Saya ingin membagikan
apa yang saya alami
selama lima tahun terakhir
pada perjalanan luar biasa
ke negara-negara termiskin di dunia.
Ini adalah salah satu bagian yang
saya lihat di mana pun sepanjang masa.
Anak-anak kecil ini
sedang melihat ponsel pintar.
Ponsel pintar sangatlah berdampak
bahkan pada negara termiskin.
Saya katakan pada tim,
saya melihat aspirasi
yang meningkat di seluruh dunia.
Bahkan, menurut saya
ada penyatuan aspirasi.
Saya meminta tim ekonom
untuk menyelidikinya.
Apakah ini benar?
Apakah aspirasi berkumpul
di seluruh dunia?
Jadi mereka menelaah pendapat Gallup
tentang kepuasan dalam hidup
dan mereka mempelajari bahwa
jika Anda punya akses internet,
kepuasan Anda akan meningkat.
Tetapi hal lain yang sangat penting:
pendapatan referensi Anda,
pendapatan yang
Anda bandingkan sendiri,
juga akan naik.
Jika referensi pendapatan suatu negara,
misalnya, naik 10 persen
dengan membandingkan
milik pribadi dengan orang lain,
maka rata-rata pendapatan
naik minimal 5 persen
untuk mempertahankan
tingkat kepuasan yang sama.
Tetapi, ketika Anda turun
ke persentil pendapatan lebih rendah,
maka pendapatan Anda
harus naik lebih banyak
jika pendapatan referensi
naik 10 persen,
atau sekitar 20%.
Dengan munculnya aspirasi ini,
pertanyaan dasarnya adalah:
Apakah kita akan menghadapi situasi
di mana aspirasi terkait dengan peluang
dan Anda mendapatkan dinamisme
dan pertumbuhan ekonomi,
seperti yang terjadi
di negara asal saya, di Korea?
Atau apakah aspirasi
akan berujung pada frustasi?
Ini sungguh memprihatinkan
karena antara tahun 2012 dan 2015,
insiden terorisme meningkat
hingga 74 persen.
Total kematian akibat terorisme
naik 150 persen.
Saat ini, dua miliar orang mengalami
kerapuhan, konflik, kekerasan,
dan pada 2030,
lebih dari 60% orang miskin di dunia
akan mengalami kerapuhan,
konflik, dan kekerasan ini.
Apa yang kita lakukan
untuk memenuhi aspirasi ini?
Apakah ada cara baru
agar kita dapat bangkit
untuk memenuhi aspirasi ini?
Karena jika tidak,
saya sangat khawatir.
Kini, aspirasi meningkat
karena akses internet.
Semua orang tahu
bagaimana kehidupan orang lain.
Apakah kemampuan kita meningkat
untuk memenuhi aspirasi itu?
Untuk detailnya, saya akan
membagikan kisah pribadi saya.
Ini bukan ibu saya,
tapi selama Perang Korea,
ibu saya menggendong sendiri
saudara perempuannya,
yaitu adik perempuannya,
di punggungnya,
dan berjalan untuk melarikan diri
dari Seoul selama Perang Korea.
Kini, karena serangkaian keajaiban,
ibu dan ayah saya mendapat beasiswa
untuk pergi ke Kota New York.
Mereka sebenarnya bertemu
dan menikah di Kota New York.
Ayah saya juga seorang pengungsi.
Pada usia 19 tahun, ia meninggalkan
keluarganya di negaranya bagian utara,
melarikan diri melalui perbatasan
dan tidak melihat keluarganya lagi.
Kini, saat mereka menikah
dan hidup di Kota New York,
ayah saya seorang pelayan
di restoran Patricia Murphy.
Aspirasi mereka meningkat.
Mereka mengerti rasanya tinggal
di tempat seperti Kota New York
di tahun 1950-an.
Saudara laki-laki saya lahir
dan mereka kembali ke Korea,
dan kami memiliki
kehidupan yang amat indah,
tetapi yang terjadi di Korea saat itu
adalah negara itu salah satu
negara termiskin di dunia
dan ada pergolakan politik.
Sepanjang waktu ada demo
di dekat rumah kami,
mahasiswa memprotes pemerintah militer.
Dan pada saat itu,
aspirasi Grup Bank Dunia
yang saya pimpin saat ini,
sangat lemah untuk Korea.
Gagasan mereka adalah Korea akan
kesulitan tanpa bantuan dari luar
untuk menyediakan rakyatnya
kebutuhan hidup yang lebih.
Korea berada di situasi yang sulit,
orang tua saya tahu
kehidupan di Amerika Serikat.
Mereka menikah dan
saudara saya lahir disana.
Mereka merasa perlu
memberi kami kesempatan
untuk mencapai aspirasinya bagi kami,
kami pergi dan kembali
ke Amerika Serikat.
Kini, kami kembali.
Pertama, kami pergi ke Dallas.
Ayah saya mengambil
gelar kedokteran giginya.
Akhirnya, dari semua tempat,
kami pindah ke Iowa.
Kami dibesarkan di Iowa.
Di Iowa, kami mengikuti kursus lengkap.
Saya belajar di sekolah menengah,
perguruan tinggi.
Lalu suatu hari, sesuatu yang
tidak akan saya lupakan,
ayah menjemput saya pada
tahun kedua saya di perguruan tinggi,
mengantar saya pulang
dan berkata,
"Jim, apa aspirasimu?
Apa yang kamu pelajari dan lakukan?
Saya menjawab,
"Ayah," --
Ibu saya sebenarnya seorang filsuf,
dan dia memberi kami pandangan
tentang protes dan keadilan sosial,
dan saya jawab, "Ayah, saya akan belajar
ilmu dan filsafat politik,
dan saya akan menjadi
bagian dari gerakan politik."
Ayah saya, dokter gigi Korea,
menghentikan mobilnya ke sisi jalan --
(Tawa)
Dia menatap saya dan berkata,
"Jim, akhiri pendidikan kedokteranmu,
dan pelajari apapun yang kamu mau."
(Tawa)
Sebelumnya, saya menceritakan
kisah ini pada penonton Asia.
Tak ada yang tertawa.
Mereka hanya mengangguk.
Tentu saja.
(Tawa)
(Tepuk tangan)
Tragisnya, ayah saya
meninggal di usia muda,
30 tahun yang lalu
saat berusia 57 tahun,
seusia dengan saya saat ini,
dan dia meninggal di tengah
studi kedokteran saya --
dan saya menyelesaikannya
dengan pengobatan dan antropologi.
Saya mempelajari keduanya
saat pascasarjana.
Tetapi saat itu juga,
saya bertemu dua orang ini,
Ophelia Dahl dan Paul Farmer.
Paul dan saya berada
di jurusan yang sama.
Kami mengambil kedokteran
dan bersamaan mendapat
gelar PhD di bidang antropologi.
Dan kami mulai mengajukan
pertanyaan mendasar.
Bagi orang yang punya hak istimewa untuk
mempelajari kedokteran dan antropologi --
saya berasal dari orang tua
yang adalah pengungsi.
Paul tumbuh di dalam bus
di rawa Florida.
Dia suka menyebut dirinya
"sampah putih."
Jadi kami memiliki kesempatan ini
dan kami berkata,
apa yang perlu kami lakukan?
Mengingat pendidikan kami
yang sangat rumit,
apa tanggung jawab kami
terhadap dunia?
Kami memutuskan untuk
membuat sebuah organisasi,
yaitu Partner in Health.
Dan ada film tentang itu.
(Tepuk tangan)
Ada sebuah film yang brilian
berjudul "Bending the Arc."
Film ini diluncurkan
di Sundance pada Januari lalu.
Jeff Skoll ada disini.
Jeff adalah salah satu orang
yang mewujudkannya.
Kami mulai memikirkan
apa yang kami perlukan
agar aspirasi kami bisa menjangkau
beberapa kelompok termiskin di dunia.
Ini kunjungan pertama saya
di Haiti pada tahun 1988,
dan saat itu kami mengembangkan
semacam pernyataan misi,
yaitu kami memberi orang miskin
pilihan istimewa di bidang kesehatan.
Butuh waktu lama bagi kami karena
kami lulusan di bidang antropologi.
Kami membaca karya-karya
Marx, Habermas, Fernand Braudel.
Kami membaca semuanya
dan kami menyimpulkan bagaimana
kami menyusun pekerjaan ini?
Kami menyebut ini "O untuk P",
pilihan istimewa untuk orang miskin.
Hal terpenting dari pilihan istimewa
untuk orang miskin
adalah bukan pilihannya.
Itu bukan pilihan istimewa
untuk rasa kepahlawanan Anda.
Itu bukan pilihan istimewa
untuk ide Anda dalam mengangkat
orang miskin keluar dari kemiskinan.
Itu bukan pilihan istimewa
untuk organisasi Anda.
Dan yang tersulit dari semuanya,
ini bukan pilihan istimewa
untuk kemiskinan Anda.
Ini pilihan istimewa bagi orang miskin.
Jadi apa yang Anda lakukan?
Di Haiti kami mulai membangun --
Semua orang memberi tahu kami,
hal-hal yang hemat
hanyalah pada vaksinasi dan
program pemberian makan.
Tapi yang diinginkan orang Haiti
adalah rumah sakit.
Mereka mengingkan sekolah.
Mereka ingin memberikan
anak-anak kesempatan
pada apa yang mereka dengar,
misalnya dari kerabat,
yang telah pergi ke Amerika Serikat.
Mereka ingin kesempatan yang sama
seperti orang tua saya.
Saya mengenali mereka.
Itulah yang kami lakukan.
Kami membangun rumah sakit.
Kami menyediakan pendidikan.
Dan kami mencoba semuanya
untuk memberi mereka kesempatan.
Kini, pengalaman saya menjadi serius
di Partners in Health
pada kelompok Carabayllo,
di daerah kumuh utara Lima, Peru.
Di komunitas ini,
kami memulainya dengan berkunjung
dan berbicara pada orang-orang,
dan menemukan wabah, epidemi TBC
yang resistan terhadap beberapa obat.
Ini Melquiades.
Melquiades seorang pasien
yang berusia sekitar 18 tahun,
dan dia menderita tuberkulosis
yang resistan terhadap obat.
Semua ahli di dunia,
ahli kesehatan global,
mengatakan bahwa biaya untuk
mengobati penyakit itu tidaklah murah.
Terlalu rumit dan terlalu mahal.
Anda tidak bisa melakukannya.
Ini tidak bisa diselesaikan.
Selain itu, mereka memarahi kami,
maksudnya adalah
jika itu bisa dilakukan,
kami pasti melakukannya.
Anda pikir Anda siapa?
Orang yang kami lawan adalah
Organisasi Kesehatan Dunia
dan organisasi yang sering kami lawan
adalah Grup Bank Dunia.
Kini, kami melakukan apapun
untuk meyakinkan Melquiades
mendapatkan obatnya,
karena ini sangat sulit,
dan selama perawatan Melquiades,
keluarganya selalu mengatakan
"Hey, kamu tahu,
biaya Melquiades tidaklah murah.
Mengapa kalian tak merawat
orang lain saja?
(Tawa)
Saya tidak melihat Melquiades
selama 10 tahun
dan saat kami mengadakan
pertemuan tahunan di Lima, Peru
beberapa tahun yang lalu,
pembuat film menemukannya
dan di sinilah kami bersama.
(Tepuk tangan)
Dia sedikit menjadi sorotan media
karena dia pergi ke pembukaan film,
dan kini dia tahu
cara menarik penonton.
(Tawa)
Tetapi kami menang --
Kami berhasil.
Kami menang argumennya.
Anda harus mengobati TBC
yang resistan terhadap obat --
kami mendengar argumen yang sama
tentang HIV di awal tahun 2000-an.
Semua ahli kesehatan global
terkemuka di dunia berkata
HIV tidak dapat diobati
di negara-negara miskin.
Terlalu mahal dan rumit,
Anda tak bisa melakukannya.
Dibanding pengobatan TB
yang resistan obat,
sebenarnya ini lebih mudah.
Kami melihat pasien seperti ini.
Joseph Jeune.
Joseph Jeune juga menyebutkan
bahwa biayanya tidaklah murah.
Beberapa bulan pengobatan,
beginilah penampilannya.
(Tepuk tangan)
Kami menyebutnya Efek Lazarus
dari pengobatan HIV.
Joseline mendatangi kami
berpenampilan seperti ini.
Inilah penampilannya
beberapa bulan kemudian.
(Tepuk tangan)
Kini, saya merasa argumen kami
dan pertempuran kami
adalah dengan organisasi
yang terus mengatakan itu boros.
Kami katakan, tidak,
pilihan istimewa untuk orang miskin
mengharuskan kami meningkatkan aspirasi
untuk memenuhi orang miskin
demi diri mereka sendiri.
Dan mereka berkata, itu pemikiran
yang hebat, tapi itu tidak hemat.
Jadi kami dengan cara lama,
mengoperasikan Partners in Health,
kami menulis sebuah buku yang
menentang, pada dasarnya, Bank Dunia.
Tertulis bahwa karena Bank Dunia terlalu
berfokus pada pertumbuhan ekonomi
dan mengatakan bahwa pemerintah
harus menyusutkan anggarannya
dan mengurangi pengeluaran kesehatan,
pendidikan dan kesejahteraan sosial --
kami pikir itu pada dasarnya salah.
Dan kami berdebat dengan Bank Dunia.
Dan kemudian hal gila terjadi.
Presiden Obama mencalonkan saya
menjadi Presiden Bank Dunia.
(Tepuk tangan)
Kini, ketika saya melakukan proses
pemeriksaan dengan tim Presiden Obama,
mereka ada salinan "Dying For Growth,"
dan membacanya setiap halaman.
Saya berkata,
"Baik, itu saja, 'kan?
Anda akan menurunkan saya?"
Dia berkata,
"Oh, tidak, tidak apa-apa."
Saya dinominasikan,
dan saya bergabung dengan
Grup Bank Dunia pada Juli 2012,
dan di dinding tertera,
"Mimpi kita adalah
dunia bebas kemiskinan."
Beberapa bulan setelahnya,
kami mengubahnya menjadi tujuan:
mengakhiri kemiskinan ekstrem
pada tahun 2030,
mendorong kesejahteraan sosial.
Itu yang kini kami lakukan
di Grup Bank Dunia.
Saya merasa telah membawa
pilihan istimewa bagi orang miskin
ke Grup Bank Dunia.
(Tepuk tangan)
Tapi ini adalah TED,
jadi saya ingin membagikan
pada Anda beberapa masalah,
dan kemudian membuat proposal.
Revolusi Industri Keempat,
Anda lebih mengerti itu daripada saya,
tapi ini yang saya khawatirkan.
Kita mendengar tentang
hilangnya pekerjaan.
Data kami menyatakan
dua pertiga dari semua pekerjaan,
yang ada di negara berkembang,
akan hilang karena otomatisasi.
Kini, Anda harus
mengganti pekerjaan itu.
Salah satu cara untuk menggantinya
adalah mengubah petugas kesehatan
masyarakat menjadi tenaga kerja formal.
Itu yang ingin kami lakukan.
(Tepuk tangan)
Kami pikir itu akan berhasil,
saat kesehatan membaik dan
orang-orang memiliki pekerjaan formal,
kami akan melatih mereka dengan
pelatihan keterampilan tambahan
untuk menjadi pekerja
yang akan punya dampak besar,
dan itu mungkin menjadi
satu area yang paling berkembang.
Tetapi hal lain yang mengganggu saya:
saat ini terlihat jelas bagi saya
bahwa pekerjaan di masa depan
akan lebih menuntut secara digital,
dan ada krisis
kekurangan gizi pada anak.
Ini adalah foto yang dibagikan
oleh Charles Nelson,
dari Sekolah Kedokteran Harvard.
Foto ini menunjukkan
di satu sisi, di sisi kiri,
ada seorang anak kerdil
yang berusia tiga bulan:
nutrisi dan stimulasinya tidak memadai.
Dan di sisi lain, tentu saja,
seorang anak yang normal,
dan anak normal memiliki
semua koneksi saraf ini.
Koneksi saraf itu sangat penting,
karena itulah definisi modal manusia.
Kita tahu bahwa kita dapat
mengurangi angka ini.
Kita bisa mengurangi angka
kekurangan gizi pada anak dengan cepat,
tapi jika tidak, misalnya India
dengan 38 persen kekurangan gizi,
bagaimana mereka akan bersaing
dengan ekonomi masa depan
jika 40 persen calon pekerjanya
tidak dapat mencapai pendidikan
dan tentu saja kami khawatir
tentang pencapaian ekonomi
yang secara keseluruhan
membantu pertumbuhan negara.
Apa yang akan kita lakukan?
78 triliun dolar adalah
ukuran ekonomi global.
8,55 triliun dolar diam di obligasi
dengan suku bunga negatif.
Artinya Anda memberikan uang
kepada bank sentral Jerman
dan membayar mereka
untuk menyimpan uang Anda.
Itulah obligasi suku bunga negatif.
24.4 triliun dolar di obligasi pemerintah,
berpenghasilan sangat rendah.
Dan 8 triliun berada
di tangan orang kaya
di bawah kasur mereka yang besar.
Hal yang kami coba lakukan adalah
menggunakan alat kami sendiri --
dan mempelajarinya sebentar.
Kita membicarakan alat hutang
risiko kerugian pertama,
membahas penurunan risiko,
keuangan campuran,
membahas asuransi risiko politik,
peningkatan kredit --
semua hal yang saya pelajari
di Grup Bank Dunia
yang orang kaya gunakan setiap hari
agar mereka semakin kaya,
tapi kami belum cukup agresif untuk
menggunakannya atas nama orang miskin
untuk mewujudkan modalnya masuk.
(Tepuk tangan)
Apakah ini berhasil?
Dapatkah Anda membawa pemain
sektor swasta ke suatu negara
dan membuat semuanya lancar?
Kami melakukannya beberapa kali.
Ini adalah Zambia, Scaling Solar
adalah satu set kotak solusi
dari Bank Dunia
tempat kami hadir dan
memenuhi semua kebutuhan Anda
untuk menarik investor sektor swasta.
Dalam kasus ini, Zambia berubah
dari biaya listrik sebesar
25 sen per kilowatt jam,
dan dengan hal sederhana,
melakukan pelelangan,
mengubah beberapa peraturan,
kami menurunkan biaya itu.
Apakah tawaran terendahnya
adalah 25 sen per kilowatt jam?
Tawaran terendahnya adalah
4,7 sen per kilowatt jam.
(Tepuk tangan)
Inilah proposal saya untuk Anda.
Sebuah grup bernama Zipline,
perusahaan yang keren, dan
mereka adalah ilmuwan roket.
Mereka mencari cara
menggunakan drone di Rwanda.
Saya meluncurkan drone di Rwanda
yang mengirimkan darah
ke mana saja di negara ini
dalam waktu kurang dari sejam.
Jadi kami menyelamatkan nyawa,
program ini menyelamatkan kehidupan --
(Tepuk tangan)
Program ini menghasilkan
uang untuk Zipline
dan program ini menghemat
banyak uang bagi Rwanda.
Itulah yang kami butuhkan,
dan kami butuh itu dari Anda.
Saya meminta Anda
agar meluangkan sedikit waktu
untuk memikirkan teknologi
yang Anda kerjakan,
perusahaan yang Anda mulai,
rancangan yang Anda buat.
Pikirkan sedikit saja dan
bekerja samalah dengan kami
untuk melihat apakah kita dapat
menemukan solusi yang terbaik.
Saya akan menyampaikan
satu cerita terakhir.
Saya berada di Tanzania,
dan dalam ruang kelas.
Ini saya di ruang kelas dengan
anak-anak usia 11 tahun.
Dan saya bertanya pada mereka,
"Kalian ingin menjadi apa
ketika dewasa?"
Dua anak angkat tangan
dan berkata,
"Saya ingin menjadi
Presiden Bank Dunia."
(Tawa)
Seperti Anda, tim saya dan
guru mereka tertawa.
Lalu saya menghentikan mereka.
Saya berkata,
"Dengarkan cerita saya.
Saat saya lahir di Korea Selatan,
seperti inilah rupanya.
Dari sinilah saya berasal.
Dan saat saya berusia tiga tahun,
di prasekolah,
Saya tidak membayangkan
George David Woods, Presiden Bank Dunia,
jika dia mengunjungi Korea saat itu
dan datang ke ruang kelas saya,
dan dia akan mengira
bahwa Presiden Bank Dunia
di masa depan duduk di kelas itu.
Jangan biarkan siapapun
memberitahu kamu
bahwa kamu tidak bisa menjadi
Presiden Bank Dunia."
Kini -- terima kasih.
(Tepuk tangan)
Saya sampaikan sesuatu pada Anda.
Saya berasal dari
negara termiskin di dunia.
Saya seorang
Presiden Bank Dunia.
Saya tidak bisa dan tidak akan
mencegah siapapun untuk meraihnya.
Ini begitu penting.
Aspirasi semakin meningkat.
Aspirasi meningkat di mana pun.
Anda di ruangan ini,
bekerja samalah dengan kami.
Kami dapat menemukan
solusi tipe Zipline tersebut
dan membantu orang miskin
melompat ke dunia yang lebih baik,
tapi itu tidak akan terjadi
sampai kita bekerja sama.
Masa depan "Anda" --
dan terutama untuk anak Anda --
masa depan Anda bergantung pada
kepedulian dan kasih yang kita bawa
agar masa depan "kita"
menyediakan kesempatan yang sama
untuk setiap anak di dunia.
Terima kasih banyak.
(Tepuk tangan)
Terima kasih. Terima kasih.
Terima kasih.
(Tepuk tangan)
Chris Anderson:
Anda hampir mengira
orang akan terkejut
mendengar ceramah ini
dari Presiden Bank Dunia.
Ini keren.
Saya menganjurkan Anda untuk sedikit
lebih spesifik pada proposal Anda.
Ada banyak investor,
pengusaha di ruangan ini.
Bagaimana Anda akan
berelasi dengan mereka?
Apa proposal Anda?
Jim Yong Kim:
Bisakah saya jelaskan sedikit?
CA: Ya. Tentu saja.
JYK: Ini yang kami lakukan.
Perusahaan asuransi tak berinvestasi
di infrastruktur negara berkembang
misalnya, karena mereka
tidak mau ambil resiko.
Mereka memegang uang untuk
orang yang membayar asuransi.
Jadi yang kami melakukan Swedish
International Development Association
memberi kami sedikit uang,
kami pergi dan mengumpulkan
lebih banyak uang, seratus juta,
mengambil kerugian pertama,
artinya jika ini memburuk,
10 persen kerugian akan kami makan,
dan sisanya akan aman.
Dan itu menciptakan
potongan 90 persen,
tahap BBB, tingkat investasi,
jadi perusahaan asuransi berinvestasi.
Jadi yang kami lakukan
adalah mengambil uang publik
dan menggunakannya untuk
meminimalkan risiko alat itu
untuk membawa orang dari luar.
Jadi Anda semua yang memiliki
triliunan dolar uang tunai,
datanglah ke kami. Baik?
(Tawa)
CA: Anda secara khusus
mencari proposal investasi
yang menciptakan pekerjaan
di negara berkembang.
JYK: Tentu. Benar.
Jadi ini, misalnya pada infrastruktur
yang menghasilkan energi,
pembangunan jalan,
jembatan, pelabuhan.
Hal semacam ini diperlukan
untuk membuat lapangan kerja,
tetapi yang kami katakan
adalah mungkin Anda pikir
teknologi yang Anda kerjakan
atau bisnis yang Anda jalankan
mungkin tidak sesuai
di negara berkembang,
tapi lihatlah Zipline.
Zipline tidak hanya terjadi
karena kualitas dari teknologinya.
Tetapi karena mereka terlibat
dengan Rwanda lebih awal
dan menggunakan kecerdasan buatan --
satu hal, Rwanda memiliki
jalur koneksi internet yang kuat --
tetapi hal-hal ini
sepenuhnya berjalan sendiri.
Jadi kami akan membantu
agar Anda melakukannya.
Kami membuat pengenalan.
Kami bahkan menyediakan biaya.
CA: Berapa banyak modal
yang Bank Dunia berikan
untuk mendukung usaha ini?
JYK: Chris, Anda membuat
saya melakukan hal ini.
CA: Saya bersalah.
JYK: Jadi ini yang akan kami lakukan.
Kami punya 25 miliar setahun yang
kami investasikan di negara miskin,
negara-negara termiskin.
Dan saat kami berinvestasi
selama tiga tahun ke depan,
25 miliar dalam setahun,
kita harus mendiskusikan cara efektif
dalam menggunakan uang itu.
Saya tak bisa memberikan
angka spesifiknya.
Itu tergantung kualitas ide.
Jadi bawakan kami ide Anda,
dan menurut saya pembiayaan
tidak akan menjadi masalah.
CA: Baiklah, Anda langsung
dengar dari pria ini.
Terima kasih banyak, Jim.
JYK: Terima kasih.
(Tepuk tangan)