,
dan jika di bawah satu,
maka rata-rata,
angkanya akan menurun.
CA: Jadi angka dua atau lebih,
saya rasa semua orang
mungkin sudah tahu cerita ini,
tentang papan catur dan butiran beras,
jika kita menggandakan jumlah beras
di setiap kotak papan catur
pada 10 atau 15 kotak pertama,
tidak ada masalah,
namun pada kotak ke-64,
kita akan memiliki berton-ton beras
bagi setiap orang di planet ini.
(Tawa)
Pertumbuhan eksponensial
adalah hal yang menakjubkan.
Angka kecil yang ada kini
adalah hal yang tidak perlu
kita perhatikan --
yang harus diperhatikan adalah pemodelan
atas apa yang mungkin terjadi.
AK: Benar.
Jika pertumbuhan eksponensial
terus terjadi,
kadang akan menghasilkan
angka yang besar,
bahkan hampir tidak masuk akal.
Pada rentang waktu,
misalnya sebulan saja,
jika angka reproduksinya tiga,
maka satu orang rata-rata
menulari tiga orang lain.
Jarak antar siklus penularan ini
adalah lima hari.
Jadi, jika sekarang
ada satu kasus
yang terjadi tiap lima hari
dan enam kali dalam satu bulan.
Jadi pada akhir bulan,
satu orang tersebut
dapat mengakibatkan,
saya pikir sekitar 729 kasus.
Dalam satu bulan,
skala penularan virus ini
dapat meroket
jika tidak dikendalikan.
CA: Pastinya,
itu terjadi pada sebagian besar kasus
yang Anda teliti sekarang,
tentunya saat virus ini
masih dalam tahap awal
memasuki sebuah negara.
Anda memberikan model
yang dapat membuat kita memahami
lebih jelas angka reproduksi ini,
karena menurut saya ini hampir seperti
inti dari cara pikir kita terhadap virus,
dan cara meresponsnya,
serta seberapa menakutkannya virus ini.
Dalam pemikiran Anda,
Anda menjabarkannya
menjadi empat komponen,
yang Anda sebut DOTS:
Durasi, Oportunitas,
peluang Transmisi,
dan Suseptibilitas.
Saya pikir akan sangat
membantu, Adam,
jika Anda menjelaskan
setiap poinnya,
karena ini merupakan
persamaan sederhana
yang mengaitkan empat poin tersebut
ke angka reproduksi yang sebenarnya.
Jelaskan satu per satu.
Durasi, apa artinya?
AK: Durasi mengukur berapa lama
seseorang menular.
Misalnya,
jika seseorang menular
dalam waktu yang lebih lama,
misalnya dua kali lebih lama
dari yang lain,
maka durasi penularannya
dua kali lebih panjang.
CA: Berapa tingkat durasi virus ini,
dibandingkan dengan,
flu atau patogen lainnya?
AK: Tergantung pada apa yang terjadi
saat seseorang sedang menular,
jika mereka segera diisolasi, hal itu
memperpendek jangka waktunya,
tetapi kami prediksi sekitar satu pekan,
seseorang sudah menular
sebelum diisolasi di rumah sakit.
CA: Selama sepekan itu, mereka mungkin
tidak menunjukkan gejala
selama satu pekan penuh, ya?
Jika seseorang terjangkit,
ada masa inkubasi.
Ada waktu di tengah
masa inkubasi tersebut
di mana mereka
mulai menular,
dan mungkin ada masa setelah itu,
saat mereka baru menunjukkan gejala,
dan tidak terlalu jelas
bagaimana urutan waktunya.
Apa itu benar?
AK: Tidak, kami punya
informasi tambahan.
Salah satu hal yang kami
lihat dalam data
menyatakan bahwa kita mungkin
sedang berada di awal transmisi
saat terjadi penundaan penularan
ke orang berikutnya.
Itu terjadi sekitar lima hari.
Masa inkubasi tersebut,
waktu sampai gejala muncul,
juga sekitar lima hari.
Jadi, bayangkan sebagian besar orang
hanya menulari orang lain
saat menunjukkan gejala,
ada masa inkubasi
lalu ada masa tambahan saat
menulari orang lain.
Nilai yang serupa menunjukkan
beberapa orang menular
di awal atau sebelum mereka
menunjukkan gejala.
CA: Jadi artinya,
secara umum
penularan dapat terjadi
baik sebelum maupun
setelah muncul gejala.
AK: Kemungkinan besar.
Tentu ini hanya kumpulan data awal,
tapi saya pikir ada cukup bukti
bahwa sejumlah orang,
baik sebelum menunjukkan
gejala yang jelas
atau tanpa adanya demam
dan batuk yang khas
tetapi merasa tidak sehat
dan bisa menularkan virus
selama periode itu.
CA: Apakah hal ini membuat
virus corona berbeda dari flu?
AK: Sebenarnya itu membuatnya
mirip dengan flu.
Salah satu alasan flu pandemi
tidak terkendali
dan sangat mengancam
karena banyak penularan terjadi
sebelum seseorang sakit parah.
Artinya saat kita mendapati kasus,
virus ini mungkin sudah tersebar
ke beberapa orang lain.
CA: Ya, ini adalah hal yang rumit,
dan mengapa sulit
menanggulanginya.
Selalu lebih dulu dari kita,
kita tidak bisa hanya memerhatikan
kondisi satu orang
atau kegiatannya.
Omong-omong,
bagaimana itu terjadi?
Bagaimana seseorang
menulari orang lain
sebelum menunjukkan gejala,
karena kita tahu,
jika seseorang bersin
lalu tetesannya menyebar lewat udara
dan dihirup orang lain
itu cara kerja penularannya.
Bagaimana penularan terjadi
saat pra gejala?
AK: Tingkat penularan yang kami lihat
dari virus ini
tidak sama seperti campak, misalnya,
di mana saat seseorang bersin,
virus akan keluar,
dan orang yang rentan kemungkinan
besar akan terpapar.
Kemungkinan, ini terjadi sangat dini
bahkan saat seseorang
memiliki gejala ringan,
mungkin sedikit batuk,
itu cukup untuk virus ini keluar
dan khususnya,
beberapa penelitian kami
mencoba meneliti acara tertutup,
makan malam keluarga,
ada pula sampel
dari pondok ski --
dalam situasi seperti itu, ada orang
yang hanya sakit ringan,
tetapi dapat menulari yang lain,
kami masih mencari tahu
cara penularannya,
tetapi itu cukup untuk
menyebabkan penularan.
CA: Namun jika seseorang sakit ringan,
bukankah ada gejalanya?
Bukankah ada tanda-tanda sebelum
tahu bahwa mereka sakit,
bahwa sesuatu sedang terjadi?
Ada koran Jerman
yang diterbitkan pekan ini
yang menyatakan bahkan
di tahap awal sekali pun,
dari sampel yang diambil
dari tenggorokan seseorang
sudah ada ratusan ribu virus ini
yang sedang berkembang biak di sana.
Dapatkah seseorang
yang bernapas seperti biasa
menyebarkan virus ke udara
tanpa mereka sadari,
dapatkah virus ini ditularkan langsung
atau mengendap di permukaan?
AK: Ini yang kami coba cari tahu,
bagaimana implikasinya.
Seperti kata Anda,
ada bukti seseorang
tanpa gejala
dengan virus
di tenggorokan mereka.
Tentu ada potensi virus
itu bisa dihembuskan,
tetapi apakah penularan
seperti itu cukup langka,
atau apakah ada kemungkinan virus
lebih banyak menyebar lewat cara itu.
Jadi ini hanya data awal,
dan merupakan bagian
dari teka-teki,
tetapi kami mencoba
mencocokkannya
dengan jenis penularan lain
yang pernah kami lihat.
CA: Durasi berarti durasi
periode penularan.
Kira-kira selama lima
hingga enam hari, benar begitu?
AK: Bisa selama satu pekan,
tergantung pada apa yang terjadi
kepada kita ketika menular.
CA: Ada kasus orang yang positif
jauh setelah terjangkit.
Mungkin benar, tetapi mungkin
tidak semenular sebelumnya.
Apakah itu benar?
AK: Itu teori yang
kami gunakan,
bahwa banyak penularan
yang terjadi di awal.
Kami melihatnya di sejumlah
infeksi pernapasan,
saat penyakitnya sudah parah,
perilakunya jadi
sangat berbeda
dengan saat mereka masih
menjalani hari seperti biasa.
CA: Dibandingkan angka kasus lain,
seperti flu,
apakah flu mirip?
Berapa angka flu?
AK: Untuk flu, mungkin sedikit
lebih rendah
dalam hal periode
penularan secara aktif.
Untuk flu, perubahannya sangat cepat
dari satu kasus ke kasus lain.
Bahkan sekitar tiga hari,
dari satu penularan ke orang
yang ditularkan.
Sebaliknya, jika tertular penyakit
seperti STD,
durasinya bisa berbulan-bulan.
CA: Ya.
Baik, sejauh ini tidak ada yang aneh
dari virus yang satu ini.
Mari kita lihat O,
oportunitas.
Apa itu?
AK: Oportunitas adalah skala
berapa besar peluang
penyebaran virus melalu interaksi
saat kita bersifat menular.
Pada dasarnya,
ini mengukur perilaku sosial.
Rata-rata berapa banyak
kontak sosial
yang membuka peluang
transmisi saat mereka sakit.
CA: Jadi jumlah orang
yang ada di dekat kita
sepanjang hari tertentu,
yang berpotensi tertular.
Angka tersebut juga dapat,
jika kita tidak melakukan
tindakan pencegahan seperti biasa,
maka bisa menular
ke ratusan orang, mungkin?
AK: Mungkin, bagi beberapa orang.
Kami melakukan sejumlah studi
beberapa tahun ini,
dan rata-rata,
dalam hal kontak fisik,
sekitar lima orang per hari.
Banyak orang akan berbincang
atau bersentuhan
biasanya dengan
10, 15 orang,
tetapi jelas ada banyak variasi
antar budaya
dalam hal sapaan secara fisik.
CA: Kemungkinan angka virus ini
tidak akan berbeda dari yang lain.
Itu hanya ciri kehidupan
yang kita jalani.
AK: Untuk kasus ini,
jika melalui interaksi
semacam ini,
seperti pada flu serta infeksi
pernapasan lainnya,
kontak langsung semacam itu
dan interaksi sehari-hari
sepertinya merupakan
pemicu utama transmisi.
CA: Mungkin ada satu yang berbeda.
Jika seseorang menular
pra-gejala,
artinya ada lebih
banyak peluang di sana.
Inilah pandainya
virus ini,
dengan tidak mengaktifkan diri
di dalam tubuh kita,
kita terus berinteraksi, pergi bekerja,
naik kereta bawah tanah, dan lainnya,
tidak tahu bahwa kita sakit.
AK: Benar.
Untuk penyakit seperti flu,
ketika seseorang sakit, jelas
kontak sosialnya menurun.
Jadi jika terjangkit virus
yang bisa menular
saat menjalani keseharian kita,
benar-benar menguntungkan
dalam hal transmisi.
CA: Dalam pemodelan ini,
apakah angka oportunitasnya
lebih tinggi dari flu?
AK: Pada saat ini, kami
menggunakan nilai sama,
contohnya, kami
mencoba melihat
kontak fisik dalam populasi
yang berbeda.
Namun yang kami lakukan
adalah mengukur risikonya.
Yang akan dibahas di 'T',
Berapa risiko transmisi yang terjadi
di antara tiap kontak.
CA: Baik, sekarang angka berikutnya,
T, probabilitas transmisi,
Bagaimana penjelasannya?
AK: Ini mengukur peluang
perpindahan virus
pada suatu kesempatan
atau interaksi.
Jadi misalnya Anda berbincang
dengan orang lain,
tanpa batuk atau bersin
atau mungkin
virus tidak berpindah
dan menulari orang lain.
Untuk virus ini,
seperti yang saya sebutkan tadi,
misal kita berbincang
sepuluh kali sehari,
tetapi tidak menulari
10 orang per hari.
Ini artinya tidak semua peluang
berakibat perpindahan virus.
CA: Tetapi banyak yang mengatakan
ini virus menular.
Berapa angka
probabilitas transmisinya,
dibandingkan dengan flu?
AK: Kami menganalisa
beberapa acara tertutup.
Kami meneliti sepuluh studi berbeda,
kami menemukan sepertiga
kontak dalam kondisi demikian
pada akhirnya terjangkit
di tahap awal, di mana
mereka masih belum sadar.
Jadi jika kita makan
bersama-sama,
setiap kontak berpotensi
memiliki sepertiga peluang
untuk terpapar.
Untuk flu musiman,
cenderung lebih rendah,
bahkan dalam
ruangan tertutup,
nilainya tidak begitu tinggi,
Bahkan untuk SARS, nilainya...
risiko per interaksi
lebih rendah dari data virus corona.
Yang sebenarnya masuk akal,
pasti risiko per interaksinya
lebih tinggi
jika virus ini menyebar dengan mudah.
CA: Hm.
Baik, lalu huruf ke-4 DOTS
adalah S untuk suseptibilitas.
Apa itu?
AK: Itu mengukur proporsi
populasi yang rentan.
Bayangkan Anda berinteraksi
dengan seseorang,
virus berpindah,
menulari mereka,
tetapi mungkin ada
yang sudah divaksinasi
atau memiliki imunitas
dan tidak tertular
dan tidak menulari yang lain.
Kita harus memastikan
proporsi potensial orang-orang
yang tidak akan tertular.
CA: Jelas belum ada vaksin
untuk virus ini,
atau orang yang sejak awal kebal,
sepengetahuan kita.
Apakah Anda memodelkan
angka suseptibilitas itu cukup tinggi,
itukah bagian dari masalahnya?
AK: Saya pikir buktinya adalah
ini akan menjadi populasi
yang rentan sepenuhnya,
bahkan di wilayah
seperti Cina, misalnya,
tempat banyak terjadinya transmisi
tetapi dengan skala kontrol
yang sangat kuat,
kami mengestimasi
hingga akhir Januari,
mungkin sekitar 95%
dari Wuhan masih rentan.
Jadi terdapat banyak penularan,
tetapi tidak mendominasi
komponen tadi,
dari DOTS, dari empat hal
yang memicu transmisi.
CA: Jadi cara kerja
matematika di sini,
saya harus mengakui,
di tengah tekanan situasi ini,
sisi kutu buku saya menyukai
keelokan matematika ini,
karena saya tidak pernah
memikirkannya seperti ini,
tetapi kita hanya perlu
mengalikan angka-angka itu
untuk mendapatkan
angka reproduksinya.
Benar?
AK: Ya, tepat sekali.
Anda seolah melacak penularan
selama transmisi
seraya mengalikan itu semua,
dan hasilnya adalah
angka untuk virus itu.
CA: Jadi ada logika untuk itu.
Jumlah hari ketika
kau menular,
jumlah rata-rata orang
yang ditemui
saat kita berpeluang
menularkan virusnya.
Lalu dikalikan dengan
probabilitas transmisi,
pada dasarnya adalah
mereka yang tertular,
itu yang Anda maksud
dengan berpindah.
Juga dengan
angka suseptibilitas.
Jadi, berapa peluang
suseptibilitas
untuk kasus ini?
AK: Saya pikir dapat dianggap
hampir 100 persen
untuk penyebarannya.
CA: Baik, kalikan semua angka itu,
dan kini, untuk virus corona,
di mana dua sampai tiga adalah
angka yang paling masuk akal,
berarti pertumbuhannya pesat.
AK: Tepat.
Dalam wabah yang tidak
terkendali ini,
kami melihat ada sejumlah
negara dalam tahap ini --
yang pertumbuhannya
sangat cepat.
CA: Bagaimana dua sampai tiga itu
jika dibandingkan dengan flu?
Ada flu musiman,
yang menyebar di musim dingin,
dan di musim lain angka reproduksinya
turun di bawah satu, benar?
Bagaimana dengan
masa flu musiman?
AK: Selama tahap awal saat menanjak
di awal musim flu,
mungkin, menurut kami,
di antara 1,2 atau 1,4.
Jadi tidak begitu menular,
karena Anda punya imunitas
di populasi Anda dari vaksinasi
dan dari hal lainnya.
Flu ini menyebar di atas satu,
tetapi tidak sepesat virus corona.
CA: Saya ingin membahas lagi
dua elemen tadi,
khususnya oportunitas
dan probabilitas transmisi,
karena sepertinya memiliki peluang
paling besar untuk memengaruhi
tingkat penularan.
Sebelumnya,
mari kita bicarakan angka penting di sini,
yaitu tingkat kematian.
Pertama-tama, tolong jelaskan...
sepertinya ada dua versi tingkat kematian
yang dapat membingungkan orang.
Dapatkah Anda menjelaskannya?
AK: Satu, yang sering kita bicarakan
adalah tingkat kematian kasus,
yaitu proporsi kasus dengan gejala,
dan berapa dari kasus tersebut
yang berakibat fatal.
Kadang kita juga menyebut
tingkat kematian penularan,
yaitu, semua orang
yang tertular
apa pun gejalanya,
berapa banyak yang akan
berakibat fatal.
Namun kebanyakan nilai
yang kami lihat
adalah tingkat kematian kasus,
atau dikenal sebagai CFR.
CA: Berapa tingkat kematian
untuk virus ini,
bagaimana perbandingannya
dengan patogen lain?
AK: Ada beberapa angka
yang kami diskusikan.
Kendalanya adalah banyak
kasus yang tidak terlihat,
ada orang-orang dengan gejala
tapi tidak dilaporkan.
Lalu ada penundaan.
Misalnya,
ada 100 penderita virus corona
masuk rumah sakit
dan belum ada yang meninggal,
itu bukan berarti
tingkat kematiannya nol,
karena kami harus menunggu
apa yang akan terjadi.
Jadi saat menyesuaikan
kedua masalah tersebut,
estimasi terbaik untuk kematian kasus
adalah satu persen.
Sekitar satu persen orang dengan gejala,
rata-rata,
hasilnya fatal.
Itu sekitar sepuluh kali lebih fatal
dari flu musiman.
CA: Itu perbandingan yang mengerikan,
mengingat jumlah orang
yang meninggal karena flu.
Saat Organisasi Kesehatan Dunia
menyebutkan jumlah yang lebih tinggi,
sebelum ini, yaitu tiga, empat persen,
mereka dikritik karenanya.
Jelaskan mengapa hal itu menyesatkan
dan bagaimana sudut pandang yang sesuai.
AK: Ini adalah hal yang sangat umum
ketika orang melihat angkanya,
dan berkata, "berapa kematian
dan kasusnya sejauh ini."
dan mereka melihat rasionya,
dan bahkan beberapa pekan lalu,
angkanya naik menjadi dua persen.
Namun jika terjadi penundaan,
meskipun kita menghentikan
semua kasus,
hasilnya kelak akan tetap fatal,
dan angkanya akan naik.
Ini terjadi di setiap epidemi
dari flu pandemi hingga Ebola,
kami melihat ini lagi dan lagi.
Sehingga saya mengatakan
angka ini akan naik,
meskipun kasus
di Cina melambat,
angkanya tetap meningkat,
dan itu hanya ciri khas statistik.
Tidak ada yang berubah
tidak ada mutasi atau semacamnya.
CA: Jika saya benar,
ada dua efek yang terjadi sekarang.
Satu adalah angka kematian
yang meningkat
dari beban kasus yang ada,
yang akan memicu angka 3.4
tadi lebih tinggi lagi.
Namun kita harus
mengimbanginya lagi
dengan sejumlah besar
kasus tak terdeteksi
dan yang belum diketahui
karena pengujian yang buruk,
dan jumlah kematian bisa jadi
menunjukkan jumlah
kasus awal yang lebih besar.
Apa itu benar?
Benar. Jadi ada yang menaikkan
dan menurunkan angkanya.
Artinya pada nilai awal seperti ini,
jika kita menyesuaikan
di penundaannya saja
dan mengabaikan kasus
yang tidak dilaporkan,
Kita akan mendapatkan
angka yang mengerikan.
Bahkan bisa mencapai
20 hingga 30 persen,
yang tidak selaras
dengan yang kita ketahui
secara umum tentang virus ini.
CA: Baiklah.
Sudah banyak data yang masuk.
Dari sudut pandang Anda,
kemungkinan tingkat kematian,
setidaknya di tahap awal penularan,
adalah sekitar dua persen?
AK: Secara keseluruhan,
saya pikir kita dapat mengambil angka
antara 0,5 hingga dua persen,
dan itu angka dari kumpulan data berbeda
dan juga untuk orang yang memiliki gejala.
Saya pikir rata-rata, satu persen
adalah angka terbaiknya.
CA: Baik, satu persen.
Flu sering dianggap sepersepuluh
dari satu persen.
Jadi lima hingga sepuluh kali
lebih berbahaya dari flu.
Bahaya itu tidak simetris
pada semua kelompok usia,
seperti yang diketahui.
Sebagian besar menyerang lansia.
AK: Ya, rata-rata satu persen,
tetapi di atas usia
60-an dan 70-an,
angkanya meningkat pesat.
Kami mengestimasi
tingkat kematian kelompok ini
kira-kira lima
hingga sepuluh persen.
Lalu selain itu juga,
ditambah penyakit parah
yang sudah diderita
dan mereka harus dirawat
di rumah sakit.
Risiko tersebut menjadi sangat besar
pada kelompok lansia.
CA: Adam, coba hitung angkanya.
Dalam model Anda,
jika menggabungkan
tingkat reproduksi dua sampai tiga
dan tingkat kematian 0,5
hingga satu persen
dan menjalankan simulasinya,
seperti apa hasilnya?
AK: Jika ada transmisi tak terkendali,
dan angka reproduksinya
dua atau tiga
lalu didiamkan saja,
wabah hanya bisa berakhir
jika banyak orang terjangkit
lalu membentuk imunitas
wabah ini pun akan berakhir
dengan sendirinya.
Jika demikian,
sebagian besar populasi
akan terinfeksi.
Itu yang kami lihat
dari banyak wabah
tak terkendali lainnya,
yang pada dasarnya
menjangkiti masyarakat,
ada infeksi dalam jumlah besar
dan dengan tingkat kematian
dan rawat inap seperti ini,
akan sangat merusak,
jika benar terjadi.
Pada tingkat negara,
kami melihat...
Italia adalah contoh bagus saat ini,
jika ada transmisi awal
yang tidak terdeteksi,
dan pertumbuhan pesat,
dalam waktu singkat sistem
kesehatan akan kewalahan.
Saya pikir aspek terburuk dari virus ini
adalah karena adanya jarak
antara penularan dan gejala
dan penderita datang
ke fasilitas kesehatan,
jika sistem kesehatannya kewalahan,
bahkan di hari itu juga,
meski transmisi telah berhenti,
sudah banyak orang
yang terpapar,
jadi masih ada kasus hingga
yang parah bermunculan
untuk beberapa pekan ke depan.
Jadi ada akumulasi infeksi
dan beban yang besar
pada sistem dalam populasi kita.
CA: Ada angka penting lain,
sebenarnya,
yaitu bagaimana
total jumlah kasus
jika dibandingkan dengan kapasitas
sistem kesehatan sebuah negara
untuk menangani sejumlah
kasus yang ada.
Hal itu membawa perbedaan
besar di tingkat kematian,
pada mereka yang datang
dengan kondisi parah,
dan sistem kesehatan yang dapat
menangani dan yang kewalahan.
Tingkat kematian akan
sangat berbeda di titik itu.
AK: Jika pasien harus masuk ICU,
mereka akan ada di sana
sekitar dua minggu
sementara masih banyak kasus
yang masuk, hingga cepat kepayahan.
CA: Sekarang tentang perbedaan
antara pembatasan
dan mitigasi.
Kedua istilah berbeda ini
sering kita dengar.
Di tahap awal virus, pemerintah
berfokus pada pembatasan.
Apa artinya?
AK: Pembatasan adalah upaya
yang berfokus pada pengendalian
kasus dan kontaknya.
Sehingga tidak mengganggu
populasi yang lebih luas,
saat ada kasus baru,
penderitanya diisolasi,
mencari tahu dengan siapa
dia berinteraksi,
siapa yang mungkin terpapar
lalu menindaklanjuti mereka,
mungkin mengarantina mereka
agar tidak ada transmisi lagi.
Ini adalah metode
yang sangat berfokus dan bertarget,
dan untuk SARS,
ini bekerja sangat efektif.
Namun saya pikir untuk penularan ini,
karena ada kasus yang terlewatkan
atau tidak terdeteksi,
kita harus mengambil lebih
banyak orang dengan risiko.
Jika ada yang terlewatkan,
mungkin akan terjadi wabah.
CA: Apakah ada negara
yang telah berhasil
menerapkan strategi ini
dan menahan virus ini?
AK: Singapura telah melakukan
pekerjaan luar biasa
selama enam pekan atau lebih.
Mereka juga telah bekerja keras
dalam upaya lain
yang lebih luas
melacak orang
yang melakukan kontak.
Melihat CCTV,
mencari taksi mana yang dinaiki,
siapa yang berisiko...
tindakan yang sangat menyeluruh.
Mereka bisa menahan transmisi
selama sekitar enam pekan.
CA: Itu luar biasa.
Seseorang masuk ke negara itu,
divonis positif...
mereka pun mulai bekerja
dengan tim yang besar,
melacak semuanya
hingga sampai di tahapan,
"Oh, tidak tahu taksi
yang Anda naiki?
Biar kami cari tahu."
Mungkin setelah
menemukan taksinya,
mereka lalu melacak
siapa saja penumpangnya?
AK: Mereka akan fokus pada
kontak langsung orang yang berisiko,
sambil berupaya untuk tidak
melewatkan siapa pun.
CA: Bahkan di Singapura,
jika saya tidak salah,
jumlahnya mulai
turun ke angka nol,
tetapi mulai meningkat lagi.
Masih belum jelas
apakah pembatasan tetap
bisa dipertahankan.
AK: Benar.
Jika membicarakan angka reproduksi,
kami lihat angkanya berada
di 0,8 atau 0,9,
jadi itu di bawah angka satu.
Namun di dua pekan terakhir,
memang kelihatannya naik
dan beberapa kasus bermunculan.
Saya pikir persoalannya,
meskipun mereka menahannya,
ini adalah wabah yang mendunia
dan akan terus menularkan virus,
dan menjadi semakin sulit
di tingkat upaya intensif
untuk mengakhiri semuanya.
(Musik)
CA: Untuk virus ini,
ada peringatan kepada
sebagian besar negara di dunia
bahwa ini sedang terjadi.
Berita dari Cina dengan
cepat menjadi suram,
dan kita punya
waktu bersiap-siap.
Persiapan seperti apa yang ideal
jika tahu hal seperti ini akan terjadi
dan banyak yang dipertaruhkan
jika dapat mengendalikannya
sebelum tersebar?
AK: Ada dua hal yang bisa
memberi dampak besar.
Satu, tindak lanjut menyeluruh
dan deteksi sedini mungkin.
Kami membuat
analisis pemodelan,
mencari tahu seberapa efektif
pembatasan dini.
Itu mungkin, jika bisa melacak
sekitar 70 atau 80 persen,
orang yang mungkin
melakukan kontak.
Namun jika kasus yang masuk
tidak terdeteksi,
kontaknya tidak terdeteksi --
banyak yang awalnya berfokus
pada riwayat perjalanan ke Cina,
lalu situasinya berubah,
tetapi karena kita mengandalkan
hal itu sebagai definisi kasus,
artinya banyak kasus lain
yang cocok dengan definisi itu
tidak diperiksa
karena dianggap tidak berisiko.
CA: Jika kita tahu
deteksi awal itu penting,
langkah awal yang dibutuhkan
adalah memastikan bahwa
perangkat tes memadai
dan tersedia di mana
dibutuhkan,
sehingga kita bisa
merespons,
siap bertindak saat
seseorang terdeteksi,
kita juga harus cepat memeriksa
kontak mereka dan sebagainya,
agar situasinya dapat dikendalikan.
AK: Benar.
Dalam pekerjaan saya, ada nilai
dalam tes yang negatif,
karena menunjukkan apa
yang kita cari tidak ada di sana.
Jadi, memeriksa sedikit orang
bukan berarti tidak ada
infeksi yang terlewat,
sedangkan jika kontak tersebut
diperiksa secara menyeluruh,
bahkan kini di negara
seperti Korea,
banyak orang
yang diperiksa.
Jadi, meskipun kasus
masih bermunculan,
mereka lebih percaya diri
bahwa mereka bisa melacak
asal penularannya.
CA: Anda sekarang di Inggris,
Saya di AS.
Seberapa mungkin Inggris
bisa menahan wabah ini,
Seberapa mungkin AS
bisa menahan wabah ini?
AK: Saya pikir keduanya
tidak begitu sanggup.
Inggris harus menerapkan
langkah-langkah tambahan.
Jika wabah itu terjadi,
tentunya bergantung
pada situasi saat ini,
tetapi kita sudah memeriksa
hampir 30.000 orang.
Sejujurnya, saya rasa AS
akan jauh melebihi angka itu,
karena ada banyak bukti
transmisi ekstensif,
dan tanpa gambaran jelas
akan berapa banyak infeksi yang ada
serta jumlah pengujian seperti itu,
agak sulit melihat gambaran
keadaan AS sekarang.
CA: Tentunya saya tidak ingin
terlalu politis tentang ini,
tetapi tidakkah Anda pikir aneh --
Anda katakan Inggris telah
mengetes 30.000 orang --
AS lima atau enam kali
lebih besar
dan jumlah tes di sini lima
atau enam ribu beberapa hari lalu,
Tidakkah Anda pikir
ini aneh?
Saya tidak mengerti bagaimana
hal ini terjadi di negara berpendidikan
yang tahu banyak sekali
tentang penyakit menular.
AK: Ya,
saya rasa ada sejumlah
faktor yang ada di sana
logistik dan sebagainya,
tetapi ada masa peringatan
ada ancaman
dan akan segera datang.
Negara-negara juga harus
memastikan mereka memiliki kapasitas
untuk mendeteksi sedini mungkin
di tahap awal
karena di situlah kita
bisa mendeteksinya
dan di situ juga peluang kita
menahannya bisa lebih besar.
CA: Baik, jika gagal menahannya,
maka kita harus menerapkan
semacam strategi mitigasi.
Apa fungsinya?
Saya ingin menggabungkan ini
dengan dua faktor DOTS Anda,
oportunitas dan probabilitas transmisi,
karena virus ini memang
seperti itu adanya,
dan kita tak bisa berbuat banyak
tentang durasi aktual risiko penularan.
Dari sisi suseptibilitas,
kita tak bisa apa-apa
sampai vaksin dibuat.
Mungkin kita bisa
membahasnya nanti.
Namun di faktor oportunitas
dan probabilitas transmisi,
kita bisa berbuat sesuatu.
Dapatkah Anda membahasnya nanti,
seperti apa rupanya,
bagaimana Anda membangun
strategi mitigasi?
Pertama-tama, soal oportunitas,
bagaimana Anda mengurangi
angka peluang penularan virus?
AK: Saya pikir dalam hal ini,
adalah adanya perubahan masif
dalam interaksi sosial kita.
Dalam hal angka reproduksi
yang tadinya dua sampai tiga,
supaya bisa di bawah satu,
kita harus memotong
beberapa aspek penularannya
sebesar separuh
atau dua per tiga
agar kurang dari satu.
Hal itu memerlukan
dari peluang yang dapat
menyebarkan virus,
semua kontak langsung,
seluruh populasi, rata-rata,
harus mengurangi interaksi
hingga dua pertiga agar terkendali.
Mungkin dengan bekerja
di rumah,
mengubah gaya hidup,
serta menjauhi kerumunan
dan tempat makan.
Demikian pula dengan upaya
seperti penutupan sekolah,
dan hal lain yang mengurangi
pencampuran populasi sosial.
CA: Bisakah Anda menjelaskan
tentang penutupan sekolah?
karena, jika saya tidak salah,
hal itu telah disebutkan sebagai
langkah penting di pandemi sebelumnya,
sekolah merupakan tempat
berkumpulnya orang-orang,
dan anak-anak sering kali...
menjadi penular virus
flu dan pilek.
Tetapi untuk kasus ini,
anak-anak sepertinya tidak sakit
karena virus ini,
atau setidaknya hanya
sedikit dari mereka.
Apakah kita tahu
jika mereka bisa menular?
Mereka bisa menjadi
pembawa virus tak terduga.
Atau, apakah ada bukti
bahwa penutupan sekolah
pada kasus ini tidak sepenting
yang lain?
AK: Poin mengenai
peran anak-anak
sangatlah penting,
dan masih belum ada
cukup bukti di situ.
Dari menindaklanjuti
kontak kasus,
sekarang ada bukti bahwa
anak juga bisa tertular,
jadi saat diperiksa,
baru ketahuan,
bukan berarti mereka
sama sekali tidak tertular,
tetapi seperti kata Anda, mereka tidak
menunjukkan gejala yang sama.
Khususnya pada sakit flu,
saat kita melihat implikasi
penutupan sekolah,
bahkan di Inggris tahun 2009
saat flu burung,
ada penurunan tajam wabah
selama liburan sekolah,
di kurva epidemi, angkanya turun
di musim panas dan naik di musim gugur.
Tetapi di tahun 2009, kelompok
yang lebih tua memiliki imunitas.
Yang menyebabkan penularannya
cenderung ke yang lebih muda.
Ini yang sedang kami coba pahami.
Jelas penutupan sekolah
akan mengurangi interaksi,
tetapi ada dampak lanjutan sosial,
ada potensi lanjutan
jika ada percampuran,
mungkin peran kakek dan nenek
dalam menjaga anak
jika orang tua bekerja.
Jadi saya pikir ada hal-hal
yang perlu dipertimbangkan.
CA: Berdasarkan semua bukti
berbeda yang Anda lihat,
jika Anda bisa memutuskan,
apakah sebaiknya sebagian
besar negara saat ini
harus mempertimbangkan penutupan
sekolah sebagai tindakan pencegahan,
yang patut diterapkan
sebagai strategi selama dua, tiga,
empat, atau lima bulan?
Apa rekomendasi Anda?
AK: Hal penting bagi saya,
mengingat distribusi usia risiko
dan parahnya kasus di grup usia tua
adalah mengurangi interaksi yang
berpotensi menulari grup tersebut.
Juga mengurangi interaksi sebanyak
mungkin dengan orang lain.
Yang terpenting adalah
ada banyak beban penyakit
di grup usia 60 ke atas
ini bukan hanya soal
mencoba menghindari
interaksi semua orang,
tetapi jenis perilaku
yang bisa memicu penularan
dalam grup tersebut.
CA: Apa itu artinya semua orang
harus berpikir dua kali
sebelum mengunjungi keluarga
di rumah orang lansia
atau panti jompo?
Apa kita harus memerhatikan
hal itu secara ekstra,
haruskah semua fasilitas ini
betul-betul merawat
setiap pasien mereka,
memeriksa suhu dan gejala
atau semacamnya?
AK: Saya rasa langkah itu
harus dipertimbangkan.
Di Inggris, kami membuat rencana
yang disebut cocooning strategy
bagi kelompok usia tua ini
jadi kita bisa mencoba
menghentikan interaksi
sebanyak mungkin
dari orang yang mungkin
dapat menularkan virus.
Pada akhirnya, seperti kata Anda,
kita tidak dapat menargetkan
aspek transmisi lain,
hanya mengurangi risiko
paparan kelompok ini,
dan yang dapat dilakukan
setiap individu
untuk mengurangi risiko,
baik lansia
atau kelompok berisiko lainnya,
saya pikir ini penting.
Lalu pada kelompok yang lebih umum
skala yang besar itu dapat membantu
mengurangi keseluruhan interaksi,
tetapi jika minimalisasi dilakukan
dan risiko tidak berubah
bagi orang yang akan sakit parah,
maka bebannya akan
tetap sangat besar.
CA: Apakah orang-orang harus
menerapkan standar ganda
saat memikirkan hal ini?
Ada risiko kita tertular
saat menjalani kehidupan
sehari-hari.
Namun ada juga risiko
kita menjadi pembawa virus
bagi mereka yang akan sakit
lebih parah daripada kita.
Kedua hal itu harus jadi
prioritas sekarang.
AK: Ya, tidak hanya tangan siapa
yang kita jabat,
tetapi juga tangan siapa
yang akan dia jabat.
Kita harus memikirkan
langkah lanjutan,
jika Anda mengira berisiko rendah
dan ada di grup usia lebih muda,
tetapi bisa jadi Anda
tinggal selangkah lagi
dari menulari mereka yang bisa
sakit parah karenanya.
Kita harus berpikiran sosial
dan menganggap akan ada
perubahan perilaku yang dramatis
tetapi harus dilakukan
untuk mengurangi dampak
yang mungkin kita hadapi.
CA: Jadi, kita menurunkan
angka oportunitas
hanya dengan mengurangi
kontak fisik
dengan orang lain.
Angka probabilitas transmisi,
bagaimana cara menurunkannya?
Itu berdampak pada
cara berinteraksi.
Contohnya jabat tangan.
Jadi mungkin solusinya
dengan tidak jabat tangan.
AK: Ya, perubahan semacam itu.
Yang lainnya, saya pikir,
cuci tangan bekerja
sedemikian rupa
hingga kita masih bisa melakukan
aktivitas sebelumnya
tetapi cuci tangan mengurangi
risiko penularan
dari interaksi satu ke lainnya,
jadi semua langkah-langkah ini
artinya meskipun kita terpapar,
kita mengambil langkah ekstra
untuk menghindari transmisi.
CA: Sepertinya sebagian
besar orang belum mengerti
atau tidak memiliki contoh jelas
bagaimana virus ini menyebar.
Kita mengira orang-orang
pasti paham
bahwa kita tidak menghirup
tetesan air dari batuk
atau bersin seseorang.
Jadi bagaimana penyebarannya?
Bagaimana ia menempel
di permukaan?
Apakah seseorang hanya
menghirup udara dari penderita,
menyentuh mulut
atau semacamnya,
lalu menyentuh permukaan
dan tersebar dari sana?
Bagaimana virus bisa ada
di permukaan?
AK: Kebanyakan karena Anda
batuk di tangan
dan menyentuh permukaan.
Tetapi masalahnya adalah
menguraikan pertanyaan
tentang metode transmisi.
Terjadi transmisi di rumah,
entah seseorang batuk
lalu mengenai permukaan,
entah kontak langsung, jabat tangan,
bahkan sesuatu seperti flu,
itu yang sedang kami coba uraikan,
bagaimana perilaku sosial berimbas
pada risiko penularan.
Karena hal itu penting,
tetapi menguraikannya sulit.
CA: Seolah kita menerima fakta
banyak dari hal ini
yang tidak kita ketahui
dan bahwa kita semua berada
dalam permainan probabilitas ini.
Karena itu, menurut saya
matematika menjadi penting di sini.
Bahwa kita harus membayangkan
semua ini sebagai angka
yang saling berhubungan,
semua memiliki peran sendiri.
Semua angka yang dapat diambil
sebagai persentase
mungkin berkontribusi,
tidak hanya untuk kita
tetapi untuk yang lain.
Masyarakat tidak tahu pasti
cara angka ini bekerja,
tetapi mereka tahu
bahwa itu mungkin penting.
Seolah-olah mereka harus
menerima ketidakpastian
dan mencoba memperoleh kepuasan
dengan memainkan tiap peranannya.
AK: Saya pikir ide ini
bahwa jika rata-rata kita menulari,
misalnya tiga orang,
apa pemicunya dan bagaimana
kita mengurangi nilai itu?
Jika mencuci tangan,
berapa nilai yang berkurang
dalam hal jabat tangan,
mungkin kita punya virusnya
kemudian hilang,
atau jika kita mengubah
perilaku sosial tertentu,
apakah akan mengurangi
beberapa interaksi,
atau mengurangi separuhnya?
Bagaimana cara mengurangi
nilainya sebanyak mungkin?
CA: Apakah ada cara lain
untuk mengurangi
peluang transmisi dalam
interaksi kita?
Misalnya, apa itu
pembatasan jarak fisik
bahwa lebih baik kita menjaga jarak
dari orang lain jika bisa?
AK: Sulit untuk menjelaskannya
tetapi perlu diingat,
tidak ada cukup bukti
bahwa ini semacam aerosol
yang menyebar luas --
jaraknya cukup dekat.
Saya rasa ini bukan kasus
di mana Anda duduk
beberapa meter dari seseorang
kemudian virus itu berpindah.
Interaksinya harus dekat,
dan inilah mengapa kami melihat
banyak penularan terjadi
saat makan bersama
dan pada kelompok tertutup.
Karena jika dibayangkan
di situlah virus bisa keluar
dan menempel di permukaan
ke tangan dan ke wajah,
situasi semacam itu yang harus
lebih dipikirkan.
CA: Jadi mungkin,
ketakutan yang dirasakan masyarakat
bisa saja berlebihan,
misalnya saat di dalam pesawat
dan orang di depan kita bersin,
hal itu mengganggu,
tetapi bukan hal yang harus ditakuti.
Ada banyak cara lain
untuk menjaga kesehatan.
AK: Ya, jika itu campak dan ada
orang yang rentan di pesawat,
akan ada banyak orang yang tertular.
Saya rasa yang perlu diingat,
rata-rata seseorang menulari
dua atau tiga orang lain,
Jadi bukan soal 50 interaksi
selama sepekan lebih,
semua orang itu berisiko.
Namun hanya beberapa
di antaranya,
terutama yang kontak langsung,
yang berpotensi tertular.
CA: Mari kita bahas,
dari sudut pandang
strategi nasional.
Ada banyak pembahasan
tentang “melandaikan kurva.”
Apa artinya?
AK: Hal itu merujuk pada
sistem kesehatan.
Kita tidak mau semua kasus
muncul serempak.
Jika kita diam dan tidak
melakukan apapun
dan membiarkan
epidemi meluas,
akan ada tingkat pertumbuhan
di beberapa tempat,
angkanya akan berlipat ganda
dalam tiga sampai empat hari.
Jadi epideminya berlipat ganda
tiap 3 atau 4 hari.
Kurva akan meningkat pesat
dan akan ada banyak
orang sakit parah
yang harus dirawat inap
di saat yang sama,
tanpa ada kapasitas yang memadai.
Jadi melandaikan kurva artinya
jika transmisi bisa diperlambat,
jika angka reproduksi
bisa diturunkan,
maka wabah mungkin masih ada,
tetapi akan lebih landai,
lebih panjang
dan kasus berat yang muncul
lebih sedikit,
yang artinya pasien dapat
dirawat dengan semestinya.
CA: Apa itu artinya kasus
akan berkurang, atau...
Ketika kita melihat gambar
bagaimana rupa kurva
yang melandai,
kelihatannya area di bawah
grafik masih sama,
misalnya, jumlah orang tertular
pada akhirnya tetap sama
tetapi dalam periode
yang lebih lama.
Apakah itu yang biasanya terjadi,
bahkan jika kita menerapkan
strategi pembatasan sosial
mencuci tangan, dan sebagainya,
hal terbaik yang bisa diharapkan
adalah melambatkannya,
dan jumlah orang yang terinfeksi
akan tetap sama?
AK: Tidak juga -- Tergantung
langkah-langkah yang dipakai.
Ada langkah seperti
penutupan perjalanan,
yang biasanya hanya menunda
penyebaran, bukan mengurangi.
Jadi wabahnya masih sama,
tetapi jadi lebih regang.
Namun ada langkah lainnya.
Jika mengurangi interaksi,
jika angka reproduksi
lebih rendah,
jumlah kasus keseluruhan
akan menurun.
Pada akhirnya, akan terbentuk
imunitas di dalam populasi,
yang dapat membantu
dalam komponen,
untuk mengurangi
suseptibilitas,
bersamaan dengan apa
yang terjadi di tempat lain.
Harapannya adalah dua hal ini
saling menguntungkan.
CA: Bantu saya memahami
bagaimana ini akan berakhir.
Kita ambil contoh Cina,
Apa pun hasil penekanan
data di awal dan sebagainya
yang cukup menyulitkan
di sana.
Intensitas respons dari Januari
atau semacamnya,
dengan menutup satu
wilayah besar di negara itu,
sepertinya benar-benar efektif.
Jumlah kasus di sana
menurun drastis.
Turun sampai hampir nol.
Saya tidak mengerti itu.
Negara ini memiliki populasi
sekitar 1,4 miliar penduduk.
Jumlah kasusnya sangat besar,
tetapi hanya sebagian kecil
yang benar-benar sakit.
Meski begitu, angkanya menurun.
Bukan berarti setiap orang
di Cina menjadi imun.
Apakah karena mereka
sangat disiplin
dalam menutup akses
dari wilayah penularan
dan entah bagaimana
terhubung secara luas
mengetes tiap masalah
yang muncul,
sehingga mereka bisa kembali
melakukan pengendalian
di sebagian besar Cina?
Saya tidak mengerti,
bantu saya memahaminya.
AK: Kami memperkirakan,
di dua minggu terakhir Januari,
saat langkah ini diterapkan,
angka reproduksi turun
dari 2,4 ke 1,1.
Jadi penurunan transmisinya
sekitar 60 persen
dalam kurun waktu satu
atau dua pekan.
Ini luar biasa dan kebanyakan dipicu
oleh perubahan mendasar
dalam perilaku sosial,
pembatasan sosial besar,
tindak lanjut dan pemeriksaan
yang sangat intensif.
Sampai-sampai
banyak angka reproduksi berkurang
yang menyebabkan penurunan,
dan sekarang kami melihat
di berbagai area,
peralihan ke pengendalian
kembali,
karena kasus lebih sedikit,
lebih mudah dikelola.
Namun mereka juga
menghadapi tantangan,
karena banyak kota
yang ditutup
selama enam pekan
dan ada batasan berapa lama
itu bisa dilakukan.
Jadi beberapa langkah
tadi mulai dilonggarkan,
yang tentu menciptakan risiko
kasus-kasus dari negara lain
bisa masuk dan menularkan kembali.
CA: Namun melihat betapa
menularnya virus ini,
dan berapa banyak jalur teoritis
serta titik koneksi yang ada
antara penduduk Wuhan, bahkan saat
ditutup, atau ditutup secara relatif,
atau tempat lain
di mana ada penularan
dan seluruh negara,
Apakah penurunan cepat kurva ini
hingga hampir nol mengejutkan Anda?
AK: Ya.
Awalnya saat kami melihat
kurva kasus yang melandai
pada hari-hari pertama,
kami mengira apakah mereka
hanya membentur batas kapasitas tes
dan melaporkan 1.000 kasus,
karena hanya itu
alat yang mereka punya.
Namun untungnya ini berlanjut,
yang menunjukkan kita bisa
membalikkan keadaan
dengan tingkat intervensi
seperti itu.
Kuncinya sekarang adalah
penerapannya di kondisi lain.
Italia saat ini menerapkan
intervensi yang sangat dramatis.
Namun, karena ada efek penundaan,
jika diterapkan hari ini pun,
efeknya tak akan terlihat
hingga satu atau dua minggu lagi.
Jadi mencari tahu
dampak yang ditimbulkan
adalah kunci untuk membantu
negara lain menahan wabahnya.
CA: Sebagai gambaran, Adam,
tentang apa yang akan terjadi
dalam satu atau dua bulan ke depan,
berikan beberapa skenario
yang Anda miliki.
AK: Untuk skenario yang optimis
kita akan belajar banyak
dari tempat seperti Italia
yang mengalami dampak
lebih parah.
Negara-negara juga akan
menganggap hal ini serius
dan kasusnya tak akan
terus berkembang
yang bisa membebani semuanya,
kita akan mampu
memperlambat penyebarannya,
kita akan mendapatkan
sejumlah besar kasus,
kita mungkin akan mendapatkan
banyak kasus berat,
tetapi akan lebih mudah dikelola,
itu adalah skenario optimisnya.
Jika ada negara yang
meremehkan hal ini
atau masyarakat tidak merespons
langkah-langkah pengendalian dengan baik
atau ada yang tidak terdeteksi,
kita akan ada di situasi...
sepertinya keadaan Iran
sekarang paling cocok...
di mana ada transmisi
yang tersebar luas,
dan saat ditanggulangi,
penularan tersebut sudah
ada dalam sistem
dan akan berujung pada
kasus penyakit berat.
Jadi saya harap kita
tidak seperti itu.
tetapi tentunya saat ini,
terdapat sepuluh negara
yang berada di titik itu
yang nampaknya sama
seperti Italia.
Jadi apa yang terjadi dua minggu
ke depan sangat penting.
CA: Apakah ada kemungkinan
beberapa negara pada tahun ini,
memiliki jumlah kematian akibat virus
ini yang lebih tinggi dari flu musiman?
AK: Saya rasa di beberapa
negara akan demikian.
Jika tidak mungkin dikendalikan,
seperti yang kita lihat di Cina,
tetapi itu adalah tingkat intervensi
yang belum pernah ada.
Hal itu mengubah
tatanan sosial mereka.
Banyak dari kita yang masih
belum memahami
seberapa besar maknanya,
untuk mengurangi interaksi sejauh itu.
Banyak negara yang
tak akan sanggup mengaturnya.
CA: Ini seperti tantangan bagi
demokrasi, bukan?
“Tunjukkan apa yang kau bisa
tanpa kendali ketat.
Jika tidak suka pemikiran itu,
tunjukkan apa yang kalian bisa,
tunjukkan kalian bisa bijaksana
dan cerdas serta disiplin,
dan kalahkan virus jahanam ini.”
AK: Ya.
CA: Saya sendiri tidak terlalu optimis,
karena banyak pesan berlawanan
di berbagai tempat,
dan orang-orang tidak suka
berkorban jangka pendek.
Apakah ada kasus di mana --
bagaimana menurut Anda
apakah peran media
sudah cukup membantu
atau belum?
Apakah mereka
sebenarnya berperan
dalam melebih-lebihkan
masalah dan ketakutan ini,
dan sebenarnya membuat
orang-orang sedikit panik?
AK: Saya kira dua hal ini sulit diimbangi,
karena jika awalnya
tidak ada kasus,
tidak ada bukti atau tekanan potensial,
sangat sulit untuk meyakinkan
orang-orang bahwa ini serius
jika dilebih-lebihkan.
Namun di sisi lain,
jika menunggu terlalu lama,
dan mengatakan tak ada
yang perlu dikhawatirkan saat ini,
banyak yang akan mengira
ini hanya flu biasa.
Saat kondisinya sudah parah,
seperti kata saya,
sistem kesehatan akan kewalahan
selama berminggu-minggu,
karena bahkan jika
melakukan intervensi,
sudah terlambat mengendalikan
penularan yang telah terjadi.
Jadi ada kemiripan,
harapan saya akan ada
makin banyak pesan,
sekarang kita punya
contoh nyata seperti Italia,
di mana kita dapat melihat apa
yang terjadi jika tidak dianggap serius.
Namun, dari semua penyakit
yang pernah saya lihat,
banyak dari kolega saya
yang jauh lebih tua
dan punya ingatan
tentang wabah lain,
ini adalah penyakit dengan
dampak paling mengerikan,
dan kita harus menanggapinya.
CA: Penyakit paling mengerikan
yang pernah ada.
Wow.
Ada beberapa pertanyaan
dari teman-teman di Twitter.
Semua orang tentu sangat
bersemangat dengan topik ini.
Secara teori,
jika semua orang tetap di rumah
selama tiga pekan,
apa itu akan menghilangkan
semua ini secara efektif?
Apa ada cara pembatasan
sosial mandiri dari ini?
AK: Ya, di beberapa negara dengan
ukuran rumah tangga yang cukup kecil,
di Inggris dan AS rata-rata
sekitar dua setengah,
jadi meskipun ada penularan
di dalam rumah,
kemungkinan bisa
menghentikannya.
Manfaat lainnya,
kita bisa menghentikan
penyakit lain juga.
Campak hanya menular
antar manusia,
bisa jadi ada semacam
dampak lanjutan,
tentu saja jika itu mungkin terjadi.
CA: Tentu ini membuat
perubahan besar pada ekonomi,
dan ini sepertinya salah satu
masalah yang mendasar
kita tidak bisa mengoptimalkan
kebijakan publik
baik bagi kesehatan ekonomi
maupun melawan virus.
Kedua hal ini, sedikit banyak,
saling berlawanan,
atau setidaknya kesehatan ekonomi
jangka pendek dan melawan virus.
Keduanya berlawanan, bukan?
Sehingga masyarakat harus
memilih salah satu.
AK: Sulit meyakinkan orang
akan kedua hal tersebut,
hal yang selalu kami katakan
tentang perencanaan pandemi
lebih murah untuk
mengendalikannya sekarang --
jika tidak, akan lebih gawat nanti.
Tetapi sayangnya,
seperti yang kita tahu,
banyak dana awal penanganan
tidak tersedia.
Sepertinya orang-orang baru
memikirkan soal biaya
saat sudah ada dampak
dan ketika semuanya sudah mahal.
CA: Baik, pertanyaan Twitter lainnya.
Akankah peningkatan suhu
pada waktu mendatang
memperlambat penyebaran
COVID-19?
AK: Saya belum melihat
bukti meyakinkan
adanya pola kuat dengan suhu,
kami juga melihat ada pola
musiman pada infeksi lain,
tetapi karena ada penyebaran
wabah yang luas
membuatnya lebih sulit diidentifikasi,
dan tentu,
ada hal-hal lain yang terjadi.
Jadi meskipun wabah di satu negara
tidak sebesar yang lain,
hal itu dipengaruhi oleh
tindakan pengendalian,
oleh perilaku sosial, peluang,
juga hal-hal ini.
Jadi jika benar, hal ini
akan sangat melegakan,
tetapi sepertinya belum bisa
dinyatakan benar.
CA: Melanjutkan dari Twitter,
apa ada standar rekomendasi global
untuk seluruh negara
mengenai cara melakukannya?
Jika tidak, mengapa?
AK: Saya rasa orang-orang
sedang mencari tahu,
upaya apa yang efektif.
Hanya dalam beberapa
minggu terakhir ini
kita merasa virus ini
dapat dikendalikan
dengan tingkat intervensi ini.
Tentu tidak semua negara
bisa meniru Cina,
sebagian langkah-langkah ini
menimbulkan beban sosial,
ekonomi, psikologi yang besar
pada masyarakat.
Tentu saja, ada batas waktunya.
Cina, menerapkannya
selama enam minggu
dan itu sulit dilakukan,
jadi kita harus memikirkan
pengorbanan
dari semua hal yang bisa kita
minta dilakukan orang lain,
apa yang akan jadi dampak terbesar
untuk mengurangi beban sebenarnya.
CA: Pertanyaan lain:
Bagaimana ini bisa terjadi
dan apakah akan terjadi lagi?
AK: Sepertinya berawal dari virus
yang menjangkiti kelelawar
lalu entah bagaimana
menularkannya pada spesies lain
kemudian pada manusia.
ada banyak bukti seputar hal itu,
tidak ada satu pun
cerita yang jelas,
bahkan SARS pun
perlu bertahun-tahun
bagi ahli genomika untuk tahu
rute yang sebenarnya.
Namun tentu saja,
hal itu bisa terjadi lagi.
Alam terus-menerus
menghasilkan virus.
Banyak yang tidak
menjangkiti manusia,
tidak menular,
mungkin virus seperti ini sudah ada
dari beberapa tahun lalu
hanya kebetulan
menjangkiti seseorang
yang tidak memiliki kontak
jadi tidak menyebar.
Kita harus menghadapinya
dan mencari cara
penanggulangan dini
saat jumlah kasusnya masih sedikit,
karena masih bisa dibendung,
dibandingkan situasi yang ada sekarang.
CA: Sepertinya ini bukan kali pertama
sebuah virus muncul
dari pasar daging hewan liar.
Itu yang terjadi di film.
(Tertawa)
Saya rasa Cina sudah
mengambil beberapa langkah
untuk mencoba mengatasinya.
Itu sangat penting bagi masa depan
jika dapat ditangani dengan baik.
AK: Benar, dan kami melihat, misalnya,
flu burung H7N9,
di tahun 2013, flu itu
memicu kecemasan besar,
dan Cina merespons secara luas
dalam hal mengubah cara
mengoperasikan pasar mereka
dan vaksinasi unggas
yang sepertinya berhasil
menyingkirkan ancaman tersebut.
Jadi tindakan ini bisa efektif
jika dideteksi secara dini.
CA: Mari bicarakan vaksinasi.
Itu adalah langkah kunci
untuk merubah faktor suseptibilitas
dalam hitungan Anda.
Jelas ada kompetisi penemuan
vaksin di luar sana,
ada beberapa kandidat
vaksinasi di sana.
Seperti apa pandangan Anda?
AK: Saya pikir pasti ada
perkembangan yang menjanjikan.
Namun rentang waktunya
mungkin sekitar satu tahun,
atau 18 bulan
sebelum tersedia di seluruh dunia.
Tentu vaksin harus melewati berbagai
percobaan yang memakan waktu,
jadi meskipun di akhir tahun
ada vaksin yang bekerja,
masih butuh waktu lama sebelum
semua orang bisa mendapatkannya.
CA: Bagi saya ini sangat
membingungkan,
saya ingin bertanya pada Anda
sebagai seorang ahli matematika.
Sudah ada beberapa perusahaan
yang meyakini mereka sudah
menemukan kandidat vaksin.
Seperti kata Anda,
prosesnya sangat panjang.
Apa mungkin ada pemikiran
yang kurang tepat
dari cara pengujian tersebut dilakukan
dan perhitungan keamanannya?
Karena jika ingin meluncurkan
obat baru atau semacamnya...
harus ada pengujian agar yakin
tidak ada efek samping,
dan bisa makan waktu lama
sampai semua pengujian
selesai dilakukan.
Jika ada keadaan
darurat global,
bukankah ada saatnya,
baik secara matematis maupun etis,
bahwa harus ada
perhitungan yang berbeda,
pertanyaannya bukan
"Apa vaksin ini bisa berbahaya,"
tetapi seharusnya,
"Dalam probabilitas bersih,
tidakkah kita seharusnya
menggencarkan tindakan
agar kita bisa menghentikan
pertumbuhannya?"
Apa yang saya lewatkan di sini?
AK: Kami memang melihatnya
dalam situasi lain,
misalnya, vaksin Ebola tahun 2015
menunjukkan bukti menjanjikan
dalam beberapa bulan,
dan hasil percobaan sementara
pada manusia
menunjukkan efisiensi
yang sangat tinggi.
Meskipun belum dilisensi penuh,
vaksinnya digunakan
secara cuma-cuma
dalam wabah lain
berikutnya.
Jadi ada mekanisme ini
yang membuat vaksin dapat
segera digunakan seperti ini.
Namun tentu saja
saat ini kita tidak tahu
apakah vaksinnya berfungsi atau tidak.
Jadi kita harus mengumpulkan
cukup bukti
bahwa vaksin itu bisa bekerja,
tetapi tentu dilakukan
secepat mungkin.
CA: Tetapi saya masih belum
sepenuhnya mengerti.
Saya tidak paham
mengapa tidak ada cukup energi
di balik pemikiran besar ini.
Terlepas dari risiko keseluruhan,
semua orang tampaknya,
merespons dengan cara
sangat menghindari risiko.
AK: Mengenai hal itu,
ada banyak pertanyaan bagus
tentangnya,
dan beberapa sedikit
di luar pengetahuan saya,
tetapi saya setuju kita
harus membuat rentang waktu.
Contoh yang selalu saya ambil
butuh waktu enam bulan
untuk memilih galur flu musiman
dan menyebarkan vaksinnya.
Kami selalu mencoba menebak
galur mana yang akan beredar.
Itu pun untuk sesuatu
yang sudah kami ketahui
dan telah diproduksi sejak lama.
Pastinya masih ada
yang harus dilakukan
untuk mempersingkat
rentang waktunya.
Namun kita harus
menyeimbangkannya,
terutama jika hendak diberikan
kepada banyak orang
untuk memastikan keamanannya
dan akan ada manfaatnya.
CA: Lalu terakhir,
Adam, kita akan membahas ini.
Ada penyakit menular lain
yang terjadi di seluruh dunia
di saat yang bersamaan,
yang merupakan ide dan komunikasi
seputar hal ini.
Keduanya merupakan sistem infeksi
yang sangat dinamis dan interaktif --
ada informasi yang merugikan
di luar sana.
Apakah ini adalah pertarungan
pengetahuan kredibel dan tindakan
untuk melawan virus,
dan informasi yang salah...
Sebagian yang harus kita
pikirkan adalah
bagaimana menekan satu hal
dan mendorong yang lain,
mempercepat yang lain.
Bagaimana kita menanggapinya?
AK: Ini semacam kompetisi untuk
perhatian kita, seperti halnya penyakit,
ada virus yang berkompetisi
menginfeksi inang yang rentan.
Saat ini kita tengah melihat,
mungkin beberapa tahun belakangan
lewat berita dan informasi palsu
dan munculnya kewaspadaan,
semacam perubahan
pada pemikiran tentang
cara mengurangi suseptibilitas
bagaimana cara memberikan
informasi yang lebih baik
bagi orang-orang yang ada
dalam kondisi berbeda.
Tantangan dalam suatu wabah adalah,
kita hanya memiliki sedikit
informasi baik di awal.
dan sangat mudah mengisi kekosongan
itu dengan kepastian dan keyakinan.
Jadi saya pikir ini adalah sesuatu...
Saya tahu ada upaya agar
masyarakat bisa mendapat
informasi baik lebih awal,
yang mudah-mudahan bisa
melindungi mereka dari hal lain.
CA: Satu tanda tanya besar
di tahun mendatang --
katakanlah masih ada waktu
berminggu-minggu
bagi banyak orang,
untuk melakukan isolasi mandiri.
Beberapa dari kita cukup beruntung
karena pekerjaan kita memungkinkan.
Untuk dilakukan di rumah.
Ketidakadilan dari
situasi ini,
di mana banyak orang harus
tetap mencari nafkah,
pasti akan menjadi
masalah besar nantinya
dan jika tingkat kematian
lebih besar di grup ini
dibanding grup sebelumnya,
khususnya di negara seperti AS,
di mana grup terakhir tak punya
asuransi kesehatan yang layak
dan lain sebagainya.
Ini bisa menjadi perdebatan besar,
mudah-mudahan juga membawa
perubahan besar di tingkat tertentu.
AK: Saya pikir itu poin
yang sangat penting,
karena sangat mudah untuk...
Pekerjaan saya juga cukup mudah
dilakukan dari jarak jauh,
dan mudah saja mengatakan
kita harus menghentikan interaksi sosial,
tetapi tentu hal itu berdampak
besar bagi masyarakat
juga pada pilihan
dan rutinitas mereka.
Saya rasa hal-hal itu
patut diperhatikan,
baik sekarang maupun dampak
yang akan terjadi
dalam beberapa bulan ke depan.
CA: Setelah semua dilakukan,
bisakah dikatakan dunia telah
menghadapi masalah yang lebih berat
di masa lalu,
bahwa dalam skenario apa pun,
katakanlah dalam
18 bulan mendatang
sudah ada vaksin yang mulai
disebarluaskan,
apakah kita sudah belajar banyak
cara untuk menangani masalah ini?
Namun di satu titik,
mungkin tahun depan,
dunia akan terasa seperti
telah terbebas dari masalah ini
dan bisa kembali normal.
Apakah akan seperti itu,
ataukah masalah ini
akan berlanjut
menjadi mimpi buruk endemis
yang menjangkiti banyak orang tiap tahun
dibandingkan flu yang sudah ada.
Cara apa yang lebih efektif ke depannya,
dari pandangan jangka panjang?
AK: Ada beberapa cara masuk akal
untuk melihat
apa yang mungkin terjadi.
Sepertinya yang paling masuk akal
adalah ada pertumbuhan pesat tahun ini
dan banyak wabah besar
yang tidak akan berulang.
Namun ada rangkaian
peristiwa potensial
yang dapat berakhir dengan wabah
bertahun-tahun di berbagai tempat
yang muncul kembali.
Namun sepertinya kita akan melihat
kebanyakan transmisi terjadi
di tahun depan.
Lalu tentu saja,
jika vaksin telah tersedia,
kita bisa melaluinya,
dan belajar darinya.
Banyak negara dengan
respons yang kuat
adalah yang dulu
terkena SARS.
Singapura dan Hong Kong
terkena dampak besar
dan itu yang sangat mereka perhatikan
dalam menangani masalah ini.
CA: Baik.
Mari kita akhiri dengan
mendorong orang-orang
untuk menyalurkan jiwa
matematikawan mereka
dan khususnya
memikirkan peluang
serta probabilitas transmisi
yang bisa mereka bantu ubah.
Sebutkan tiga, empat,
lima atau enam hal
yang Anda ingin
masyarakat lakukan.
AK: Pada tingkat individu,
kita harus lebih memikirkan
tentang interaksi
dan risiko penularan
dan apa saja yang Anda sentuh
dan saat menyentuh wajah,
dan apakah Anda membawa
risiko bagi orang lain.
Kemudian, dalam hal interaksi,
kurangi kontak seperti
menjabat tangan.
Bagaimana kita dapat
menguranginya sebanyak mungkin.
Jika setiap orang menulari
dua atau tiga orang,
bagaimana kita menurunkannya
menjadi satu, melalui perilaku.
Kita juga perlu melakukan
intervensi skala besar
dalam pertemuan, konferensi,
serta hal-hal lain yang berisiko
untuk transmisi.
Saya pikir kombinasi
dari tingkat individu itu,
jika Anda sakit atau ada
kemungkinan sakit,
mengurangi risiko itu,
tetapi juga kerja sama kita
dalam mencegah virus itu
menulari orang yang,
jika terus tidak dikendalikan,
dapat terkena dampak
yang sangat besar.
CA: Ya, ada banyak hal
yang mungkin harus
kita tahan sementara.
Serta mencoba menemukan
kembali aspek terbaiknya.
Terima kasih banyak.
Jika pendengar ingin
mengikuti Anda,
di Twitter, misalnya.
Apa nama Twitter Anda?
AK: @AdamJKucharski,
semua satu kata.
CA: Adam, terima kasih
atas waktu Anda, sehat selalu.
AK: Terima kasih.
(Musik)
CA: Asisten profesor
dan TED Fellow, Adam Kucharski.
Kami ingin tahu pendapat
Anda tentang episode ini.
Berikan ulasan dan nilai
di Apple Podcast
atau aplikasi podcast favorit Anda.
Ulasan Anda sangat berarti.
Kami membaca semuanya,
dan sangat menghargai
umpan balik Anda.
(Musik)
Acara pekan ini diproduksi
oleh Dan O'Donnell di Transmitter Media.
Manajer produksi Roxanne Hai Lash,
pengecek fakta Nicole Bode.
Audio episode ini ditangani Sam Blair.
Musik tema oleh Allison Layton-Brown.
Terima kasih kepada
kolega saya, Michelle Quint.
Terima kasih telah mendengarkan
TED Interview.
Kami akan kembali
musim semi ini
dengan musim baru penuh pembahasan
mendalam dengan para ahli.
Semoga Anda menikmatinya
saat keadaan kembali normal atau tidak.
Saya Chris Anderson,
terima kasih telah menyimak,
sehat selalu.